Adanya situs jejaring sosial yang bermunculan saat ini, memudahkan para pengguna internet menjalin kembali komunikasi dengan teman lama atau memperluas pergaulan baru. Situs tsb menawarkan fitur yang beragam, antara lain: info profil pengguna, dokumentasi aktivitas pengguna, kotak info yang disediakan untuk menulis kegiatan/keadan/pikiran dari si pengguna internet, dan folder yang disediakan untuk menampilkan hasil tulisan. Fenonema ini memberikan banyak manfaat kepada masyarakat antara lain di bidang bisnis, pendidikan, seni, teknologi dan sosialita. Salah satu yang kerap kita dengar dari keuntungan situs jejaring sosial adalah sebagai ajang “Narsis”. Lalu, apa sih yang disebut dengan “Narsis”. Pembahasan mengenai Narsis adalah domain dari kajian psikologi. Namun, saya coba untuk mengurainya di kesempatan ini berdasarkan persepsi saya dari bacaan jurnal yang diunduh dari situs pencari informasi (google).
Terminologi Narsis berasal dari mitologi Yunani yang mengisahkan seorang pemuda tampan bernama Narcissus yang jatuh cinta pada refleksi wajahnya sendiri ketika melihat pantulannya di sebuah kolam. Menurut pendapat Freud1, mencintai diri sendiri adalah libidinal (hasrat seksual) untuk melengkapi egoisme naluriah dalam mempertahankan diri dan memelihara diri. Hal ini disebut narsisme normal, yang ada disetiap individu. Sedangkan istilah kontra dari narsisme primer adalah narsisme sekunder bersifat patologis seperti skizofrenia. Pada berikutnya, saya hanya membahas mengenai narsisme normal yang dapat dikatakan tingkat kenarsisan setiap individu itu berbeda-beda.
Orang yang narsis (narcissist) memiliki perhatian tinggi terhadap penampilannya di setiap kesempatan. Meskipun hal demikian adalah aspek dasar dari narsisme, namun sedikit informasi ilmiah yang menunjukkan penampilan fisik seorang narsis. Penelitian Vazire et al (2008) memberikan ciri fisik narcissist berdasarkan jepretan foto seluruh badan adalah suka menggunakan barang mahal, pakaian yang menyolok, terorganisir, penampilan rapih membutuhkan banyak persiapan, dan pada (perempuan) memakai make-up dan memperlihatkan belahan dada. Penampilan fisik mencerminkan kepribadian para narsis dengan keasyikannya berpenampilan yang baik, keinginan untuk menjadi pusat perhatian dan berfungsi sebagai kendaraan yang dapat digunakan untuk mempromosikan status mereka. Dalam hal memprediksikan masa depan, narcissist menggambarkan masa depannya berdasarkan harapan-harapannya bukan berdasarkan keadaan aktual saat ini.3
Narsisme telah digambarkan sebagai ''berkah campuran” karena terdiri dari fitur adaptif dan maladaptif. Di satu sisi, narcissist dapat tampil dengan sangat percaya diri di bawah tekanan, dan menerapkan taktik pengaturan diri dalam menjaga harga diri. Di sisi lain, narsis cenderung impulsif, gagal untuk belajar dari kesalahan mereka, dan mungkin yang paling diperhatikan adalah tentang kerentanan terhadap berbagai bentuk agresi termasuk agresi verbal, fisik, dan kekerasan 4.
Dengan menggunakan Narcissist Personality Inventory (NPI), Young & Pinsky (2007) membuat kesimpulan bahwa adanya signifikansi dari para selebritis yang lebih narsis dibandingkan dengan populasi mahasiswa MBA (Master of Business Administration) dan Populasi lain. Sedangkan pada variabel lain, laki-laki lebih narsis dibandingkan dengan perempuan.5 Selanjutnya pertanyaan yang muncul, apakah keuntungan dan kerugian dari narsis??
Menurut teori-teori yang digunakan Young & Pinsky (2007), narcissist memiliki sisi positif yaitu kelihatan tidak depresi, ekstrovert (bersifat terbuka), kuat untuk lebih disukai dan lebih baik di masyarakat dibandingkan non narsis. Fenomena umum untuk sifat ekstrovert dapat kita lihat pada situs jejaring sosial, dimana para narsis menulis keadaan, pikiran, pekerjaan, apa yang dimakan, apa yang dimasak, hasil tulisan, gagasan, sampai umpatan pun tak ayal kita temui pada dinding situs. Ekstrovert dan keinginan untuk disukai dapat membuat para narsis disukai pada awalnya. Di sisi negatif, para narsis mengharapkan perhatian, overconfident, dan sering kurang empati. Konsekuensi negatif ini membuat beberapa narcissist kesulitan untuk bekerja pada tingkat interpersonal dan sering kesan positif awal berubah menjadi negatif. Empati yang kurang juga menambah kesan negatif dan terlihat egois.
Satu hal yang masing-masing individu memiliki cara pandang yang berbeda terhadap dampak dari narsis ini, yaitu berkurangnya ranah private (ruang pribadi). Ada yang menganggap ini adalah sisi positif karena terbuka arena untuk laporan kegiatan sekaligus ajang pamer kualitas diri, namun untuk beberapa orang menganggap masih perlunya ranah private. Hal ini berkaitan dengan etika yaitu hal-hal yang mana perlu dan tidak perlu dilakukan yang berlaku di dalam nilai masyarakat secara umum. Kalau ditelaah, jejaring sosial sebatas narsis normal masih dapat ditoleransi karena tidak mengganggu dan mengkhawatirkan. Kecuali, kalau ada unsur-unsur merugikan pihak lain.
Narsis merupakan salah satu sifat yang mewarnai hidup manusia. Sering kita lupa mengembalikan makna hidup yang ingin kita capai (atau malah kita tidak/belum merumuskannya). Dengan mempertimbangkan segi positif dan negatif dari sifat narsis, maka mungkin kita dapat sedikit menyimpulkan ketingkat narsis mana diri ini akan ditempatkan. Karena hidup tidak hanya mencintai diri sendiri tetapi penting untuk dapat berbagi kasih dengan yang lain. Seperti yang dikatakan Dalai Lama “Universal concern is essential in solving global problems”.
Referensi:
2Simine V, P.N. Laura, J.R. Peter, D.G. Samuel. 2008. Portrait of a narcissist: Manifestations of narcissism in physical appearance. Journal of Research in Personality 42 (2008) 1439–1447
3Campbell W.K, A.S. Goodie, J.D. Foster. 2004. Narcissism, Confidence, and Risk Attitude. Journal of Behavioral Decision Making. J. Behav. Dec. Making, 17: 297–311 (2004), DOI: 10.1002/bdm.475
4Dennis E.R, A. Zeicner, J.D. Foster, M.A. Martinez. 2007. Effects of narcissistic entitlement and exploitativeness on human physical aggression. Personality and Individual Differences 44 (2008) 865–875. Elsevier Ltd. All rights reserved.
5Young S.M. & D. Pinsky. 2006. Narcissism and Celebrity.Journal of Research in Personality xxx (2006) xxx–xxx. 2006 Elsevier Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar