Jumat, 13 Juni 2014

Hantu Ego

Seharusnya ku tak peduli
tapi dapat ku rasakan
kebencian itu
menyeruak di pikiranmu

Mungkin bukan benci, tapi tak nyaman
ku pikir kau juga sedih
sama seperti ku
sedih mendapati adanya perbedaan

Genderang perang nampaknya dikumandangkan
aku tak punya senjata
apalagi amunisi
sedang kau dalam kejayaanmu

Selamat.. semoga kau berhasil
aku ingin tak peduli
aku ingin acuh
tapi kau nyata

Harus ku hadapi
karena kau bukan hantu 
ah.. ku anggap saja kau hantu
agar mudah bagiku 

karena ku tak percaya hantu
lagi pula aku tak percaya kau
siapalah kau
tak ada seseorang atau sesuatu pun yang dapat ku percaya, termasuk kau

Pergilah, menjauhlah
hmm... ku revisi
aku yang akan pergi, aku yang akan hengkang
melatih otakku tuk tak mengenalmu
dan kembali seperti dulu..

-Y-

Jumat, 06 Juni 2014

Kebermaknaan Hidup

Hidup manusia menjadi berwarna-warni karena manusia adalah (mungkin) satu-satunya makhluk yang selalu memberi makna pada kehidupannya. Perbedaan latar belakang, keturunan, pendidikan dan lingkungan, menjadikan tak satu pun manusia yang memiliki kesamaan, baik fisik maupun pola berpikirnya. Inilah sumber dari keniscayaan akan suatu perbedaan. Begitu pula halnya tentang cara memaknai hidup.

Masing-masing individu, pasti memiliki caranya sendiri untuk memaknai hidupnya. Ada yang berpikir bahwa hidupnya menjadi bermakna ketika dapat berbagi dan mengurangi penderitaan orang lain. Ada pula yang meletakkan makna hidup dengan menolong satwa yang terlantar atau memperjuangkan hak asasi manusia. Makna hidup tidak selalu berarti yang kelihatan berdampak pada orang lain karena harta atau barang atau ilmu yang disampaikan, ada pula seseorang yang memaknai hidupnya dengan memberi kesempatan dan mendukung orang lain untuk dapat mengembangkan diri. Ada pula yang memaknai hidup dengan memberi kebebasan berekspresi kepada orang lain di sekitarnya. Ada pula yang mencari rejeki sekuat tenaga demi menafkahi diri, keluarga atau orang lain. Ada pula yang memaknai hidup dengan berusaha untuk tidak pernah menyusahkan atau menyakiti orang lain. Ada pula yang memaknainya dengan mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada keluarga, anak yatim piatu, fakir miskin atau kaum papa.

Memaknai hidup tidak selalu terkait dengan orang lain, ada pula yang merasa hidupnya menjadi bermakna ketika hidupnya selalu produktif dan meraih beragam prestasi. Ada juga yang memberi makna hidup dengan mendalami ilmu khusus atau beragam ilmu. Ada pula yang memaknainya dengan fokus untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh dan pikirannya. Ada juga yang memaknai hidup dengan mendalami religinya dengan khusuk. Ada pula yang memaknai hidup dengan menjaga dan mendukung pelestarian lingkungan.

Tentunya masing-masing cara manusia dalam memaknai hidup tak lepas dari perjalanan hidupnya. Barangkali tak selamanya dalam hidup seseorang akan memiliki satu cara saja dalam memaknai hidup. Seiring dengan pengalaman, pengetahuan dan lingkungannya, cara pandang seseorang sedikit banyak akan mengalami perubahan. 

Hal yang patut dicermati adalah jangan mudah mengkerdilkan orang lain. Apa yang tak nampak dimata kita, bukan berarti orang lain seolah-olah membuang-buang waktunya dengan percuma. Tentu orang lain memiliki caranya sendiri dalam menata maqam hidupnya. Sepanjang tidak merugikan dan menyakiti orang lain, tentunya kita tidak berhak menghakimi perilaku orang lain yang tidak sesuai dengan cara pandang kita. Bah .. rasanya sulit melakukannya. Apakah ini berarti saya memaknai hidup hanya dengan membuat alasan-alasan saja. Ohhh.. tak mengerti... 

-Y-

Pilihan dan Alamat Rezeki

Kata Satre begini: "We are our choices" artinya, apa yang menjadikan dan membentuk karakter, nilai atau keadaan kita saat ini adal...