Selasa, 16 Desember 2014

Kata Kau

kau kagum akan khidmatnya; 
kepada sesuatu yang pernah kau mengerti
seperti pelita di balik kaca tipis yang tak pernah padam
sedang jelaga (seolah) tak boleh hadir; 
harapan membumbungkan bara itu

hari demi hari, jam demi jam, menit demi menit,
bukan tujuannya;
selain kepada sesuatu seperti yang pernah kau mengerti,
tapi kau (ingin) tak peduli, itu masa lalu, belum lalu yang sangat,
itu hanya fasenya, kata kau

tapi kau tak begitu, dulu, kata kau
kau berbeda, tidak seperti ia, kata kau

kau pun tak berharap tuk kembali seperti dia, 
sekejap waktu menyulapmu;
hamster tak lagi masyuk bermain roller coaster,
pensiun sebagai pengerat,
bermimpi menjadi elang,
kuat, bebas, sakti

ia tunduk akan waktu yang ditandai oleh gaung, tak acuhkan yang lain,
tak penting barangkali,
kecuali menjadi pelengkap yang tak menarik,
meski jelas arti hak dan batil, 
tak jua membuka mata 

barangkali kau dianggap batu, karena kau tak seharmoni
seperti sungai yang dijanjikan,
kau timbulkan riak yang merubahnya jadi gelombang,
tidak indah;
padahal air kan menyatu kembali, pikir kau 

kau hanya menghibur diri kawan,
tapi siapa yang tak ingin terhibur?
ia bak jalan di padang pasir
berjumpa oasis (yang barangkali palsu), gumam kau

ah sudahlah, hari sudah malam
tutup buku dan pejamkan mata

selamat malam

-Y-

Senin, 15 Desember 2014

Petualangan ke Bandar Lampung

Kali ini namanya liburan spontan. Hehe.. sebab rencananya hanya ingin menikmati pantai, tetapi karena salah sangka, he.. liburannya jadi seru banget.

Begini.. awalnya ingin memenuhi undangan seorang kawan di Cilegon. Dalam perjalanan menuju lokasi pesta, kami melewati pelabuhan Merak. Tak disangka ternyata partner saya juga siap jadi supir cabutan.

09.00 WIB: Dari Jakarta, jarak ke Merak sekitar 118 km, isi bensin sekitar 30 liter, dengan tarif tol 36.000. Karena bukan hari libur, jalan tol lancar saja.

Pesta Perkawinan

12.00 WIB: Biasanya di setiap daerah, punya ciri yang khas ketika menggelar pesta. Kali ini, saya mau bercerita sedikit hasil amatan tentang pesta perkawinan di Cilegon (14/12/2014).


Yang namanya pesta pasti seru dan ramai. Ada saja sesuatu yang tampak, lalu membuat kita tersenyum. Nah, soal makanan ya. Kebanyakan sih mirip dengan makanan di pestanya Jakarta. Satu yang menarik perhatian, yaitu apem. Ini dihidangkan khusus lho. Rasa apemnya tidak seperti apem biasanya yang rasa pandan atau gula merah, tapi plain aja atau tawar. Lalu disiram dengan kuah gula merah,baru terasa sedapnya.
 
Apem Gula Merah
Soal hiburannya, para tamu dijamu dengan musik irama gambus. Wih, serasa di padang pasir. Pemain musiknya sudah pada kawakan deh kelihatannya dan biduannya....aduhai cantik-cantiknya. Lihat saja foto di bawah ini. Saya sangat terhibur :)


Nah.. sudah cukup ya di pestanya. Sekarang kita mulai menelusuri bagian yang asik. 

14.00: Untuk menyeberang ke Lampung, kami melalui pelabuhan Merak. Untuk masuk ke dalam kapal feri, satu mobil dikenakan retribusi 360.000. Hehe.. lumayan mahal ya. Kalau per orang tanpa kendaraan, sepertinya lebih murah. Sttt.. ini kali pertama saya naik kapal feri. wiihh.. i felt so excited :)

Menuju Kapal Feri
Menuju Lampung 
Setelah memarkirkan mobil di geladak dasar, penumpang diarahkan ke geladak atas. Setibanya di geladak atas, banyak anak-anak kampung yang menawarkan hiburan atraksi, yaitu mereka siap terjun dari lantai teratas kapal lalu melompat ke laut. Syaratnya, penumpang melemarkan uang ke laut. Sebaiknya uang kertas, lalu mereka akan melompat dan memungutnya. Sekedar 1.000, 2.000 atau 5.000. Mereka senang dapat duit, penumpang juga ikut terhibur. Tegang dan mereka santai saja mengambang-ngambang menunggu uang yang dilemparkan lagi. hehe.. ada-ada aja deh,
  
Atraksi Anak Merak
Oh iya, di geladak penumpang ada ruangan yang berAC dan yang tidak. Kamar mandinya bersih dan nyaman. Cuma saja sayangnya di tempat ber-AC atau di geladak ruang terbuka, orang yang merokok itu bebas banget. Mesti, pintar-pintar cari tempat yang nyaman. 
Geladak Penumpang
Kafetaria juga tersedia, lalu ada hiburan dangdut. Karena suara musiknya hingar banget, saya lebih milih lihat-lihat laut saja. Lah wong jarang-jarang lihat laut, jadi saya puas-puasin.
Pemandangan Pelabuhan Merak
Perjalanan Merak-Lampung memakan waktu 3,5 jam. Lama karena ketika tiba di dekat Lampung, kapal harus menunggu hingga pelabuhan siap menerima kapal untuk berlabuh. jadi tiba di Lampung jam 5.30 sore. 

Nah, karena sudah sore dan sulitnya mencari penginapan di Lampung Selatan, lalu kami bergegas menuju Bandar Lampung. Supir cabutan siap beraksi.

Lampung in Action

17.30 WIB: Katanya jalan raya lintas Sumatra ini cukup rawan, jadi diusahakan tiba di Bandar Lampung sebelum gelap. Wah.. mana mungkin. Tapi dengan kekuatan super, eh supir.. diusahakan ngebut. Kebetulan jalanan tidak ramai kendaraan, tinggal truk-truk lambat saja yang jadi penghambat. Cuman karena itu jalan kampung, tetap harus berhati-hati manakala ada yang tetiba menyeberang.




Menuju kota berjarak 97 km, sekitar 2,5jam kami melaju. Sampailah di kota Bandar Lampung. Segarrrr... karena kota habis diguyur hujan. Kami menginap di Sheraton hotel, tarifnya 650rb. Tidak terlalu mahal dibandingkan hotel-hotel di Bandung atau Jakarta tapi nyuaaaman sekali hotelnya. Sangat direkomendasikan lho. Barangkali kalau tidak spontan, akan lebih murah lagi.

20.30 WIB: saatnya mengisi perut. Ah... tanpa persiapan ini kami kesulitan mencari kuliner yang mumpuni. Melajulah kami ke J. Arief RH. Ada resto Kembang Pandan. Tempatnya bagus, harganya terjangkau dan rasanya lumayan. Kami cobain gurame kecap kacang plus pete dan pindang iga. Sayangnya rasa petenya belum menyerap di ikan, tapi tetap sedap sih, soalnya laper berat. Berdua makan harganya tidak sampai 100rb. Sedap kan. Murah meriah.

 
Gurame Bakar ala Kembang Pandan
Lampung di Pagi Hari

(14/12/2014) Setelah sarapan gratisan hotel, hehe.. karena bangunnya kesiangan. Saatnya menikmati kota dan berburu oleh-oleh.. hehe...

Setiap bangunan di kota selalu dihiasi dengan siger, yang menjadi ikon dan kekhasan kota. Siger ini simbolisasi sifat feminin lho, filosofinya tidak hanya sebagai lambang tetap juga untuk mengangkat nilai feminisme. Keren ya :)




Setelah puas muter-muter, kami menuju pusat oleh-oleh panganan. Kami pilih yang terkenal dan paling ramai yaitu toko Yen-Yen. Letaknya di dekat klenteng. Nuansa Pecinan terasa sekali. Kalau mau membeli suvenir kain batik khas Lampung, bisa ke toko Souvenir Lampung. Bagus-bagus lho, corak khas Lampung itu berani, ramai dan warnanya cerah-cerah.




12.00: Usai sudah menikmati kota Bandar Lampung, saatnya kembali ke Jakarta. Tarif masuk Pelabuhan Bakehuni sama yaitu 360.000. Jangan lupa tambah biaya tol, di Lampung kami mengisi bensin lagi untuk persiapan perjalanan. Tiba di Merak jam 4 sore. Lalu perjalanan dilanjutkan dan kami sampai rumah jam 8an malam.



Kalau membayangkan angin laut saat kapal melaju dan menerpa tubuh, wih.. asik deh. Sekarang, sambil merem pun, saya masih dapat merasakannya damai dan syahdunya, hehe..  :) 

Yuk ayuk ke Lampung ...

-Y-

Kamis, 27 November 2014

Selamat Pagi!

Katanya, hidup penuh gairah
saat jiwa bersemat asa
hingga mengurai gelisah
dan mencipta hangatnya nuansa

Seperti senja yang akrab dengan pekat
menjemput fajar dengan semburat cahaya kuning kemerahan
tuk bersiap memangku pagi
meski awan sedikit kelabu menggelayut di langit

Telur dan roti telah siap di meja
teh hangat pun turut serta
namun tak sempat  kau sentuh
kau tergesa, baiklah

Telah kita tuntaskan rasa penat kemarin
dibuang saja dengan tidur tanpa mimpi
bersiap menyambut hari
merajut asa kembali
tuk warnai hidup 

Selamat pagi :)

-Y-

Selasa, 11 November 2014

Aku Ingin

aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu


aku ingin mencintaimu dengan sederhana:

dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada


(Sapardi Djoko Damono-1989)

Minggu, 19 Oktober 2014

Peduli dan Fanatik

Ada kalanya orang terlihat tak peduli akan keadaan sekitar. Setidaknya penyebabnya ada tiga kemungkinan. Pertama, mungkin tidak peduli karena benar-benar tidak tahu sehingga tidak ada kesadaran untuk peduli. Kedua, mungkin tergolong orang-orang yang menghindari konflik. Artinya, sesuatu hal yang dipahaminya dan diketahuinya berbeda dengan orang lain atau dengan keadaan di sekitarnya, kemudian tidak diungkapkannya untuk menghindari silang pendapat. Ketiga, sebenarnya tak peduli tetapi diungkapkanlah kepedulian palsu dengan argumen yang tidak serius sehingga terlihatlah ketidak peduliannya, yang bagi saya, model terakhir ini yang jadinya meresahkan.

Sikap tidak peduli akan terlihat jika ada yang memperhatikan. Orang tidak akan terlihat tidak peduli jika tidak ada yang memperhatikan. Jadi bisa dibilang, tidak akan keluar cap atau kata peduli atau tidak peduli, jika tidak ada yang menaruh perhatian. Tentu saja.. 

Di tengah hingar bingar kemudahan berkomunikasi, berekspresi dan berpendapat oleh peran teknologi dalam menciptakan media untuk menjalin jejaring sosial, maka tak dapat dipungkiri begitu banyak orang yang ingin diperhatikan atau setidaknya ingin menarik perhatian orang-orang yang ditujunya. Bisa saja dikatakan bahwa akun suatu media sosial menjadi hak pemiliknya sepenuhnya, jadi apapun yang diungkapkan atau diekspresikannya maka tak ada hak orang lain untuk menjadi tergugah. Lalu, bagaimana tidak menggugah orang lain jika apa yang diungkapkannya dapat diakses atau setidaknya bagi para pengintip dapat dilihatnya tanpa melakukan tindakan ilegal atau meretas data.

---

Memang menjadi banyak orang yang mudah berkata-kata, menunjukkan kreatifitas atau sekedar menunjukkan eksistensinya. Namun, banyak pula orang yang memilih untuk memperhatikannya saja. Bukan tidak peduli lho. Misalnya, dengan situasi kenegaraan saat ini. Peran media begitu besar dalam mengedukasi masyarakat mengenai hukum, sosial dan politik sehingga masyarakat menjadi tercerahkan dengan pemahaman dan menjadi ikut peduli. 

Dengan keadaan politik yang ada, masyarakat dituntun untuk memilih dan meyakini apa yang menurutnya terbaik untuk negri ini. Nah... dalam hal ini, lagi-lagi peran pemberitaan dan media sosial begitu besar mewarnai pola dalam memilih. Lalu sadar atau tidak sadar kita menjadi diseret dalam fanatisme politik tertentu, bahkan terlihat sangat ekstrim.

Mulanya saya berpikir bahwa fanatisme itu baik karena seseorang menjadi begitu khusuk menikmati apa yang diyakininya dan dapat menjadi simpatisan yang loyal serta membantu kampanye demi masa depan bangsa (saya bicara tentang kekhusukkan politik lho). Namun ketika fanatik ini dieskpresikan dengan sikap atau pernyataan yang negatif, maka lunturlah kebanggaan saya akan hal yang fanatik. Mengapa? karena bila seseorang begitu yakin bahwa dirinyalah yang paling benar dan menganggap orang lain tak berarti, salah atau tersesat, maka bumi bukanlah tempat yang cocok untuknya.

Seringkali fanatik menyiratkan anggapan bahwa ketika seseorang yang fanatik bertemu dengan fakta atau berita yang mendukung lawan, maka yang akan terungkap adalah haters gonna hate. Apapun fakta pihak lawan akan dijelek-jelekannya atau terekspresikan negatif. Hal yang baik di pihak lawan, maka tak akan diungkapkannya. 

--

Oke, itu tadi soal pilihan arah politik negara. Ternyata fanatik tidak hanya di ranah itu. Tentu yang paling umum adalah dalam hal agama. Kalau di lintas agama, fanatik sudah seperti prostitusi yaitu sudah berkembang sejak berabad-abad yang lalu. Namun, di dalam agama yang sama --yang kita ketahui dalam satu agama memiliki beragam aliran-- ternyata fanatik ditonjolkan begitu rupa. 

Islam yang fanatik akan syariat atau meyakini bahwa tiang agama berdiri dengan meyakini dan menegakkan syariat, dan menganggap inilah yang paling benar lalu akan memilih untuk berkumpul dengan komunitas yang memiliki motivasi yang sama. Di sisi lain, ada yang namanya Islam liberal, yang (setidaknya) meyakini bahwa pemahaman ajaran Quran dan Hadist perlu di telaah ke dalam konteks kekinian. Di dalam pemahamannya yang luas, menjadikan keyakinan orang-orang Islam liberal kian bertambah lalu menyeretnya menjadi (terlihat) bertentangan dengan Islam yang fanatik terhadap syariat. 

Pertentangan ini menjadi konflik ketika kedua model Islam tersebut tidak menyadari bahwa mereka harus sepakat untuk memahami perbedaan yang ada. Lalu repotnya, kedua Islam ini menjadi merasa yang paling benar dan menjadi sulit berdampingan di dalam perbedaan. Bagi saya tidak hanya yang berpegang pada syariat saja yang menjadi fanatik, pemikir Islam liberal pun menjadi fanatik akan keliberalannya. Semuanya menjadi terseret dan terjebak di dalam fanatisme apa pun bentuknya. 

Mari kita sebut, tanpa disadari kita (mungkin) merasa profesi kita yang paling baik. Meski berbangga hati itu sah-sah saja, namun kebanggaan kadang hanya dipisahkan oleh benang tipis oleh yang namanya keangkuhan. Misal, profesi dokter, pilot, pengacara, arsitek atau profesi lainnya, tak pantaslah semuanya menjadi fanatik akan profesinya dan mencemooh pekerjaan lain karena profesi itu tak kan ada tanpa pelengkap. Misalnya: dokter takkanlah berguna tanpa industri farmasi dimana ada seorang medical representative (medrep) yang kerap kali mengingatkan sang dokter untuk membantu menuliskan obat jualannya ke dalam resepnya hanya agar sang medrep tersebut dapat mencapai target penjualannya demi anak yang disekolahkannya.

---

Fanatik akan politik, agama, atau profesi atau apapun menjadi terlihat karena diekspresikan atau terekspresikan. Ekspresi dapat tertangkap oleh indrawi karena ada yang memperhatikan. Dengan adanya perhatian maka tampaklah sikap yang peduli atau tidak peduli. 

Untuk sedikit dan banyak hal, saya menjadi setuju dengan sikap moderat. Bukan karena tidak berpendirian atau tidak siap menerima perbedaan tetapi begitu banyak hal yang dipertimbangkan demi damainya bumi ini. Yah.. saya sepertinya masuk ke golongan orang-orang yang mencari aman atau lebih tepatnya berupaya mengamankan hati orang-orang yang tersayang di sekitar saya (yang terakhir ini adalah justifikasi agar hati saya damai saja.. hehe...). Eh.. barangkali ini keyakinan sesaat saja, besok atau lusa mungkin saja sudah berubah. Oh.. atau barangkali, saya malah menjadi moderat yang fanatik. Fiiuuuh.. Peace yo..!!

-Y-

Sabtu, 20 September 2014

Sia

My Sia
Miaow.. miaow.. miaoww
day one...
she laid down on the second floor
I just could put a milk and a water near her
didn't know what to do

Miaow.. miaow..miaoww
day two..
she moved a little, now she's near the condenser
she was looking for a warm place (I guess)
I only could see her body, no brave to touch

Miaow.. miaow.. miaoww
day three..
Gosh.. why she's still there
so limp and unhealthy
where's her mom

I decided to adopt her
tried to feed her
then I touched her for the first time
her face so cute, reassuring me

I put this little creature on a warm box with a gentle cloth
I gave this kitten a milk
at least now she has a mom
I and my husband love her
We gave her a milk, alternately

day four.. she was so weak
I rubbed her while feeding her
but her body was getting worse

day five.. i took her to the office
to make sure i could feed her anytime

in the afternoon,
when i rubbed her and trying to give her a milk
she took a long breath
then she passed away

yes.. it was so sad
in the evening i buried her
with my on hand

Sia was her name
eventhough just a moment we were together
but the memories are standing still
good bye Sia

-Y-

Minggu, 13 Juli 2014

Kau

Dambaanku..
ku tahu ini vulgar
tak pantaslah keluar ucapanku
namun aku ingin dunia mendengar

Wahai pujaanku..
baiklah.. ku kan berpikir lagi..
haruskah ku berbagi
tentang hasrat dan keinginan ini

Sementara ku coba mengayuh
tuk merengkuh sifat-sifat dan perilaku itu
yang hanya membuatku semakin jauh
dan kian membatu
melemahkan keinsafan
lupa akan santun dan kebijaksanaan
ku ingin ria 
ku akan bercerita

Duhai mahbub yang semakin matang
melepaskan keduniaan
menanggalkan keinginan satu persatu
memantapkan kenihilan
menyiratkan ketiadaan

Ya habibi..
Keabaian yang tak menyakiti hati
kedewasaan yang mendamaikan
pemahaman yang menenangkan
keteguhan yang menghanyutkan
ketulusan yang menyemangatkan

Cukup sudah..
tak perlu banyak kata
karena memang seharusnya tak perlu dikatakan
hanya ku suratkan tuk menjadi patronku

Sujudku
Salam

-Y-

Jumat, 13 Juni 2014

Hantu Ego

Seharusnya ku tak peduli
tapi dapat ku rasakan
kebencian itu
menyeruak di pikiranmu

Mungkin bukan benci, tapi tak nyaman
ku pikir kau juga sedih
sama seperti ku
sedih mendapati adanya perbedaan

Genderang perang nampaknya dikumandangkan
aku tak punya senjata
apalagi amunisi
sedang kau dalam kejayaanmu

Selamat.. semoga kau berhasil
aku ingin tak peduli
aku ingin acuh
tapi kau nyata

Harus ku hadapi
karena kau bukan hantu 
ah.. ku anggap saja kau hantu
agar mudah bagiku 

karena ku tak percaya hantu
lagi pula aku tak percaya kau
siapalah kau
tak ada seseorang atau sesuatu pun yang dapat ku percaya, termasuk kau

Pergilah, menjauhlah
hmm... ku revisi
aku yang akan pergi, aku yang akan hengkang
melatih otakku tuk tak mengenalmu
dan kembali seperti dulu..

-Y-

Jumat, 06 Juni 2014

Kebermaknaan Hidup

Hidup manusia menjadi berwarna-warni karena manusia adalah (mungkin) satu-satunya makhluk yang selalu memberi makna pada kehidupannya. Perbedaan latar belakang, keturunan, pendidikan dan lingkungan, menjadikan tak satu pun manusia yang memiliki kesamaan, baik fisik maupun pola berpikirnya. Inilah sumber dari keniscayaan akan suatu perbedaan. Begitu pula halnya tentang cara memaknai hidup.

Masing-masing individu, pasti memiliki caranya sendiri untuk memaknai hidupnya. Ada yang berpikir bahwa hidupnya menjadi bermakna ketika dapat berbagi dan mengurangi penderitaan orang lain. Ada pula yang meletakkan makna hidup dengan menolong satwa yang terlantar atau memperjuangkan hak asasi manusia. Makna hidup tidak selalu berarti yang kelihatan berdampak pada orang lain karena harta atau barang atau ilmu yang disampaikan, ada pula seseorang yang memaknai hidupnya dengan memberi kesempatan dan mendukung orang lain untuk dapat mengembangkan diri. Ada pula yang memaknai hidup dengan memberi kebebasan berekspresi kepada orang lain di sekitarnya. Ada pula yang mencari rejeki sekuat tenaga demi menafkahi diri, keluarga atau orang lain. Ada pula yang memaknai hidup dengan berusaha untuk tidak pernah menyusahkan atau menyakiti orang lain. Ada pula yang memaknainya dengan mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada keluarga, anak yatim piatu, fakir miskin atau kaum papa.

Memaknai hidup tidak selalu terkait dengan orang lain, ada pula yang merasa hidupnya menjadi bermakna ketika hidupnya selalu produktif dan meraih beragam prestasi. Ada juga yang memberi makna hidup dengan mendalami ilmu khusus atau beragam ilmu. Ada pula yang memaknainya dengan fokus untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh dan pikirannya. Ada juga yang memaknai hidup dengan mendalami religinya dengan khusuk. Ada pula yang memaknai hidup dengan menjaga dan mendukung pelestarian lingkungan.

Tentunya masing-masing cara manusia dalam memaknai hidup tak lepas dari perjalanan hidupnya. Barangkali tak selamanya dalam hidup seseorang akan memiliki satu cara saja dalam memaknai hidup. Seiring dengan pengalaman, pengetahuan dan lingkungannya, cara pandang seseorang sedikit banyak akan mengalami perubahan. 

Hal yang patut dicermati adalah jangan mudah mengkerdilkan orang lain. Apa yang tak nampak dimata kita, bukan berarti orang lain seolah-olah membuang-buang waktunya dengan percuma. Tentu orang lain memiliki caranya sendiri dalam menata maqam hidupnya. Sepanjang tidak merugikan dan menyakiti orang lain, tentunya kita tidak berhak menghakimi perilaku orang lain yang tidak sesuai dengan cara pandang kita. Bah .. rasanya sulit melakukannya. Apakah ini berarti saya memaknai hidup hanya dengan membuat alasan-alasan saja. Ohhh.. tak mengerti... 

-Y-

Sabtu, 24 Mei 2014

Daster & Kaos Kaki


Mereka bilang tidak modern
Seperti mbok-mbok dan kampungan

Bagiku, inilah sandang kebebasan
Setelah seharian tubuh dibalut pakaian
demi kepantasan sosial
Namun saat keperaduan, sederhana adalah kunci

Daster, satu potong baju, berbahan ringan
Mau lengan pendek, kutung atau panjang
Tubuh dapat bergerak bebas
Dicuci pun mudah
Ah, dasar otak wanita
Pantas suami berkata: "kenapa perempuan suka daster?"

Mungkin, jika sekali saja para lelaki mencobanya
akan ketagihan
Makanya mereka hanya bisa bertanya
Malu untuk menjajal
Hingga tak pernah tau rasanya
Mungkin..

Daster, baju dinas rumahan yang tak pantas menginjak kantor mewah
Tidak seperti kaos kaki
Selalu pantas berada dimana pun
Kantor, rumah ibadah, tempat hiburan hingga kasur

Kebiasaankah atau
Entah apa yang membuat benda ini selalu melekat dikakinya
Pernah ku ikuti jejaknya
Paling pol, benda ini melekat saat olahraga
atau melindungiku dari kedinginan
Yah, kita memang berbeda

Kau suka kaos kaki
Aku suka daster
Meski tidak seimbang kegunaannya
Setidaknya kebebasan memakai benda favorit
masih memihak kita

-Y-

Minggu, 02 Februari 2014

Liburan ke Palembang


Asyiiikkk.. saat tiket pesawat sudah dipesan untuk dua hari menginap, ternyata waktu pekerjaan dapat diselesaikan hanya dalam sehari. Hehe... Lumayan.. ada waktu setengah hari mengisi liburan sambil menikmati kota yang asing bagiku. Kota empek-empek.... Palembang!!!! 

Meski tak banyak yang dapat dinikmati, tapi setidaknya beberapa tempat yang dapat saya kunjungi (8/2/14). 

Jika dana jalan-jalan terbatas, sebaiknya naik angkutan umum di Palembang. Banyak keuntungannya: Pertama, banyak sekali rute dan jumlah angkotnya. Kedua, kayaknya sih angkotnya tidak mengenal ngetem, jadi bisa lancar jaya. Ketiga, soal macet.. tidak terlalulah, hanya Jakarta-lah raja dan biang macet. Keempat, sudah pasti lebih irit. 

Tips naik angkutan umum untuk turis lokal di Palembang: 
1. Putuskan obyek wisata yang akan anda kunjungi. 
2. Cari tahu (googling) lokasi atau alamat destinasi yang akan anda kunjungi. 
3. Buka peta (map google aja biar gampang), supaya kebayang jarak dan lama perjalanan. 
4. Cari tahu jenis angkot yang melalui alamat destinasi anda. Coba klik rute angkutan umum, sungguh sangat membantu!
5. Jika bingung, coba tanya warga sekitar yang anda temui, mereka akan dengan ramah menjawabnya.
6. Jika masih bingung, ya sudah naik taksi saja, lumayan banyak kok disana.

Benteng Kuto Besak

Setelah sarapan tekwan di hotel Aston, kemudian saya bergegas menyeberang dan naik Oplet Putih Patah, rute Ampera-Perumnas dengan membayar 3000/orang. Sampailah saya di Benteng Kuto Besak. Benteng bergaya arsitektur Eropa terletak + 50 m dari bantaran Sungai Musi yang dibatasi oleh ruang hijau, jalan dan ruang terbuka. Di bagian dalam benteng terdapat kantor kesehatan Kodam II Sriwijaya. hehe.. karena lihat ada tentara yang berjaga di gardu depan, jadi saya hanya berfoto ria di depannya. Megah sekali bentengnya. Tinggi dan kokoh. Kebayang deh kalau jaman dahulu dijadikan benteng dari serangan musuh yang  menyerang dari akses sungai Musi, pasti tak tergoyahkan. 

Di depan benteng itu ada area terbuka yang diisi oleh para pedagang dan arena anak-anak. Ketika saya datang sih lagi ada pameran bogasari, isinya roti melulu. 

Kalau mau belanja kain juga bisa, tinggal jalan saja. Karena di dekat situ ada Pasar Ilir Palembang. Tapi kalau saya sih diputuskan ke tujuan berikutnya.

Pulau Kemaro
Di depan benteng ada dermaga, disitu akan banyak yang menawarkan ketek (sebutan untuk perahu) menuju ke Pulau Kemaro. Tawar menawar ya, seharusnya bisa 100rb untuk sewa ketek bolak balik. Tetapi karena saya tak pandai menawar, sepakat saja untuk harga 150rb. Rela sajalah, toh saya patungan dengan teman-teman sekalian buat tambahan devisa daerah. hehe..

Sekali jalan ke Pulau Kemaro perlu waktu sekitar 45 menit, jadi perjalannya saja bolak-balik perlu waktu sekitar 1,5 jam karena perahunya santai jalannya. Saya lihat ada perahu yang bisa ngebut, tapi kliatannya naiknya dari dermaga yang di dekat pasar ilir. Nah, kalau ada perahu lain yang ngebut melintasi perahu kami, hehe.. seru loh.. penumpang jadi terombang ambing akibat ombak yang dihasilkan. Ahasil pak supir perahu harus mengurangi laju perahu agar tidak oleng. Buat penumpang, jadi sedikit basah kalau salah memilih tempat duduk. Daaan, bising sekali suara mesinnya, seru sih, kalau ngomong jadi mesti teriak-teriak, macam penyanyi rock-lah, hehe..

Menikmati sungai Musi yang lebar dengan pemandangan rumah dan mesjid dengan model atap yang khas, anak-anak yang mandi dan berenang, ada pula yang mencuci pakaian, kapal-kapal tongkang yang berlabuh, dan banyak pula yang memancing dan menjaring udang di pinggir sungai. Pemandangan yang jarang saya lihat. Sungai memberi banyak manfaat bagi warga sekitar. 

Meski tak pelak juga, sungai menjadi akses termudah untuk membuang limbah bagi pabrik-pabrik yang letaknya di dekat sungai. Agak ndak seru ketika melewati PT. Pupuk Sriwijaya yang sedang mengeluarkan asap polusi udara, bau amoniak yang bikin mata perih, hidung meler dan asem deh pokoknya. 

Lupakan yang tidak enak itu. Mari nikmati Pulau Kemaro.

Ada pagoda yang megah dan cantik. Sepoi-sepoi angin sambil menikmati air kelapa (10.000/buah) dan Opak Palembang (1000/opak) menambah nikmat suasana di Pulau ini. Oiya, masuk klenteng ini tidak dipungut biaya. Tapi tetap harus sopan ya.

Ada pula yang disebut "pohon cinta", konon katanya kalau menuliskan nama sepasang insan yang sedang mencinta di pohon tersebut, maka akan berjodoh. Pohonnya sih dipagari dan ada tulisan larangan mencoret pagar atau didenda sampai 50juta, tapi nampaknya tetap tidak menghalangi sepasang sejoli yang ingin mencoba peruntungan jodohnya. Toh, cabang batang pohon cinta banyak yang menjuntai keluar pagar kok. Jadi tenang saja, anda masih bisa mencobanya dan tidak melanggar aturan loh. Hanya agak menyakiti sang pohon saja. hehe..

Nampaknya nuansa Tionghoa begitu kental, sampai-sampai ada patung Panda di dekat pohon cinta. Selain itu ada juga patung Dewa Rejeki. Sayangnya di sekitar patung ada pedagang-pedagang yang bikin pemandangan jadi kurang sedap, dan sayangnya lagi, ketika saya datang, toilet umum sedang direnovasi jadi tidak ada air. Untung saya belum ingin pipis banget. 

Meski demikian, saya tetap senang menikmati keindahan Pulau ini. Lalu kembalilah saya ke dermaga benteng.

Jembatan Ampera
Pada malam hari, jembatan ini nampak jauh lebih indah karena lampu-lampunya memberi kesan elegan, berasa di Eropa gitu. Cuma, kalau malam dengan kamera ponsel yah rasanya enggak banget. Di siang hari pun, jembatan ini tetap indah dan menawan. Membentang dengan gagahnya di atas sungai Musi yang menghubungkan Palembang ilir dan Palembang hulu. Keren deh. Singapura mah kalaaah. hehe.. sayangnya restoran River Side kurang menarik pengunjung, kalau dibuat resto-resto cantik yang menunjang kehidupan sungai untuk menikmati jembatan ini, pastilah banyak wisatan ke Palembang deh. Haqul Yaqiinnn :)

Museum Sultan Baharudin
Letaknya di sebelah Benteng Kuto Besak. Cuma sayang saya tidak sempat masuk ke dalamnya karena saya terburu-buru. 

Oleh-oleh
Di depan museum ada halte, nah saya naik oplet Lemabang ke Palembang Indah Mall (PIM). Di depan PIM ada pempek Vico. Tergantung selera sih, ada juga merk candy, yang tersedia di bandara. Setelah saya mencicipi tekwan dan pempek serta oleh-oleh yang siap diangkut, barulah mencari taksi menuju bandara karena bawaaan sudah banyak nih. hehe..

Dari PIM ke bandara dengan taksi bluebird ongkosnya + 75ribu. Lumayan jauh. Rasanya masih ingin menikmati kota pempek ini. Saya belum berburu wisata kuliner yang katanya ada pindang pating yang enak di RM. Sri Melayu, ada Jakabaring yang hanya selintas saya nikmati. Kalau bisa mampir dan sejenak menikmati jagung bakar di malam hari, rasanya asik benar. Belum lagi mengunjungi Mesjid Cengho. Aahhh, mudah-mudahan lain waktu bisa berkunjung lagi.

Akhirnya sampailah di bandara Baharudin, Setelah menikmati kota sungai ini, saya pun siap kembali ke kota halaman dengan kenangan hembusan sungai Musi nan tiada duanya itu. Meski lembab dan sedikit panas, namun sepoi-sepoi angin begitu terasa hangat ke dalam sukma ini. 

Ayoo ke Palembang !!!!!

-Y-

Pilihan dan Alamat Rezeki

Kata Satre begini: "We are our choices" artinya, apa yang menjadikan dan membentuk karakter, nilai atau keadaan kita saat ini adal...