Rabu, 01 November 2017

Naif

Keluguan dan kenaifan itu pernah ada
Bahwa mereka tidak memandang perbedaan, menjadi rasis, dan dibelenggu eksklusifitas
Mereka menganggap bahwa nasionalisme adalah milik global
Manusia adalah warga dunia 

Kemudian sejarah yang indah itu seperti terselip
dijejalkan dan ditutupi hingga tak lagi nampak
Mungkin terlalu indah untuk diungkapkan kembali
Khawatir akan mengganggu dan menggoncangkan keimanan saat ini

Meskipun yang terjadi saat ini adalah gelombang besar dari kesalahan kecil
yang kemudian menjadi seperti mengalir bersatu dalam darah
mengisi setiap rongga-rongga kehidupan
dan menjadi sebuah jati diri
lalu nampak mengerikan

Mungkin bisa juga ketika mereka memahami
kemudian terjadi negasi
mereka tak sanggup menerimanya
apalagi untuk menyadari dan memahami bahwa manusia hanyalah sesama makhluk hidup
yang tak perlu berlomba ego
apalagi merasa paling benar dan harus dituruti

Untuk menanggalkan ambisi
melucutkan kesombongan
dan membuka secuil saja pikiran untuk menerima perbedaaan
akankah menjadi sulit? 

-Y-

*terinspirasi tayangan di Youtube: Historiografi Indonesia yang Rasis by Ariel Herjanto, Indonesia Calling by Joris Ivens.

Tidak ada komentar:

Perkawinan Tanpa Anak (Bagian IV)

Ancol, 2012 Belum lama diminggu lalu, muncul lagi istilah childfree saat seorang kawan menanyakan keadaan saya. hehe.. sudah lama rasanya to...