Jumat, 03 November 2017

Menjelang Tidur


Ingin Bobo... meoow

Kenapa Tuhan ciptakan ngorok?
Mungkin untuk menguji kesabaranmu
Melatihmu agar dapat mengontrol dalam  menghadapi cobaan fisik yang mengganggumu tanpa henti

Bunyi yang terus menerus tanpa rima yang indah
Ngak ngek ngok grak grek grok
Berisik bertalu-talu 
Namun kau tak bisa pura-pura tuli 

Ingin kau sumpal saja mulut itu dengan tanganmu
Mulut yang bibirnya terasa lembut mengecup pipimu sebelum tidur tadi
Duh. . Berisiknya

Padahal kau terasa sangat ingin tidur. . 
Tuk melepas penat di tubuhmu itu
Sejenak saja

-Y-

Rabu, 01 November 2017

Naif

Keluguan dan kenaifan itu pernah ada
Bahwa mereka tidak memandang perbedaan, menjadi rasis, dan dibelenggu eksklusifitas
Mereka menganggap bahwa nasionalisme adalah milik global
Manusia adalah warga dunia 

Kemudian sejarah yang indah itu seperti terselip
dijejalkan dan ditutupi hingga tak lagi nampak
Mungkin terlalu indah untuk diungkapkan kembali
Khawatir akan mengganggu dan menggoncangkan keimanan saat ini

Meskipun yang terjadi saat ini adalah gelombang besar dari kesalahan kecil
yang kemudian menjadi seperti mengalir bersatu dalam darah
mengisi setiap rongga-rongga kehidupan
dan menjadi sebuah jati diri
lalu nampak mengerikan

Mungkin bisa juga ketika mereka memahami
kemudian terjadi negasi
mereka tak sanggup menerimanya
apalagi untuk menyadari dan memahami bahwa manusia hanyalah sesama makhluk hidup
yang tak perlu berlomba ego
apalagi merasa paling benar dan harus dituruti

Untuk menanggalkan ambisi
melucutkan kesombongan
dan membuka secuil saja pikiran untuk menerima perbedaaan
akankah menjadi sulit? 

-Y-

*terinspirasi tayangan di Youtube: Historiografi Indonesia yang Rasis by Ariel Herjanto, Indonesia Calling by Joris Ivens.

Kamis, 19 Oktober 2017

Seribu Wajah

Kita punya banyak wajah
dengan laku yang tanpa sengaja
menjadi bagian dari jati diri
bagian dari hidupmu

Kau akan menjadi manis dengan pasanganmu
menjadi sinis terhadap sainganmu
menjadi peka terhadap keluargamu
menjadi orang lain bersama temanmu

Mengapa tak kau pasang satu wajah saja di sini
Mungkin kau tak kuasa
atau peran itu sudah begitu melekat 
hingga kau sulit dan tak berani untuk memasang wajah itu tidak pada tempatnya

Ini bukan topeng 
sebab topeng bisa dilepas
tapi ini wajah, melekat dan pasti
yang memang begitu sudah sepaket dengan sikapmu

Tinggal dikeheningan kau akan terpaku dengan sisa-sisa perasaan
pikiranmu sedikit lelah untuk berpikir banyak
kau biarkan saja raga menguasai jiwamu
geming dan tenang


Selamat tidur kekasih

-Y-

Rabu, 11 Oktober 2017

Just life

When life is no longer as pure as you thought
And peoples around you no longer have sincerity
They act like they care, but we never know their genuine heart
Empathy is a scarcity 

Then, you can not feel any beauty of the blossom flowers, nor their good scent
The air is not fresh enough to breath
The bright sky is just a light pollution
and you do not feel tranquility of your lovely place

It is sad, yes it is

Well.. it is just a part of life
The feeling of madness, sadness, dissapointed, depressed
Same like the feeling of joy, happiness, satisfaction
when you feel that every little thing is a bless

It rolls up and down
just a matter of time

Just don't expect it to come as exactly as you wish

Surrender.. accept it.. try to talk to person you trust, you love, you care
Share the moment
But not the feeling
It heals you

-Y-





Senin, 02 Oktober 2017

Up and Down


Life is not a flat form 
Sometimes up and sometimes down, 
By your feeling, emotion, and love

Not only you can hurt by your ego

Others will too

Just fly with it

You will gonna drown
And sink

-Y-

Kamis, 21 September 2017

Liburan ke Chiang Mai

Wat Cedi
Sawadee Kaaaa... (sambil merapatkan kedua telapak tangan di depan dada, dan menundukkan kepala).. 

Begitu cara salam saat bertemu dan berpisah bagi orang Thailand. Yup.. liburan kali ini adalah ke Chiangmai, di Thailand utara.. Yeayyy.... liburan selama empat hari tiga malam bersama pasangan saya (09/17).. maaak.. aye seneng banget.


Di sini saya masukkan biaya ya.. siapa tau berguna buat yang ingin mengira-ngira biaya jadi turis di Chiang Mai. Ohiya.. untuk sinkronisasi bacaan ini, 1 bath kira-kira 400 rupiah ya. 


Tips singkat ala Yanu:

- Jangan kawatir soal transportasi, ada taksi (tuk tuk), becak, angkot, Uber, Grab.
- Wifi banyak, ada di setiap bandara, penginapan dan resto atau warung makan. Kalau takut nyasar bisa pakai Peta. Bagus mau pakai Dtec (lokal provider seluler).
- Buat yang punya problem perut (maag maksute) sama makanan asem dan bersantan seperti saya (tapi saya udah parah nih), saya bawa lemon dan alat perasnya dari rumah. haha.. niat bener. Biar ga rugi bo', makanan di sini enak-enak. 
- Kalau problem perutnya ga terlalu berat kaya saya, jangan kawatir.. air kelapa juga ampuh buat masalah perut kamu. Dan ini, bakal gampang kamu temuin di setiap hampir 300 meter deh. Harganya 25-50 Bath. 
- Udara di sini relatif panas, terik, meski begitu karena ini adalah kota religius, maka berpakaianlah yang sopan. Gapapa ding mau buka-bukaan, bakal tetep dipinjemin kain kok buat nutupin (di beberapa tempat).

Catatan: kata orang:"no picture is hoax". But well.. mohon maaf yak, hp rusak disaat saya belum sempat memindahkan foto-foto yang indah itu ke laptop dan tak ada satupun yang sempat diselamatkan, jadilah hilang begitu saja foto kenangan itu. Huhuhu.... hanya sedikit yang tersisa. Tapi cerita ini harus terus berjalan, nanti saya akan kerahkan tenaga untuk mengambil foto dan menambahkan lokasi untuk melengkapi cerita ini. Tapi kapan-kapan ya. Hehe..


Penginapan
1.Hern Lhin Natural Resort
Saat pesan tiket pesawat, sepaket dengan pemilihan hotel. Kami pilih Hern Lhin Natural Resort. Karena belum pernah ke Chiangmai, dan males pula browsing serta mencari tahu, maka jatuhlah pilihan pada tempat tersebut. Yang jaraknya 17 km dari Chiang Mai airport. Pakai taksi ke penginapan itu 500 Bath, sekitar setengah jam dari bandara. Kalau dari sini, bisa sih ke Night Safari, tapi hamba kurang berminat.

Tempatnya unik dan eksotis gitu dengan konsep clay house, rumah liliput tapi berukuran besar. Kalau lihat interiornya niat banget deh. Bangku dan Meja dari kayu solid, dilisting pakai besi paten gitu. Warnanya natural dengan gaya traditional contemporer, dengan tak lupa ornamen dan desain gambar gajah menghiasi ranjang dan sudut-sudut ruang. Per hari 500rb, sarapannya disajikan dengan menarik. Bagus untuk keluarga, karena ada dua kasur, one single bed dan double bed. 


Di sini dapat berenang dan dipinjamkan sepeda. Tempatnya kalau pagi cukup sejuk, sebab terbilang kawasan pegunungan. Udaranya bersih dan langit cerah bisa dinikmati sepanjang perjalanan. Bisa bersepeda ke Pagoda terdekat sambil menikmati udara pagi yang segar. Nikmaat banget rasanya. Aroma dupa selalu merebak di setiap pintu masuk rumah warga. Saya suka.. Tinggal pulangnya ngegenjot sepeda pararegel.. soalnya tanjakan. haha.. 


2. Sri Muang Pong Pagoda

Ini adalah tempat pusat meditasi nasional. Syahdu bener deh... sunyi.. sejuk.. dan diiringi gemericik air dari sungai yang mengalir di sebelahnya. Saya cuma berani menikmati pemadangan Pagoda dari luar. Sebab ini agak desa ya dan sepi, nampaknya ndak umum untuk dikunjungi turis dan karena beda budaya, hamba takut salah. Terus.. guguknya banyak. hihi..

Sri Muang Pong Pagoda

3. De Nara Guest House
Yup... sebelum makan siang, kami pindah penginapan. Meski harus merelakan jatah menginap yang sudah dibayar selama 3 malam di Hern Lhin. Ini demi.. demi kenyamanan. Hehe..

Dari Hern Lhin ke De Nara cukup naik Uber seharga 230 Bath. Orang Thailand ga biasa ngomong Errr.. jadi kalau mereka sebut namanya penginapan de nala... pakai L. 


Penginapan ini recommended banget deh. Interior hotelnya gaya kontemporer, bersih dan pasti ada wifi, dengan fasilitas air panas, breakfast dan kolam renang. Terus, dekat dengan resto, dan enak buat jalan kaki untuk menikmati suasana kota. Dekat sinipun tersedia penyewaan sewa sepeda, per hari 50 Bath. Untuk tiga hari dua malam, biayanya 3180 Bath.


4. Dash Teak House Resto

Letaknya serong kiri di depannya De Nara. Yang buat saya sebutkan nama restonya, karena masakannya emang enak banget. Sesuai sama lidah saya. Sajiannya tentu masakan khas Thailand dan menu internasional juga ada.

Anyway.. semua makanan Thailand itu uenaaak-uenak (ga harus di resto ini sih), cocok banget deh sama saya. Kalau sebulan saja saya di negeri ini, mungkin berat badan saya bisa naik 5 kilo. Benar-benar deh, bikin nambah napsu makan.


Berikut ini ya, saya deskripsikan aneka masakan yang kami nikmati di Dash Resto ini. Untuk tahu menu lengkap dan harganya, bisa kamu intip di sini (klik). Ohiya, saya tidak makan daging babi, jadi yang saya pesan sekitar daging ikan (seafood), ayam dan sapi.



  • Tom Yam Gung: Ini makanan yang saya ingin banget cobain kalau ke negeri gajah ini. Kuah sup yang asam suuuegar dari aneka bumbu rempah dan gurih ini (saya mintanya tidak pedas banget), ya ampunuuunn.. Uenaak banget, di makan sampai tak bersisa kuahnya. 
  • Phat Tua Kak Grathian: Ini sih bukan sok tahu tahuan dari nama makanannya, kami pesan karena ada gambarnya. hehe.. sayur oseng buncis dengan bumbu asin dan gurih serta bawang putih yang nikmat. Rasanya, sedaaap banget. Entah lapar atau apa, tapi emang sedap banget. 
  • A Sweet Potato Nest Chicken: Ini mangkoknya terbuat dari potongan kentang goreng yang dibentuk seperti sarang burung, dengan di dalamnya disajikan oseng ayam yang diberi paprika, kacang mede, nanas, dan bumbu lainnya.. rasanya ampuuun dah, enak banget. Mangkok yang berbentuk sarangnya itu bisa dimakan juga, tapi piringnya ya jangan ikut dimakan ya. Hehe..
  • Minuman andalan yang kami pilih adalah Thai milk dan Kelapa muda. hihi.. saya minum kelapa muda terus lho.. segerrrr. Jadi kelapanya dingin bukan air kelapanya dikasih es, tapi sabutnya ditipisin, lalu kelapa utuh itu dimasukkan kulkas atau direndam es batu, jadinya dingin air kelapa di dalamnya.
Resto ini merupakan fine dining, makan cantik gitu. Untuk menu yang kami pesan di atas, plus 2 piring nasi, kami menghabiskan 490 Bath. Criiing.. puassss..

5. Warowo Market

Ini pasar tradisional yang menjual beragam kebutuhan rumah tangga, sembako, dan bunga potong, serta buah-buahan. Saya beli duren montong dan rambutan. Surganya buah deh, seperti di Jakarta. Ndak mahal juga, segar-segar. Di seberang pasar ada sungai yang bersih meski tidak jernih. 

Saya makan buah-buahan di pinggir sungai, sambil menikmati suasana sore di mana orang-orang mulai menutup tokonya dan bergegas pulang. Meski begitu, sampah terkumpul cukup rapih hanya dengan kantong plastik besar yang disediakan di setiap 2-5 meter jalur pedestrian. 


6. Night Market

Di sini pusat belanja dan lihat-lihatnya oleh-oleh buat turis lokal maupun mancanegara. Seperti Malioboronya Jogja. Makanan khas Thailand pun tersedia beragam dan uenak uenak. Segala macam oleh-oleh dan karya seni ada. Rame, riuh, dan harum, serta tetap bersih. Penjualnya ramah-ramah banget. 

Yang menarik adalah food courtnya itu mewajibkan pengunjung untuk membersihkan mejanya sendiri. Jadi sampah harus dibuang di tempat sampah dan alat makan harus diletakkan di tempat khusus piring/gelas kotor. Smoking is prohibited. Yesss... Asek lagi, suguhan panggungnya itu adalah tarian lokal. Sedhaaaapp.. Ohiya.. ada banyak pilihan koridor food court sih, temanya macam-macam. Ada kebarat-baratan (panggungnya ya lagu top 40 lah), Italiano, atau ingin yang nuansa lokal, tergantung spot yang kamu pilih. 


Di atas jam 9.30 malam, ada Cabaret Show. Peragaan busana yang dilakukan oleh transgender. Tinggi-tinggi (tambah tinggi karena hak sepatunya amboiii), kekar, dan tebal make up dengan pakaian yang mencolok, tentu agar terlihat unik dan cantik. 


Pemandangan yang membuat kaya pengalaman, sebab disuguhkan kenyataan bahwa hidup sejatinya adalah menerima adanya perbedaan. Oh life..


Pulangnya kami naik tuk tuk (taxi yang bentuknya seperti bajaj tanpa pintu). Sopirnya itu punya nomor identitas. Ramah sekali dan ndak matre atau maksa-maksa. Harganya sedang-sedang saja. Bisa ditawar kok. Dari Pasar Malam ke hotel dia minta 100 bath, kami menawar 80 bath dan oke. Dan tentu di dalam kendaraan ada pajangan dan wewangian sebagai lambang kepercayaannya. Damai sekali melihatnya.



7. Market
Di sini dijual jajanan, kue-kue dan masakan lokal, tentu saja buah juga ada. Seneng banget deh lihatnya. Saya ke sininya malam, terlihat pedagang kaki limanya ramai dan tetap tertib, rapih. Di sini, saya nyobain Mango Rice, ketan warna warni agak gurih, yang diberi kuah santan, serta potongan mangga di atasnya. Unik rasanya. Harganya 50 bath. 

Makan Mango Rice sambil menikmati pemandangan aktivitas malam yang berisi orang lokal dan turis yang lalu lalang, sedap sekali meski udara agak sedikit lembab (agak panas). Dari hotel ke sini, kami berjalan kaki. Keluar dari hotel selepas magrib. Sengaja ingin menikmati suasana malam kota. 


8. Doi Su Thep Temple

Doi Su Thep Temple

Doi Su Thep itu nama sebuah daerah dataran tinggi (pegunungan). Di sini ada kebun binatang, pusat turis dan banyak tempat ibadah umat Budha. Tempat ibadah paling terkenal dan megah di daerah ini. Untuk ke Doi Suthep, kami naik angkot dari tempat mangkalnya di South Gate. Jalan aja sedikit, supaya bisa langsung jalan. Sebab, angkot ini akan berangkat kalau sudah penuh berisi 10 orang. 


Pada saat kami naik, kebetulan sekitar setengah jam kami menunggu 5 bule lain yang ingin ke temple juga. Ga begitu lamalah. Satu angkot harus narik 500 bath (dengan estimasi 50 bath per orang, kapasitas 10 orang). Karena hanya bertujuh, jadi 500 bath dibagi tujuh untuk sekali jalan, harusnya each 70 bath, tapi akhirnya dikasih 60 bath per orang. 

Sesampainya di atas akan diberi waktu 1.5 jam untuk lihat-lihat temple. Sopirnya menunggu kami kembali, sehingga turun dengan angkot sama. Jadi jangan lupa ingat plat nomornya, sebab angkotnya sama semua. Bolak-balik perorang ongkosnya jadi 120 bath. Murah tho.


Di sana saya nyobain manisan mangga dan es kopi buat melek. Sedap banget mangganya, kagak asem blas. Hihi.. namanya manisan yak. Yang beda, garamnya itu pakai gula dan cabe. jadi asinnya dikit, berasa gula dan kurang pedes. Harga mangga 20 bath, kopi 50 bath.


Udaranya harusnya sejuk sebab di dataran tinggi ya, tapi karena lagi panas terik ya ga kerasa sejuk. Di dalam templenya, tentu adem.


Masuk ke sini, wisatawan bayar 30 bath perorang. Hihi, karena muka kami mirip orang lokal, petugasnya sampai nanya: are you foreigner? well, kita ditegor karena kita masuk lewat pintu turis yang harus bayar. Duh .. tau gitu nyelonong aja kan ga usah bayar. Haha..becanda lho.


Lalu bersiap naik tangga yang .. hehe.. tinggi. Saya ngaso tiga kali. Tapi emang gatel banget ingin foto-foto. Sampai di atas kebayar deh capenya. 


Melihat kemegahan tempat ibadah ini dan kekhusukan para jamaah yang berdoa dan beribadah, rasanya merinding deh, ingin ikutan ibadah juga karena energinya positif. Ada yang terlihat mengelilingi kubah, seperti orang Islam kalau tawaf gitu. Yah, semua kepercayaan rasanya mirip-mirip dalam menjalankan ritual ibadahnya, tak lain untuk dekat dan raih kedamaian. 


Kemudian naik lagi, kami disuguhkan pemandangan kota Ciang Mai di bawahnya. Langit terlihat biru cerah dan tanpa polusi. Udara  bersih dan segar. Kece banget buat background foto. Hehe..


Warung Seafood


Di sini tentu yang istimewa adalah seafood. Kami pesan ikan tim, sayur kangkung dan saya tetep minum kelapa muda. Masakannya, alamaaakk enak banget. Padahal saya ga laper banget. Perut rasanya penuh, tapi mulut ga mau berhenti menikmati sedapnya masakan. Kudu coba deh. Uenak bangets. Ramah pula pemiliknya. Tempatnya di pinggir jalan gitu, terbuka dan memakai sedikit jalur pedestrian. Kamu bisa numpang ngecharge kok. Makan di sini total habis ya 480 bath. Ada toilet umum yang bayar 2 bath per orang, hihi.. masih seribu rupiah. Kita di jakarta kalau pipis udah dua rebu per orang. Hehe..


--


Segitu itu tuh cerita ChiangMai, meski sebenarnya masih banyak lagi yang mau diceritain karena banyak banget temple di dalam kota ini yang asik dinikmati dengan berjalan kaki keliling kota. Seru... seneng banget .. dan pengen kalo ada yang ajak lagi ke situ. Coba deh ke sana, asik dan menyenangkan banget.. tempat yang damai dan tenang. 


Ahhhh... saya tutup cerita dengan mengucap terima kasih, kapon Kaaaa... (sambil merapatkan kedua telapak tangan di depan dada, dan menundukkan kepala).. 

-Y-

Selasa, 29 Agustus 2017

Pain and Gain


There is an idiom says that no pain no gain. It seems so optimistic. The words telling us to keep going on something, until you realize that you already get what you want. There is a prize that you pay from your sacrifice, and you are not a victim of your own goal, you are what you do, and for sure that you will get what you want.

Despite all of those aspirations, have you ever though about other version of pain and gain meaning? Like example, a thought to answer these questions: do we know how much we will get after all the effort, how high we try, how hard we work, how big the result that we will get. Then can we get satiscation, or do we know what do we really need.

We all born unique, i mean we bring all the stuff differently from others. But we have to thankfull of what we are, no matter what. Right? 
Then we try our best to be a better person or to be a person who we expected or the worst is that we try the best to be a person that someone else expected. Yeah.. sounds silly.

We all not born in a good situation, good looking, nice place and a great wealth. Everybody knows it. 

I just want to say that not all pain is gain. It is just a pain without any gain. Just a pain, and we don't need to expect about gain. Just a pain. I know that a hope is an oxygen of life, but hoping too much will kill you. I mean not like a kill that make you die, but kill your logic and raise your misery. 

We only have to cope with the pain. That's it. How about gain? it is a bonus. Yeah, BUT you have to know, that there is no certainty in a bonus. 

Rabu, 10 Mei 2017

Menanggapi Lini Masa

Media sosial (medsos) memberi ruang kepada masyarakat untuk menuangkan apapun yang mereka inginkan menjadi konsumsi publik tanpa ada lagi sekat dan etika yang mampu meredam hasrat itu. Semua ditentukan oleh jemari yang lincah menuangkan kata-kata, menyebar gambar dan video untuk kepentingan masing-masing. 

Saat ini sedang ramai pembicaraan mengenai serentetan peristiwa yang terjadi di Ibukota. Respon yang datang tidak hanya tentunya dari warga Jakarta saja, tetapi siapapun dari berbagai daerah turut serta berpendapat dan menyuarakan pikirannya baik pro dan kontra. Riuh sekali. 

Saya sendiri punya pendapat tentang peristiwa itu yang ingin sekali saya suarakan secara lantang dan terus menerus. Rasanya, hanya sekali saya lakukan. Tetapi sesungguhya, manakala ingin mengetik status meski hanya untuk berekspresi atau mengomentari situasi yang terjadi, lalu saya berpikir begini: Pertama, jika saya mengetik, orang lain akan menilai saya cenderung ke-satu hal. Lalu orang lain jadi berubah melihat pribadi saya, meski mungkin hanya terjadi di dunia virtual. Namun, saya khawatir akan terjadi di dunia nyata. Kedua, kalau saya mengetik, saya nampaknya akan sama seperti yang lain. Tidak membuat suasana lebih baik, karena yang akan saya ketik hanya sekedar tumpukan opini yang tidak ada gunanya untuk mengubah apa yang ada. Sedangkan yang saya lakukan hanya memuaskan keinginan saya dan tujuan saya supaya dunia tahu apa yang ada dipikiran saya. Kemudian saya merasa menjadi tidak produktif. 

Alih-alih tak menulis status, saya lalu membaca status dan twit orang yang tanpa sadar saya telah mengikutinya terus hingga emosi ini naik dan turun selama bisa lebih dari sejam. Lho.. kok ndak produktif juga. Wah-wah.. lalu saya merasa suntuk.

Saya yakin, saya pasti tidak sendirian yang teler dengan linimasa di fb atau media sosial lainnya. Memang ini pasti akan berlalu, entah sampai kapan. Tapi sebaiknya saya tak peduli saja, dan harus move on dengan real life. Biar berbobot otak ini. Terus harus pintar nih memilih info mana yang baik untuk dibaca dan dicerna. 

Mengutip acara Panglima di Rossi, media massa menjadi rujukan premium buat saya. Jika mendapat broadcast medsos yang tidak jelas sumbernya, saya akan memberikan tautan media massa untuk mengklarifikasi kebenarannya. Karena medsos itu umumnya bersifat opini, dan bukan fakta seperti yang dapat disampaikan media massa. Yang saya ketahui, media massa memiliki kaidah jurnalistik untuk dapat menyampaikan suatu fakta. Begitulah secara sederhananya. 

-Y-

Sabtu, 01 April 2017

Perkawinan Tanpa Anak (Bagian III)

Saya pernah menulis tentang perkawinan tanpa anak dua tahun yang lalu (lihat blog sebelumnya). Saat ini, sudah hampir 10 tahun usia perkawinan, di rumah tangga kami tanpa anak.
Buahnya Tempelan . hihi..
Kali ini, saya menjadi tergelitik untuk menambahkan tulisan tentang perkawinan ini, karena belum lama ini saya mengalami sendiri sesuatu yang membuat saya tersenyum.

Begini Ceritanya

Di sebuah lift, saya masuk dan berdiri di pojok. Kemudian ada tiga orang wanita yang salah satunya membawa anak ikut juga masuk. Terakhir seorang wanita juga nimbrung untuk masuk ke dalam lift. Kemudian lift beranjak naik.

Percakapan pun berlangsung:
Salah satu dari tiga wanita itu menyapa wanita yang terakhir masuk: "Hai.. lagi isi ya?"
Wanita terakhir menjawab: "Ah.. enggak"
Salah satu dari tiga wanita itu mencoba menganulir:"Oh, kelihatan lagi isi. Udah berapa lama nikahnya?"
Wanita terakhir menjawab (dengan malas): "Enggak kok, ga isi. Dua tahun"
Salah satu dari tiga wanita itu meneruskan: "belum kali ya.. nanti juga isi"
Wanita terakhir menjawab: "Iya, belum aja"
Lift pun berhenti, wanita terakhir keluar dan berkata: "duluan ya"
Ketiga wanita itu menjawab: "iya"

Saya masih berada di pojok lift dan terdiam mendengar percakapan mereka, karena nampaknya lantai saya paling atas tujuannya dari mereka semua. 

Percakapan pun dilanjutkan:
Wanita A: "Kasihan ya.. belum punya anak." 
Wanita B: "Iya .. udah dua tahun ya."
Wanita C menimpali: "Iya . sama tuh sama si G dia udah tujuh tahun nikah belum punya anak. kasihan ya."
Wanita A: "Enggak kayak kita ya.. nikah langsung tokcer. hehe.." (sambil tertawa)
Wanita B: "Iya.. kita mah tokcer banget ya.. langsung jadi, haha.." (tertawa lepas)
Wanita C ikut tertawa mengamini.

Lalu mereka tiba pada lantai tujuan dan keluar lift. Di pojok, saat percakapan-percakapan itu terjadi, saya tidak sedang memainkan hp atau mencoba mencari-cari sesuatu di dalam tas saya hanya untuk sekedar terlihat sibuk. Tetapi secara tak sengaja, saya khidmat mendengarkan percakapan itu dengan tatapan sesekali ke papan digital lift sambil tersenyum dan tersenyum serta tersenyum. Dan ketika tinggal saya seorang diri yang berdiri dipojokkan sambil menanti tiba saatnya pintu lift membuka pada lantai tujuan saya, saya tetap mengulum senyum ... C'est la vie :)

-Y-

Senin, 27 Februari 2017

Sapa Hati


Malam ini, tonggeret tak terdengar
seolah tak mau mengerti
dan enggan menyapa
untung masih ada alunan musik yang mau menemani

Gundah ini tak kunjung padam, bahkan terlalu dalam 
mengetuk masalah jadi kian pilu
segala rasa seperti remuk
hancur tak berbentuk

Entah untuk apa semua ini terjadi
tanda tanya selalu menjadi akhir di setiap teori
kelihatannya dunia ini tak menyediakan titik
sebab manusia silih berganti menempati kefanaan

Memaknai waktu yang bergerak
senang, sedih, bahagia, kecewa, cinta, dan patah hati
berputar silih berganti menyelimuti ruang
sementara, bunga bersiap mekar menyambut lebah

Kalau kau sedih, ambillah buku itu
yang bisa buat kau tersenyum, atau malah ngantuk
atau kau makin bergeming
karena otakmu terus bergejolak, berkutat di liang hitam
berkerak, tapi mungkin bisa juga ketemu kilat cahaya yang menyejukkan

Saat kau bahagia, tak perlulah diurai kau harus apa
orang senantiasa lupa untuk merenung arti bahagia
inginnya terus hanyut dan tak dibangunkan
agar terus diarak mimpi, mereka takut oleh kesengsaraan
siapa juga yang senang berada di dalamnya?

-Y-

Belajar Menari dengan Legowo

Saya sedang belajar menari. Dengan belajar menari, saya dapat merasakan bahagia, menikmati raga yang sehat, dan rupanya satu hal lagi yang s...