Minggu, 08 Februari 2015

Jurnal Curhat Usaha menuju Bayi Tabung (Bagian 1)


"Setiap orang memiliki kebutuhan, keyakinan, pengetahuan dan rencana dalam menjalani hidupnya masing-masing. Tentu tidak harus sama dan pastinya berbeda dalam detail."

Masyarakat kita sungguh menjunjung tinggi ikatan kekeluargaan, di mana unsur yang terlibat adalah orangtua dan anak, lalu berkembang menjadi sebutan nenek, kakek, ibu, ayah, anak, cicit, tante dan lain-lain. Untuk kemudian, saya akan sedikit membagi pengalaman tentang rencana memiliki anak. Pertama, saya berusaha dengan mengikuti program agar bisa hamil (bahasanya ndak enak ya. hehe..).

Keputusan yang saya ambil tentu melibatkan persetujuan dari pasangan. Apapun yang telah terjadi, bukanlah tanpa alasan. Adapun kejadian yang saya dan pasangan alami, pastilah sesuai dengan kondisi, waktu, pemahaman, dan kemampuan yang kami miliki. Jadi, kami seringkali (sengaja) acuh dengan apa yang orang katakan tentang kami.

Uterus
Di awal menikah, saya coba ke dokter kandungan. Saya datang sendiri. Niat saya memeriksakan kandungan. Lalu dokter kasih obat yang terkait dengan TORCH. Saya tahu ini tahap awal, sekedar untuk mengetahui kondisi kesehatan kandungan saja. Lalu untuk pengecekan rutin, saya lakukan pap smear. Kami menunda kehamilan selama hampir enam tahun. Penundaan dengan cara alami, tanpa alat KB. 

Pada tahun keenam, tahun 2013, kami berniat untuk punya momongan. Kami coba dengan cara alami. Untuk itu, kami mulai cari info dokter yang bisa memeriksa kondisi kandungan lebih dalam. Dengan bermodalkan tanya kepada orang yang berpengalaman. Lalu saya mendapat referensi Prof. Marsis. Saya dan pasangan konsul di RS Bunda (pasiennya banyak, antrinya lumayan.. hehe..). Hasilnya, saya disarankan untuk melakukan hidrotubasi

Prinsip hidrotubasi adalah meniupkan cairan dengan alat melalui vagina hingga menuju saluran telur. Lebih lengkapnya bisa dibaca di Link ini. Hehe.. sayangnya dengan metode ini, pasien harus dibiuskan dan tindakan dilakukan di kamar operasi. Tindakan hirotubasi ini dilakukan di RS. Budi Jaya.  

Hehe. jadilah saya dibius. Tindakannya sekitar 10 menit saja, tapi sisa obat biusnya sekitar satu-dua jam. Setelah itu, terasa mual dan saya muntah. Kata orang, ya begini rasanya hangover. hihi..

Hasilnya, kata suami saya dari infonya perawat kalau pada saluran tubanya ada sumbatan di sebelah kiri, namun tidak terlalu berbahaya. Perlu diterapi, (semacam alat yang memancarkan hangat), supaya bisa normal. Saat saya sadar, Prof. nya sudah pulang. Jadi memang kudunya sih konsul lagi. Tapi karena saya pada waktu itu trauma dengan tindakannya, maka saya males konsul lagi.

Jadi, ceritanya saya abaikan saja hasil dan saran perawat itu. Kami lanjutkan rencana memiliki anak dengan mengandalkan kalender. Oh iya, ada aplikasi android untuk mengetahui kapan kita ovulasi, masa subur, dan mulai haid lho. Menarik lho dan cukup akurat, namanya: MyDays. Selama hampir satu tahun kami lakukan cara alami, ternyata belum membuahkan hasil.

Tahun 2015, kami mulai berniat periksa ke dokter dengan intens. Saya mulai rajin menanyakan kepada teman-teman yang sudah pernah hamil. Setiap dokter yang direferensikan, kemudian saya cek di internet mengenai profil dokternya. Saya telusuri testimoninya. Saya cari tempat dan waktu praktiknya. Selain itu, saya buka situs-situs chat di internet mengenai profil dokter, seperti di ibuhami.com, theurbanmama.com, infobunda.com, dll. Karena keinginan saya adalah memiliki anak, maka saya cari dokter yang memiliki keahlian tentang fertilitas. 

Akhirnya, saya dapat referensi dr.Gunawan Dwi Prayitno. Beliau praktik di RSPAD, Gatot Subroto Klinik Fertility Center setiap selasa dan jumat jam 09-12 WIB. Melihat jadwal praktiknya di hari kerja, saya dan suami mengambil beberapa hari cuti agar tidak diganggu oleh pekerjaan.  Saya mendaftar melalui Paviliun Kartika RSAPD.

Di awal pemeriksaaan, dokter menanyakan riwayat kami, jadi kami ceritakan tentang pernah hidrotubasi oleh Prof Marsis. Lalu dr. Gunawan melakukan USG. Tenang aja Bu, kalau hanya USG, dipersiapkan oleh perawat/suster, dokternya tinggal menggerakkan tangkainya saja dan melihat ke monitor TV, jadi suami juga dapat melihat hasilnya. 

Saat kontrol pertama kali, saya dalam keadaan masa subur. Jadi kelihatan sel telur di dalam saluran sebelah kiri. Dokter menyarankan agar suami juga diperiksakan spermanya. Lalu saya diberi resep dan jadwal untuk melakukan senggama.

Biaya yang dihabiskan, 23 Jan 2015:
1. Konsul + admin = 240.000
2. Periksa sperma = 150.000
3. Obat penyubur wanita (prohelic)= 195.000
4. Obat penguat rahim (dupaston)= 400.000

Usaha ini belum berhasil membuat saya hamil. Selanjutnya, saya akan sharing pengalaman saya. Sengaja menampilkan biaya yang dikeluarkan supaya juga menjadi perhatian bagi yang lain saat hendak melakukan program ini. Karena program ini, mestilah di luar biaya tahunan rumah tangga, apalagi biaya bulanan. Jadi soal budget, menurut saya penting sekali untuk kesehatan kantong kita. Hehe..

Berikut ini ada tips, meski saya belum berhasil hamil.. paling ndak berdasarkan pengalaman.. ada baiknya sih tips berikut ini diperhatikan. Baik untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. hehe..


Tips untuk rencanakan kehamilan (ini berlaku untuk suami dan istri):
  • Makan-makanan yang bergizi dan sehat, dan hindari makanan dengan pengawet dan kopi (karena dapat menurunkan kualitas sel-sel primordial). 
  • Olahraga yang teratur : selain dapat membugarkan tubuh, juga dapat membuat kita happy dan selalu berpikir positif. 
  • Untuk menetukan dokter pilihan, sebaiknya browsing dan cari tahu sebanyak-banyaknya tentang profil dokter dan jadwal prakteknya tsb. Baca testomi dari internet atau tanya kepada teman yang berpengalaman.
  • Pilih lokasi praktek dokter yang mudah dijangkau untuk menghindari stres yang tak perlu karena macet dan menunggu terlalu lama.
  • Atur waktu luang anda dan pasangan yang memang didedikasikan untuk konsultasi. Sebaiknya ajukan cuti, agar konsultasi dapat berlangsung rileks dan nyaman.
  • Selalu berpikir positif : untuk menerima apapun keadaaan yang kita alami.
  • Cari tahu tentang metode dan biaya periksa kandungan dan sperma. Supaya dapat dimasukkan pada budget rumah tangga, karena biaya tidak sedikit menurut saya.
  • Cari tahu tentang cara dan biaya untuk memiliki anak dengan cara tidak alami. Untuk dapat disesuaikan dengan kemampuan finansial kita.
  • Jika memungkinkan, terbukalah dengan keluarga mengenai kondisi anda, supaya mendapat dukungan moral dan siapa tahu juga dapat dukungan material. hehe..
Sekian dulu, akan saya sambung lagi di Bagian 2.

-Y-

Pilihan dan Alamat Rezeki

Kata Satre begini: "We are our choices" artinya, apa yang menjadikan dan membentuk karakter, nilai atau keadaan kita saat ini adal...