Kamis, 21 September 2017

Liburan ke Chiang Mai

Wat Cedi
Sawadee Kaaaa... (sambil merapatkan kedua telapak tangan di depan dada, dan menundukkan kepala).. 

Begitu cara salam saat bertemu dan berpisah bagi orang Thailand. Yup.. liburan kali ini adalah ke Chiangmai, di Thailand utara.. Yeayyy.... liburan selama empat hari tiga malam bersama pasangan saya (09/17).. maaak.. aye seneng banget.


Di sini saya masukkan biaya ya.. siapa tau berguna buat yang ingin mengira-ngira biaya jadi turis di Chiang Mai. Ohiya.. untuk sinkronisasi bacaan ini, 1 bath kira-kira 400 rupiah ya. 


Tips singkat ala Yanu:

- Jangan kawatir soal transportasi, ada taksi (tuk tuk), becak, angkot, Uber, Grab.
- Wifi banyak, ada di setiap bandara, penginapan dan resto atau warung makan. Kalau takut nyasar bisa pakai Peta. Bagus mau pakai Dtec (lokal provider seluler).
- Buat yang punya problem perut (maag maksute) sama makanan asem dan bersantan seperti saya (tapi saya udah parah nih), saya bawa lemon dan alat perasnya dari rumah. haha.. niat bener. Biar ga rugi bo', makanan di sini enak-enak. 
- Kalau problem perutnya ga terlalu berat kaya saya, jangan kawatir.. air kelapa juga ampuh buat masalah perut kamu. Dan ini, bakal gampang kamu temuin di setiap hampir 300 meter deh. Harganya 25-50 Bath. 
- Udara di sini relatif panas, terik, meski begitu karena ini adalah kota religius, maka berpakaianlah yang sopan. Gapapa ding mau buka-bukaan, bakal tetep dipinjemin kain kok buat nutupin (di beberapa tempat).

Catatan: kata orang:"no picture is hoax". But well.. mohon maaf yak, hp rusak disaat saya belum sempat memindahkan foto-foto yang indah itu ke laptop dan tak ada satupun yang sempat diselamatkan, jadilah hilang begitu saja foto kenangan itu. Huhuhu.... hanya sedikit yang tersisa. Tapi cerita ini harus terus berjalan, nanti saya akan kerahkan tenaga untuk mengambil foto dan menambahkan lokasi untuk melengkapi cerita ini. Tapi kapan-kapan ya. Hehe..


Penginapan
1.Hern Lhin Natural Resort
Saat pesan tiket pesawat, sepaket dengan pemilihan hotel. Kami pilih Hern Lhin Natural Resort. Karena belum pernah ke Chiangmai, dan males pula browsing serta mencari tahu, maka jatuhlah pilihan pada tempat tersebut. Yang jaraknya 17 km dari Chiang Mai airport. Pakai taksi ke penginapan itu 500 Bath, sekitar setengah jam dari bandara. Kalau dari sini, bisa sih ke Night Safari, tapi hamba kurang berminat.

Tempatnya unik dan eksotis gitu dengan konsep clay house, rumah liliput tapi berukuran besar. Kalau lihat interiornya niat banget deh. Bangku dan Meja dari kayu solid, dilisting pakai besi paten gitu. Warnanya natural dengan gaya traditional contemporer, dengan tak lupa ornamen dan desain gambar gajah menghiasi ranjang dan sudut-sudut ruang. Per hari 500rb, sarapannya disajikan dengan menarik. Bagus untuk keluarga, karena ada dua kasur, one single bed dan double bed. 


Di sini dapat berenang dan dipinjamkan sepeda. Tempatnya kalau pagi cukup sejuk, sebab terbilang kawasan pegunungan. Udaranya bersih dan langit cerah bisa dinikmati sepanjang perjalanan. Bisa bersepeda ke Pagoda terdekat sambil menikmati udara pagi yang segar. Nikmaat banget rasanya. Aroma dupa selalu merebak di setiap pintu masuk rumah warga. Saya suka.. Tinggal pulangnya ngegenjot sepeda pararegel.. soalnya tanjakan. haha.. 


2. Sri Muang Pong Pagoda

Ini adalah tempat pusat meditasi nasional. Syahdu bener deh... sunyi.. sejuk.. dan diiringi gemericik air dari sungai yang mengalir di sebelahnya. Saya cuma berani menikmati pemadangan Pagoda dari luar. Sebab ini agak desa ya dan sepi, nampaknya ndak umum untuk dikunjungi turis dan karena beda budaya, hamba takut salah. Terus.. guguknya banyak. hihi..

Sri Muang Pong Pagoda

3. De Nara Guest House
Yup... sebelum makan siang, kami pindah penginapan. Meski harus merelakan jatah menginap yang sudah dibayar selama 3 malam di Hern Lhin. Ini demi.. demi kenyamanan. Hehe..

Dari Hern Lhin ke De Nara cukup naik Uber seharga 230 Bath. Orang Thailand ga biasa ngomong Errr.. jadi kalau mereka sebut namanya penginapan de nala... pakai L. 


Penginapan ini recommended banget deh. Interior hotelnya gaya kontemporer, bersih dan pasti ada wifi, dengan fasilitas air panas, breakfast dan kolam renang. Terus, dekat dengan resto, dan enak buat jalan kaki untuk menikmati suasana kota. Dekat sinipun tersedia penyewaan sewa sepeda, per hari 50 Bath. Untuk tiga hari dua malam, biayanya 3180 Bath.


4. Dash Teak House Resto

Letaknya serong kiri di depannya De Nara. Yang buat saya sebutkan nama restonya, karena masakannya emang enak banget. Sesuai sama lidah saya. Sajiannya tentu masakan khas Thailand dan menu internasional juga ada.

Anyway.. semua makanan Thailand itu uenaaak-uenak (ga harus di resto ini sih), cocok banget deh sama saya. Kalau sebulan saja saya di negeri ini, mungkin berat badan saya bisa naik 5 kilo. Benar-benar deh, bikin nambah napsu makan.


Berikut ini ya, saya deskripsikan aneka masakan yang kami nikmati di Dash Resto ini. Untuk tahu menu lengkap dan harganya, bisa kamu intip di sini (klik). Ohiya, saya tidak makan daging babi, jadi yang saya pesan sekitar daging ikan (seafood), ayam dan sapi.



  • Tom Yam Gung: Ini makanan yang saya ingin banget cobain kalau ke negeri gajah ini. Kuah sup yang asam suuuegar dari aneka bumbu rempah dan gurih ini (saya mintanya tidak pedas banget), ya ampunuuunn.. Uenaak banget, di makan sampai tak bersisa kuahnya. 
  • Phat Tua Kak Grathian: Ini sih bukan sok tahu tahuan dari nama makanannya, kami pesan karena ada gambarnya. hehe.. sayur oseng buncis dengan bumbu asin dan gurih serta bawang putih yang nikmat. Rasanya, sedaaap banget. Entah lapar atau apa, tapi emang sedap banget. 
  • A Sweet Potato Nest Chicken: Ini mangkoknya terbuat dari potongan kentang goreng yang dibentuk seperti sarang burung, dengan di dalamnya disajikan oseng ayam yang diberi paprika, kacang mede, nanas, dan bumbu lainnya.. rasanya ampuuun dah, enak banget. Mangkok yang berbentuk sarangnya itu bisa dimakan juga, tapi piringnya ya jangan ikut dimakan ya. Hehe..
  • Minuman andalan yang kami pilih adalah Thai milk dan Kelapa muda. hihi.. saya minum kelapa muda terus lho.. segerrrr. Jadi kelapanya dingin bukan air kelapanya dikasih es, tapi sabutnya ditipisin, lalu kelapa utuh itu dimasukkan kulkas atau direndam es batu, jadinya dingin air kelapa di dalamnya.
Resto ini merupakan fine dining, makan cantik gitu. Untuk menu yang kami pesan di atas, plus 2 piring nasi, kami menghabiskan 490 Bath. Criiing.. puassss..

5. Warowo Market

Ini pasar tradisional yang menjual beragam kebutuhan rumah tangga, sembako, dan bunga potong, serta buah-buahan. Saya beli duren montong dan rambutan. Surganya buah deh, seperti di Jakarta. Ndak mahal juga, segar-segar. Di seberang pasar ada sungai yang bersih meski tidak jernih. 

Saya makan buah-buahan di pinggir sungai, sambil menikmati suasana sore di mana orang-orang mulai menutup tokonya dan bergegas pulang. Meski begitu, sampah terkumpul cukup rapih hanya dengan kantong plastik besar yang disediakan di setiap 2-5 meter jalur pedestrian. 


6. Night Market

Di sini pusat belanja dan lihat-lihatnya oleh-oleh buat turis lokal maupun mancanegara. Seperti Malioboronya Jogja. Makanan khas Thailand pun tersedia beragam dan uenak uenak. Segala macam oleh-oleh dan karya seni ada. Rame, riuh, dan harum, serta tetap bersih. Penjualnya ramah-ramah banget. 

Yang menarik adalah food courtnya itu mewajibkan pengunjung untuk membersihkan mejanya sendiri. Jadi sampah harus dibuang di tempat sampah dan alat makan harus diletakkan di tempat khusus piring/gelas kotor. Smoking is prohibited. Yesss... Asek lagi, suguhan panggungnya itu adalah tarian lokal. Sedhaaaapp.. Ohiya.. ada banyak pilihan koridor food court sih, temanya macam-macam. Ada kebarat-baratan (panggungnya ya lagu top 40 lah), Italiano, atau ingin yang nuansa lokal, tergantung spot yang kamu pilih. 


Di atas jam 9.30 malam, ada Cabaret Show. Peragaan busana yang dilakukan oleh transgender. Tinggi-tinggi (tambah tinggi karena hak sepatunya amboiii), kekar, dan tebal make up dengan pakaian yang mencolok, tentu agar terlihat unik dan cantik. 


Pemandangan yang membuat kaya pengalaman, sebab disuguhkan kenyataan bahwa hidup sejatinya adalah menerima adanya perbedaan. Oh life..


Pulangnya kami naik tuk tuk (taxi yang bentuknya seperti bajaj tanpa pintu). Sopirnya itu punya nomor identitas. Ramah sekali dan ndak matre atau maksa-maksa. Harganya sedang-sedang saja. Bisa ditawar kok. Dari Pasar Malam ke hotel dia minta 100 bath, kami menawar 80 bath dan oke. Dan tentu di dalam kendaraan ada pajangan dan wewangian sebagai lambang kepercayaannya. Damai sekali melihatnya.



7. Market
Di sini dijual jajanan, kue-kue dan masakan lokal, tentu saja buah juga ada. Seneng banget deh lihatnya. Saya ke sininya malam, terlihat pedagang kaki limanya ramai dan tetap tertib, rapih. Di sini, saya nyobain Mango Rice, ketan warna warni agak gurih, yang diberi kuah santan, serta potongan mangga di atasnya. Unik rasanya. Harganya 50 bath. 

Makan Mango Rice sambil menikmati pemandangan aktivitas malam yang berisi orang lokal dan turis yang lalu lalang, sedap sekali meski udara agak sedikit lembab (agak panas). Dari hotel ke sini, kami berjalan kaki. Keluar dari hotel selepas magrib. Sengaja ingin menikmati suasana malam kota. 


8. Doi Su Thep Temple

Doi Su Thep Temple

Doi Su Thep itu nama sebuah daerah dataran tinggi (pegunungan). Di sini ada kebun binatang, pusat turis dan banyak tempat ibadah umat Budha. Tempat ibadah paling terkenal dan megah di daerah ini. Untuk ke Doi Suthep, kami naik angkot dari tempat mangkalnya di South Gate. Jalan aja sedikit, supaya bisa langsung jalan. Sebab, angkot ini akan berangkat kalau sudah penuh berisi 10 orang. 


Pada saat kami naik, kebetulan sekitar setengah jam kami menunggu 5 bule lain yang ingin ke temple juga. Ga begitu lamalah. Satu angkot harus narik 500 bath (dengan estimasi 50 bath per orang, kapasitas 10 orang). Karena hanya bertujuh, jadi 500 bath dibagi tujuh untuk sekali jalan, harusnya each 70 bath, tapi akhirnya dikasih 60 bath per orang. 

Sesampainya di atas akan diberi waktu 1.5 jam untuk lihat-lihat temple. Sopirnya menunggu kami kembali, sehingga turun dengan angkot sama. Jadi jangan lupa ingat plat nomornya, sebab angkotnya sama semua. Bolak-balik perorang ongkosnya jadi 120 bath. Murah tho.


Di sana saya nyobain manisan mangga dan es kopi buat melek. Sedap banget mangganya, kagak asem blas. Hihi.. namanya manisan yak. Yang beda, garamnya itu pakai gula dan cabe. jadi asinnya dikit, berasa gula dan kurang pedes. Harga mangga 20 bath, kopi 50 bath.


Udaranya harusnya sejuk sebab di dataran tinggi ya, tapi karena lagi panas terik ya ga kerasa sejuk. Di dalam templenya, tentu adem.


Masuk ke sini, wisatawan bayar 30 bath perorang. Hihi, karena muka kami mirip orang lokal, petugasnya sampai nanya: are you foreigner? well, kita ditegor karena kita masuk lewat pintu turis yang harus bayar. Duh .. tau gitu nyelonong aja kan ga usah bayar. Haha..becanda lho.


Lalu bersiap naik tangga yang .. hehe.. tinggi. Saya ngaso tiga kali. Tapi emang gatel banget ingin foto-foto. Sampai di atas kebayar deh capenya. 


Melihat kemegahan tempat ibadah ini dan kekhusukan para jamaah yang berdoa dan beribadah, rasanya merinding deh, ingin ikutan ibadah juga karena energinya positif. Ada yang terlihat mengelilingi kubah, seperti orang Islam kalau tawaf gitu. Yah, semua kepercayaan rasanya mirip-mirip dalam menjalankan ritual ibadahnya, tak lain untuk dekat dan raih kedamaian. 


Kemudian naik lagi, kami disuguhkan pemandangan kota Ciang Mai di bawahnya. Langit terlihat biru cerah dan tanpa polusi. Udara  bersih dan segar. Kece banget buat background foto. Hehe..


Warung Seafood


Di sini tentu yang istimewa adalah seafood. Kami pesan ikan tim, sayur kangkung dan saya tetep minum kelapa muda. Masakannya, alamaaakk enak banget. Padahal saya ga laper banget. Perut rasanya penuh, tapi mulut ga mau berhenti menikmati sedapnya masakan. Kudu coba deh. Uenak bangets. Ramah pula pemiliknya. Tempatnya di pinggir jalan gitu, terbuka dan memakai sedikit jalur pedestrian. Kamu bisa numpang ngecharge kok. Makan di sini total habis ya 480 bath. Ada toilet umum yang bayar 2 bath per orang, hihi.. masih seribu rupiah. Kita di jakarta kalau pipis udah dua rebu per orang. Hehe..


--


Segitu itu tuh cerita ChiangMai, meski sebenarnya masih banyak lagi yang mau diceritain karena banyak banget temple di dalam kota ini yang asik dinikmati dengan berjalan kaki keliling kota. Seru... seneng banget .. dan pengen kalo ada yang ajak lagi ke situ. Coba deh ke sana, asik dan menyenangkan banget.. tempat yang damai dan tenang. 


Ahhhh... saya tutup cerita dengan mengucap terima kasih, kapon Kaaaa... (sambil merapatkan kedua telapak tangan di depan dada, dan menundukkan kepala).. 

-Y-

Pilihan dan Alamat Rezeki

Kata Satre begini: "We are our choices" artinya, apa yang menjadikan dan membentuk karakter, nilai atau keadaan kita saat ini adal...