Selasa, 08 Mei 2018

Jalan-jalan ke Korea Selatan

Ini adalah keberuntungan saya yang lain lagi. Trip ke Washington DC memberi saya kesempatan untuk transit di Korea selama 24 jam (trip to Incheon, 6-7 may 2018). Jadi bisa jalan-jalan ke kota ini asalkan kembali ke bandara sesuai jam penerbangan yang sudah ditentukan. Hotel yang diberikan adalah Hyatt di Incheon. Dan untuk ke kota terdekat dapat menggunakan kereta yang murah meriah. Sayangnya kalau kereta belum bisa pakai kartu kredit, masih melayani tunai. 

Untung lagi, kawan seperjalanan saya punya saudara yang bekerja di Korea, jadiiii saya ditraktir tiket kereta dan makan malam di sana. Sebab saya tidak punya cash Won. Kalau makan di bandara masih terima kartu kredit. 

Meskipun hanya satu hari dan menginap semalam, tetap eksplorasi kota itu penting. Dan beruntunglah saya bisa punya pengalaman ini. 

Berikut ini pemandangan yang bisa saya abadikan dari Korea:
Grand Hyatt, fasilitas menginap karena transit di Incheon. Ketika saya datang, udaranya dingin segar dan sejuk
Dari bandara ke hotel ini disediakan shuttle bus yang disediakan setiap 10 menit sekali. Jadi tidak sulit akses untuk bandara. Sebab kereta untuk ke kota Seoul dan sekitarnya adanya di bandara. Tapi kalau mau naik taksi juga bisa dari hotel ke bandara, karena dekat banget, biaya dengan argo sekitar 30k rupiah. 
Bunga cantik yang bisa saya nikmati, berada di sebelah hotel kami. Sepi tempatnya dari lalu lalang orang dan kendaraan, berasa kota miliki sendiri deh. 
Menunggu kereta. Hampir semua tulisannya tulisan Korea, jadi beruntung saya punya pemandu yang hapal sejarah Korea nan cerdas dan baik hati mengenalkan Korsel, jadilah nikmatnya jalan jalan di kota ini.
Aku ga ada ide ini di mana, sebab terlalu masyuk menikmati kota dan sulit menghapal namanya. Tapi suasana malam di sini seru banget. Sekitar jam 8 malam pekerja seni mulai menyiapkan alat musiknya dan mahasiswa dan pekerja yang baru pulang nampak pula menimkati malam dengan sekedar duduk, ngobrol atau menonton pemusik jalanan.
Ini jajanan pinggir jalannya. Kayak di Jakarta kok, gorengan dan makanan di tata di wadah besar. Tapi di Korea tampak bersih dan rapih. Jalanannya aja kinclong begitu,
Salah satu pemusik bersiap menata alat musiknya untuk performance mereka melengkapi dinginnya malam.
Bar dan resto banyak berjejer. Ini semacam makanan menengah ke bawah begitu. Semacam kedai makan, terlihat sederhana dan kecil-kecil banget tempatnya. Tapi pelayanannya ajib dan terima kartu kredit, efisien begitu.
Ini kedai tempat kami makan. Cari menu ayam.
Lihatlah kondisi dalam kedainya, coretan tembok kayak tempel-tempelan banyak tapi tetap terlihat bersih. Entah mengapa dan terasa nyaman. Padahal sempit lho, Lihat saya duduknya desak-desakan gitu. 
Ini santapan makan malam kami. Ayam dengan beragam bumbu yang rasanya aduhaaaaaiiii... kimci lengkap dan nasi yang legit. Banyak banget, kami bertiga rasanya kekenyangan. Bayangin di sebelah kami rerata makan segitu banyak untuk berdua atau ada yang sendiri. Mereka makan sambil ngobrol. Asyik nian. 
Saya ketemu ikon ini di Seoul. Kota yang membuat kagum. Bersih jalanannya, langitnya pun cerah. Meski kendaraan cukup banyak lalu lalang. Lajur kendaraan lega sekali, begitupun jalur pejalan kaki yang juga cukup besar, membuat nyaman kami berjalan di bawah teriknya matahari.
Seoul - Cheonggyecheon river menjadi simbol the Green Heart of Seoul. Keren ya desainnya. Dahulu kala sungai ini sempat terbengkalai jadi tempat buang limbah dan kotor sekali. Kemudian di tahun 2002-2005, gubernur nan bijaksana dan berani mengubah sungai sepanjang hampir 6 km menjadi jantung hijaunya kota. Saat ini, Cheonggyencheoin river jadi tempat warga untuk melepas penat dan taman edukasi. Keren banget deh.., gemesss..
Papan bagi sponsor pendukung terjaganya kebersihan dan kerennya sungai Cheonggyecheon.
Seoul - Gyeongbokgung palace, di tempat ini biasanya turis akan menyewa baju khas tradisional Korea yang sudah disesuaikan, untuk berfoto ria di dalam palace tersebut. Pasti akan nampak manis. Berhubung ini adalah perjalanan singkat, jadi saya sudah sangat nikmat memandangi palace ini dan menyerap energi para turis yang bergembira datang ke tempat ini.
Ini jalur jalan kaki di kota Seoul. Sama sih seperti di Jakarta yang memiliki gedung tinggi di jalan Sudirman, bedanya ya jalur pedestrian di Korsel sungguh nyaman. Pakai payung juga sah-sah saja di sini lho karena sedang pas terik. Langitnya dooong.. cakep banget birunya, salah satu indikator polusi udara terbilang tidak mencemari langit kota. Hebring. 
Suasana di dalam keretanya. Bersih ya. Mengapa bisa sepi, sebab saya sudah kemalaman jam 10an menuju tempat menginap. Khawatir juga, takut ga dapat taksi ke hotel. Untungnya.... tidak terjadi. Hehe.. aman.
Waktunya kembali ke Jakarta. Ini Bandara Incheon. Megah sekali. Wifi ok banget, mau beli oleh-oleh di sini buat yang males belanja seperti saya di kota, ya di sini juga ada. 
Karena perjalanan yang tidak lama ini, maka saya memilih untuk menikmati kota dengan seluruh indra yang saya miliki ini, memandang sekeliling, mendengarkan riuhnya, menghirup aroma kota dan mengecap serta merasakan sentuhan hangatnya matahari juga dinginnnya udara membelai kulit ini. 

Senang sekali bisa ke kota ini, terpejam pun saya masih bisa merasakan dinginnya angin malam di Incheon yang terasa segar. Ohhh Koreaaa.... 

-Y- 
   



Tidak ada komentar:

Perkawinan Tanpa Anak (Bagian IV)

Ancol, 2012 Belum lama diminggu lalu, muncul lagi istilah childfree saat seorang kawan menanyakan keadaan saya. hehe.. sudah lama rasanya to...