Sabtu, 21 Oktober 2023

No one

Annapolis Maryland Flowers
Annapolis's Flowers

For whatever the best you have done

At the end

You are just no one

-YA-

Rabu, 27 September 2023

Keseleo - Jones Fracture

Saya terkilir atau bahasa browsingnya adalah keselo ringan malam ini.

Konyol memang karena ini kecelakaan tunggal, ulah sendiri.

Ini terjadi karena saya sedang berjalan kaki di atas pembatas jalan yang memang bukan trotoar buat pejalan laki, tingginya kira-kira 30cm. Berjalan sembari menikmati lorhun, sedikit terburu-buru hendak menyebrang dan agak kesal karena di sebelah kanan ada motor hendak melawan arus. Namun, telapak kaki kiri sudah mendarat di jalan aspal yang lebih rendah permukaannya dari trotoar tadi tanpa perhitungan. Tubuh saya kehilangan keseimbangan dan goyah. Kaki kanan tak mampu mengimbangi badan yang terhempas ke depan karena sakitluar biasa di pergelangan kaki kiri. Sehingga ambruk dan dengkul kaki kananpun berusaha menopang badan yang tersungkur.

Sekitar lima menit lamanya saya tak bergerak, dalam posisi kedua tangan di aspal menahan sakitnya kaki kiri dan badan ditopang oleh dengkul kanan. 

Tak ada yang membantu berdiri, padahal saya nantikan bantuan itu. Sempat merasa malu, tapi rasa sakit yang lebih kuat mengesampinkan pikiran malu. Satu orang mulai mendekati, sopir angkot yang agak jauh dari saya namun mencoba membantu, tapi kadung badan ini sudah mengumpulkan kekuatan untuk kemudian duduk di trotoar tadi yang membuat saya jatuh.

Rupanya masih sangat sakit kaki ini, tak mampu bangkit dan berjalan. Motor itu berisi 2 orang dewasa dan anak kecil, yang bikin kesal saya, tak bergerak sedikitpun untuk menolong saya. Padahal hanya berjarak 60cm dari saya, hanya melihat dan mencoba bersimpati tetapi tidak empati. 

Saya pikir apalah cuma begini, saya mencoba berjalan menyebrang, gerbang rumah sudah di depan mata. O...o.. rupanya tak mampu kaki kiri ini menapak kuat. Usai menyeberang dengan tertatih, saya diajak duduk oleh 2 abang ojek yang mencoba menghibur dan bahkan menawarkan untuk dipijit. Tentu saya menolak dipijit, bukan karena takut, tapi memang sedang sakit sekali kaki ini. 

Ketika hati merasa jauh terhibur dan menjadi kuat oleh keramahan abang ojek, saya melanjutkan berjalan kaki ke rumah dengan kekuatan kaki kanan yang menyeret kaki kiri agar bekerja sama membopong tubuh ini hingga ke rumah.

4 jam telah berlalu dan kaki kiri sudah bengkak, mulai merasa pegal.

Keseleo ringan seperti ini. Ya ampun. Gimana keseleo berat. Fiuhh..

Pelajaran hari ini!

  • "Tak ada yang dapat menolongmu, selain dirimu sendiri". Maksudnya, ketika musibah terjadi, tetaplah berupaya keras kembali bangkit. Jangan menunggu pertolongan datang. Jikapun ada pertolongan, maka anggap saja sebagai bonus.
  • "Asah empati!" Karena sedikit atau kecil saja bantuan yang tulus, akan sangat berarti buat mereka yang sedang butuh pertolongan. Helping other wont hurt you, right?!
  • Selalu berhati-hati! Karena sial itu tidak melihat status atau keadaan apapun.
  • "Tetap bersyukur". Pada dasarnya, kita harus tetap hidup untuk menjadi manusia, minimal bernapas dan otaknya berfungsi. Jadi, cobaan fisik apapun yang dialami, maka kita harus tetap bersyukur selama masih dapat bernapas dan otaknya berfungsi. Hal ini supaya kita selalu terus bersemangat dan berpikir positif untuk memberi arti pada jiwa dan raga ini.
Upaya sembuh!

Rumah Sehat 
Karena pikirnya hanya kecengklak saja, esok harinya saya ke Hj Naim. Antrian ke -35/tahap ke-2 di jam 3an sore. Tidak lama antrinya. Ada 2-3 yang urut di dalam. Ruangannya ber-AC, nyaman. Saat di depan abang urutnya, saya diajak becanda biar tidak terasa sakit saat diusap kaki kiri ini. Katanya retak ringan, lalu dia mencelupkan kapas ke cairan dingin yang pasangakan ke kaki saya. Kemudian di atasnya ditambahkan potongan semacam daun kelapa kering yang kokoh untuk memperkuat struktur, dengan terakhir dibalut dengan perban. 

Kaki diperban supaya mengurangi pergerakan dan lebih aman mengurangi cidera berlebih. Abang urut minta saya kembali di hari Senin untuk buka perban dan pantau perkembangan. Kesan saya ke Rumah Sehat Hj Naim ini adalah puas, senang karena ternyata cepat antriannya. Ramah abang urutnya, dan tempat urutnya adem dan bersih. Antrian juga baik diaturnya. Untuk uang perban biayanya 80ribu dibayar melalui petugas di pintu depan. Sedangkan untuk biaya urut, langsung diberikan ke abang urutnya, seiklasnya. Saya berikan 200rb sesuai saran teman saya.

Untuk memudahkan mobilisasi saya di rumah, suami membelikan 1 kruk harganya 200ribu. Saya masih kagok memakai kruk ini. Lalu ada akal, di rumah ada kursi kerja yang pakai roda. Nah ini, saya pakai buat wira-wiri dari kamar, ke ruang kerja di rumah, ke kamar mandi, ke dapur, dan ke ruang nonton tipi. Aman!!!

Saya bisa mandi (dengan kaki diangkat satu yang sakit) dan lakukan aktifitas lainnya di dalam rumah.
Empat hari berlalu, karena jemu.. hari minggu saya request untuk makan siang di luar. Masih bisa ditangani, saya pakai kruk. Tapi rupanya saya tidak canggih pakainya, sehingga suami kerap menggendong saya di parkiran untuk kenyamanan saya (kebetulan lagi sepi.. hehe). Setelah makan siang, saya kapok karena repot, dan memutuskan akan ke luar rumah saat penting saja.

Kemudian, tibalah hari Senin. Saya masih merasa kaki saya nyeri dan ketika saya buka perbannya terlihat bengkak dan lebam. Kakipun belum dapat berjalan baik. Lalu saya memutuskan untuk kontrol saja ke RS, ke dokter ortopedi. 

Rumah Sakit
Senin pagi dapat nomor antri yang pertama. Alhamdulillah rejeki. Setelah ceritakan kejadian, dokter meminta saya untuk rontgent. Hasil rontgent menunjukkan saya mengalami Jones Fracture, yaitu patah tulang pada metatarsal 5 atau ruang tulang jari kaki kelingking. Saking seringnya kejadian ini, maka sampai ada namanya Jones yang menemukan jenis patah tulang ini. Baca lebih lengkap tentang Jones Farcture. Dengan cukup panjang penjelasan, saran dokter untuk fracture jenis ini sebaiknya dilakukan tindakan antara lain memasang plate atau screw, screw adalah lebih maju teknologinya dibandingkan plate. Tanpa tindakanpun bisa saja sembuh, tapi waktunya akan lebih lama dan timbul nyeri kronis sangat memungkinkan. 

Okeh.. kemudian dokternya membantu memberikan rekomendasi kepada RS agar mendapatkan persetujuan penjaminan biaya operasi dan rawat inap kepada pihak asuransi.

Sementara menunggu proses asuransi, dokter memberi gips pada kaki saya untuk tujuan imobilisasi. Gipsnya hanya separuh yang ditutup perban seutuhnya, jadi kita bisa copot perban dan melepas gips jika ingin mandi. Tapi.. hehe.. jadi berat banget kakinya. Tambah oleng saya pakai kruk satu. Dokter mengizinkan saya untuk meeting offline, asalkan tidak menapakkan kaki kiri.

Selama pakai gips, saya ada agenda meeting in person dengan klien dan mesti ke kampus, dan rasanya tidak mungkin saya pakai gips dan kruk karen berat. Lalu suami saya membelikan saya kursi roda, merek One Media (brand lokal paling wahid) harganya sekitar 800ribuan. Dengan kursi roda, kaki kiri saya lebih stabil keadaannya, jadi saya berupaya terbiasa dengan kursi roda. Sekaligus mencoba merasakan menjadi seperti rekan-rekan difable yang berkursi roda.

Saat saya memiliki keterbatasan fisik, namun otak saya masih dapat berfungsi sehat. Saya berkursi roda, namun saya masih memiliki privilege. Saya memiliki kendaraan sendiri dan dapat ditemani bepergian oleh sopir suami. Saya tahu dunia tidak adil! tapi poin saya adalah saya ingin bercerita bagaimana kolega dan klien melihat saya (dari perspektif saya tentunya, dengan berkursi roda). Ada anggapan kasian dan ingin selalu membantu saya setiap saya bergerak. Padahal saya tidak ingin menyusahkan orang, jadi menahan gerakan agar tidak menarik perhatian. Saya tidak ingin fisik saya menjadi halangan untuk saya produktif. 

Lalu saya sampaikan hal ini kepada 1 kolega saya. Ternyata hanya salah paham saja, dia bilang pikirnya membantuku itu terbaik dan akhirnya dia jadi tahu saya ingin diperlakukan seperti apa. Akan tetapi, tidak mungkin saya katakan ini pada semua orang. Jadi saya cenderung menerima saja jika mereka ingin membantu meringankan saya. Beda lagi ketika saya ke kampus. Kebetulan teman kuliah saya banyak yang paham artinya kesetaraan. Mereka bersimpati melihat saya untuk merasakan menjadi difabel. Jadi mereka dengan santai membiarkan saya mengayuh kursi roda saya sendiri dan mencoba tak acuh dengan polah saya, meskipun saya tahu mata mereka mengawasi gerak saya. Senangnya memiliki support system seperti ini.

Saatnya Operasi!
Setelah melalui proses adminsitrasi, persetujuan asuransipun diterbitkan. Jumat sore saya diminta ke RS untuk melakukan cek darah di lab, rontgen torax, dan ke dokter internis untuk persiapan sebelum tindakan. Malamnya saya menginap. kemudian diminta puasa mulai jam 11 malam, rencana tindakan jam 7 pagi di hari Sabtu.

Pada hari Sabtu jam 4.30 pagi, Suster memberikan saya infus NaCl, lalu beberapa saat suster melakukan skin test untuk antibiotik yang akan diberikan. Antibiotiknya aman, lalu cairan infus diganti dengan antibiotik hingga habis dan diganti lagi dengan NaCl.

Jam 6.30 suster menjemput saya untuk dibawa ke OT (Operating Theater atau kamar operasi). Di OT, karena ruangan steril maka saya pakai baju operasi pasien bersiap dibius untuk operasi. Biusnya setengah badan, jadi suntiknya lewat spinal (tulang belakang). Saya diminta duduk dan memegang bantal agar rileks. Dokter memberikan suntik anestesi awal agar suntik anestasi spinalnya tidak terlalu sakit, jadi dua kali suntikan, tapi saya ga tau yang pertama itu apa. Tapi bekerja baik sekali. Saya tidak merasa sakit disuntiknya. Setelah dibius, kaki merasa hangat dan kemudian kesemutan. Selanjutnya ya kebas dan tidak bisa bergerak. Dengan demikian, selanjutnya adalah tugas dokter bedah tulang, ditemani dua perawat OK dan satu petugas radiologi. Sebelum dioperasi, kami berdoa bersama untuk kelancaran operasi. 

Operasi berjalan lancar sekitar 1.5 jam. Kemudian saya diantar ke kamar pemulihan. Lalu dikembalikan ke kamar rawat inap. Mati rasa pada kaki perlahan-lahan hilang mulai ujung kaki kanan, ujung kaki kiri, hingga ke pinggul. Saya baru bisa buang air kecil karena mulai bisa merasakan hilang kebasnya di bagian vagina, sekitar 6-7 jam kemudian. Selanjutnya dokter memberikan saya obat anti mual dan pereda rasa nyeri selama masa observasi sekitar 10-12 jam setelah tindakan.


-YA-

Rabu, 21 Juni 2023

Grateful

Los Cuates Old Town, Alexandria, US
when you fall down

when you feel a disconnect 

when your mind is too blurred to see the world

when you don't know yourself

when you feel so empty

when you try to stay awake

when you keep sane in this narcist era

when you try to keep your feet still on the ground

when you finally got your first recognition of your genuine mind and hard work


Always be grateful. For whatever it is.

C'est la vie


-YA- 

Kamis, 11 Mei 2023

Hati Nurani


Di sore itu, banyak sekali kata-kata bertebaran, diselingi senyum dan tawa. Semua nampak berekspresi, riang, gembira, senda gurau, nasihat-menasihati dan tak dapat ditutupi hadir juga kegelisahan. 

Saya datang tuk menyerap energi positif, mencerap ketakutan orang lain (dan ketakutan diri sendiri) untuk memperkuat tekad meneruskan jalan pedang. Istilah "jalan pedang" tentu saja saya dapat dari media sosial, bukan karya sendiri. Saya pakai karena saya setuju dengan filosofinya yang sesuai dengan pilihan yang sedang saya jalani ini. Kawan seperjuangan pun rupanya sama memakai istilah itu. Saat perjalanan pulang bersama dari kampus, kami bongkar esensinya dan mencocokologikan dengan keseharian, ya bukan sekedar karena tidak ingin diam-diaman saja selama di kendaraan, tapi topik ini sungguh menjernihkan keruhnya pikiran ini.

Di keramaian kala senja itu, seorang dosen/maha guru/panutan saya, berkata kurang lebih begini: sekolah itu buat apa sih? sekolah itu adalah untuk mengasah hati nurani. 

Kami terpaku mendengarnya. "Kami" adalah semua yang mendengarkan. Tercengang mendengar dua kata yang sebenarnya tidak asing bagi kami, kata-kata itu dari maha guru kami, beliau yang tak pernah jemu mencurahkan energinya untuk mendorong dan mengingatkan kami pentingnya menyelesaikan pendidikan ini. Beliau yang sungguh rendah hati. 

Kami saat mendengar kata-kata itu, hanya terdiam, terpaku, merenung. Sungguh kini bagi saya, kata-kata ini menjadi sakral dan mampu membuat saya terenyuh, terus terngiang-ngiang.

Ya.. hati nurani yang hampir mati.. atau benar-benar sudah hilang. Saya tak ingin begitu. 

Saya beruntung dan bahagia karena mendapati masih ada yang membangunkan saya dari lelapnya sisi lain perspektif kehidupan ini. 

Terima kasih Guru. 

-Y-

Sabtu, 18 Februari 2023

Starting a new habit

Nov 15th, 2022:

I am starting my hiatus status on Facebook and Instagram. 

I hope it makes me feel much better.


Dec 2022:

Well, it is fine actually, and ya. I feel calmer without social media. 


Jan mid-2023:

I think it is okay to see a little bit of my IG or Facebook. hehe..


Jan end, 2023:

I do it on and off my IG and set it without notification. So I am not worried about any messages, besides.. no important messages on IG anyway. While FB I open it up sometimes. 


Feb week 2nd, 2023:

My IG is fully active and still without notification. I am happy with that. 


... and really.. this is something that is so unimportant for anybody to know. I am writing crap. 


-Y



Rabu, 01 Februari 2023

French Marigold

Lagi-lagi kau kecewa
yang sebenarnya sudah kau duga
namun terjadi juga
pikiranmu terus bergelut melawan prasangka

mendung dan gerimis pagi ini
sempat membelenggu nurani
sesaat saja sih
karena kau lekas bangkit berdiri 

kini kau linglung
ingin sekali tak terpasung
hingga jiwamu terbang 
melesat jauh bersama kawanan burung

akankah kau hampiri
taman mungilku yang rimbun
kau tau sore tadi
telah kucabuti sedikit rumpun
kan ku ganti dengan frech marigold
dari bibit yang kutanam
pemberian kawan dekatku

"oh ini sedikit mengobati lukaku", katamu
sebentar..
kau terluka?
apalah artinya?
ku rasa itu tidak nyata
kau hanya merasa tidak berarti
itulah mengapa kau merasa sakit hati 

"apa boleh ku tak mengakui tuduhanmu?", katamu
kau tak mengerti
"aku itu terluka oleh #*>/'"]\\=-*@!(^}[.....", kau mengumpat

stop.. stop... stop
hentikan sumpah serapahmu!
dengarkan aku
coba basuh wajahmu
sikat gigimu
lalu pada cermin, tataplah manisnya senyummu
 
orang bilang itu istimewa
dibalik senyum tawa
tersirat bahagia
meski semu saja kemasannya
tapi ya begitulah

-YA-

Rabu, 18 Januari 2023

Menyapa Tahun Baru

Pada kegagalan aku berkaca
aku perlu kaca 
oh ada apa dengan kaca
teringat kata Estelle* "Kalau aku tidak dapat melihat diriku sendiri aku mulai sangsi apa aku betul-betul ada."

Kudapati penolakan pertama di tahun ini
padahal, bulan pun belum berganti
masih di Januari

Tentu, kecewa menghampiri
mestinya aku sadari 
ini awal dari jalan yang mendaki
hanya perihal cara menyikapi

Ya tak perlu sedih berlarut
meski mendung belum surut
angin kan membelai keningmu yang mulai berkerut
tuk menggugahmu dari hangatnya selimut

Namanya hidup
isinya ya ada yang redup
ada pula yang manis seperti sirup
tak perlu menjadi kemelut
atau ikut tersulut
nikmati saja dengan sentuhan lembut

di setiap bentuknya

-Y-


*Sartre, J.P. 2020. Pintu Tertutup (versi Indonesia oleh Asrul Sani). Pustaka Jaya, edisi elektronik, halaman 24.

Belajar Menari dengan Legowo

Saya sedang belajar menari. Dengan belajar menari, saya dapat merasakan bahagia, menikmati raga yang sehat, dan rupanya satu hal lagi yang s...