Dari Jakarta pada Jumat pagi lalu tiba di Bandara Minangkabau.. Disambut langit yang cerah berwarna biru bersaput kapas-kapas awan yang cemerlang.. Wow.. senang banget..
Kali ini kami liburan bertiga, aku dan pasangan ikut penerbangan pagi dan seorang kawan lagi akan ikut penerbangan sore hari. Pada hari sebelumnya, kawan saya sudah memesan mobil (kalau ndak Avanza ya Xenia) seharga 350.000 perhari. Sudah dengan uang untuk biaya sopir, tapi belum termasuk penginapan supir dan bensin. Kalau mau murah patungannya, lebih banyak orang lebih baik. Sebab rute yang akan ditempuh jauh-jauh, jadi dengan menyewa mobil akan lebih efisien tentunya dibandingkan naik kendaraan umum.
Untuk mengisi waktu sambil menunggu kawan saya datang, kami menuju lokasi pantai-pantai ternama di sepanjang Kota Padang ini. Tapi sebelum menjelajahi Kota Padang, supir kami akan menunjukkan wisata kuliner di daerah Bungus, katanya ada gulai kakap yang enak.
1. RM. Simpang PPS Bungus
Ini dia gulai yang enak. Menu masakan tepi pantai. Awalnya yang dihidangkan adalah botol hijau. Saya pikir untuk minuman, eh ndak taunya untuk kobokan atau mencuci tangan. hehe.. untung belum ditenggak.
Seperti biasa warung makan ala Padang, makanan dihamparkan dihadapan kita. Tapi untuk menu gule kakap harus bilang ke pelayannya biar disajikan. Wihhh. serba santan deh. Syedaapp... eh.. ada tumis semur jengkol lho. hehe.. kaget saya, kirain jengkol itu menu khas Betawi, he.. ga taunya itu udah kayak sayur daun singkong lho. Selalu ada di setiap sajian makanan warung Padang ini. Kalau di Jakarta sih saya belum pernah lihat.
Menu Gulai Kakap Nan Yahud |
Makan siang kali ini saya lahap banget.. nyeruput-nyeruput daging ikan yang terselip diantara tulang kepalanya. Ihh.. mani sedap pisan. Balado dendengnya juga enak banget. Pokoknya.. lupakan soal kolesterol sejenak.. hehe.. Menu ini untuk tiga orang, plus rokok untuk pak Supir, tidak sampai 100 ribu lho. Hem.. Sudah enak, murah pula... Ahhh...
Selain kuliner yang tak terlupakan ini, sepanjang daerah Bungus, banyak pantai-pantai yang dapat disinggahi. Ada Pantai Carolina, Pantai Air Manis, Pantai Nirwana, kalau masuk ada yang per orang 5 ribu, ada pula yang gratis atau sekedar uang parkir mobil. Tapi pemandangan sepanjang jalan berbukit ini, luar biasa.... Saya ternganga-nganga memandangnya.
Pantai Carolina |
Pantai Air Manis |
Bukit batu yang tinggi dihiasi dengan pohom-pohon rimbun nan berjuntaian sulurnya. Udara kian segar dilengkapi pemandangan pantai dan laut yang indah di sisi yang berlainan. Tak sedikit terlihat pemuda-pemudi menghentikan motornya untuk menikmati pemandangan laut dari atas bukit. Penjaja kelapa dan buahpun mencoba peruntungannya di sepanjang jalan. Tak jarang kera-kera kecil usil untuk mencuri buah dagangan penduduk itu. Tupai pun berani ke jalan untuk mencari pangan. Kera-kera juga berinteraksi dengan orang-orang yang memberi makan. Ini memang bentuk adaptasi yang dapat merusak ekosistem alami, dari kera yang biasa mencari makan di hutan ke kebiasaan dengan disuapi, akan membuat kera-kera menjadi kurang bersahabat dengan alam. Tapi mungkin dari sisi manusia, itu dianggap hiburan dan membantu sang kera mendapatkan makanan. Namun, siapa yang akan memberikan pelajaran tentang ekosistem ini. Saya lebih memiliki menikmati pemandangan, suara dan udara yang segar. Dan ironisnya, saya meninggalkan polusi dari asap kendaraan saya. Maafkan...
Flora dan Fauna Bukit Bungus |
Ohiya, ada cerita ketika mengunjungi Pantai Air Manis atau yang terkenal dengan legenda Malin Kundang itu. Banyak dilihat fotografer yang fotonya langsung jadi. Kalian pasti berpikir untuk apa hari gini pakai jasa mereka, toh telephon genggam saja sudah cukup. Tapi miris juga, itu adalah nafkah mereka. Saya sampai dengar dan baca, mohon pakai jasa mereka meski mereka tahu kalian pasti bawa kamera sendiri. Duh, menyesalnya saya.. setelah lepas dari pantai ini, saya malah sedih. Kenapa ndak pakai jasa mereka ya, hitung-hitung menambah devisa daerah, toh foto di kamera saya ini bakal entah kapan dicetaknya. *menghela nafas... Buat pengalaman ya.
2. Jembatan Siti Nurbaya
Pemandangan Jembatan Siti Nurbaya |
Selanjutnya, kami menuju jembatan Siti Nurbaya menjelang sore. Sayangnya sepanjang trotoar di sabotase para pedang kaki lima, untuk menjual pisang bakar atau jagung bakar. Asyik sih mempermudah pelancong dan pemuda pemudi mendapatkan jajanan, tapi sayangnya pemandangan jadi kumuh karena kotor dan tak teratur.
Jembatan Siti Nurbaya |
3. Pantai Padang
Makanan di Pinggir Pantai Padang (ikannya belum datang) |
Makan malam di restoran pinggir pantai Padang menghabiskan sekitar 120ribuan dengan ditemani deburan ombak yang sesekal airnya akan membahasi meja makan kita.
Pantai ini ramai sekali di sore hari. Banyak yang bermain di pasir, pantai atau sekedar jalan-jalan menikmati udara pantai dan berfoto ria. Pantai ini terbuka untuk umum, jadi tidak dipungut bayaran. Paling hanya uang parkir kalau membawa kendaraan.
Sunset di Pantai Padang |
Kami menginap di daerah Bukit Tinggi. Udaranya sejuk dan segar. Ada apa di kawasan Bukit Tinggi?? ada.. banyaaakkk.. tak terbayar deh.. Wow.. Jam Gadang, Istana Bung Hatta, Taman Wisata Panorama dan Lobang Jepang, Benteng Ford De Kock. Semuanya bisa hanya dengan jalan kaki.
Makan siang Nasi Kapau di pasar, amboiii lamaak banaa!! per orang sekitar 20ribuan, mungkin karena lauknya dua. hehe.. saking ingin coba semua.
Agak jauh sedikit ayo coba Great Wall kota Gadang Sumatera, Janjang Koto Gadang.. hehe.. Lumayan pegel deh. Baru diresmiin 2013. Selain itu ada juga bebek ijo bukit tinggi yang pedesnya gilaks..
5. Payakumbuh
Sepanjang pemandangan dari Bukit Tinggi ke Payakumbuh.. amboiii... rancaakkkk bana...
Benar-benar pemandangan yang kontras dengan hari-hariku. Udara segar, untuk sementara rinitis berhenti. hehe.. keren banget deh. Kami menuju ke lembah bukit Harau... ada air terjun yang cantik banget karena cahaya matahari yang membias di air terjun sehingga menghasilkan warna yang indah.
Bagi para pencinta pemandangan, disini surga banget. Untuk fotografi juga cocok banget.
6. Padang Panjang
Padang Panjang punya banyak daerah yang bisa dikunjungi. Ada kampung kerajinan perak, cantik-cantik banget. Andai punya uang sekarung, pingin borong deh. Lalu kita singgah ke Rumah Puisi Taufik Ismail. Disini benar-benar hanyut dalam lautan puisi nan memukau. Luangkan saja satu jam untuk menikmati hasil dan perjalana karya Pak Taufik, anda kan merasa tercerahkan!!
Sebelum kembali ke bandara, kami mengunjungi Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau di Padang Panjang. Di sini seperti museum, menceritakan tentang budaya minang, terutama yang menyangkut rumah tradisional dan pakaian tradisional. Menarik sekali, dan untung sesaat bisa 'merasa' menjadi orang Minang adalah dengan memakai baju tradisionalnya. hehe.. kapan lagi bisa pakai Baju Minang. Biaya sewa hanya 25.000 seorang. Boleh foto-foto sepuasnya dengan baju adat tersebut. Wow.. sungguh pengalaman yang mengasikkan. Lihatlah, anak gadih tu rancak bana.. hehe...
Panjang ya ceritanya.. Jangan lupa makan Sate padang Mak Syukur.. tapi menurutku sih biasa aja, kayak di daerah Benhil kok rasanya. Ohiya.. ada melewati daerah jalan yang tidak boleh merokok lho di Padang Panjang. keren ya :)
Sebenarnya masih banyak yang mau diungkapin. Tapi percayalah.. tak usah banyak cari info, langsung saja kalian kunjungi daerah ini. Di jamin pingin balik lagi, tu panorama, udara segar, budayanya, makanan, dan oleh-olehnya, amboii rancaaakk banaa.... Ayooo ke Sumatera Barattt!!
-Y-