Senin, 23 Desember 2013

Liburan ke Padang & Bukit Tinggi

Sebelum tutup tahun 2013, diisi dengan liburan ke Padang dan Bukit Tinggi. Asyiik.... horee...

Dari Jakarta pada Jumat pagi lalu tiba di Bandara Minangkabau.. Disambut langit yang cerah berwarna biru bersaput kapas-kapas awan yang cemerlang.. Wow.. senang banget..


Kali ini kami liburan bertiga, aku dan pasangan ikut penerbangan pagi dan seorang kawan lagi akan ikut penerbangan sore hari. Pada hari sebelumnya, kawan saya sudah memesan mobil (kalau ndak Avanza ya Xenia) seharga 350.000 perhari. Sudah dengan uang untuk biaya sopir, tapi belum termasuk penginapan supir dan bensin. Kalau mau murah patungannya, lebih banyak orang lebih baik. Sebab rute yang akan ditempuh jauh-jauh, jadi dengan menyewa mobil akan lebih efisien tentunya dibandingkan naik kendaraan umum.

Untuk mengisi waktu sambil menunggu kawan saya datang, kami menuju lokasi pantai-pantai ternama di sepanjang Kota Padang ini. Tapi sebelum menjelajahi Kota Padang, supir kami akan menunjukkan wisata kuliner di daerah Bungus, katanya ada gulai kakap yang enak.

1. RM. Simpang PPS Bungus

Ini dia gulai yang enak. Menu masakan tepi pantai. Awalnya yang dihidangkan adalah botol hijau. Saya pikir untuk minuman, eh ndak taunya untuk kobokan atau mencuci tangan. hehe.. untung belum ditenggak.

Seperti biasa warung makan ala Padang, makanan dihamparkan dihadapan kita. Tapi untuk menu gule kakap harus bilang ke pelayannya biar disajikan. Wihhh. serba santan deh. Syedaapp... eh.. ada tumis semur jengkol lho. hehe.. kaget saya, kirain jengkol itu menu khas Betawi, he.. ga taunya itu udah kayak sayur daun singkong lho. Selalu ada di setiap sajian makanan warung Padang ini. Kalau di Jakarta sih saya belum pernah lihat.
Menu Gulai Kakap Nan Yahud
Makan siang kali ini saya lahap banget.. nyeruput-nyeruput daging ikan yang terselip diantara tulang kepalanya. Ihh.. mani sedap pisan. Balado dendengnya juga enak banget. Pokoknya.. lupakan soal kolesterol sejenak.. hehe.. Menu ini untuk tiga orang, plus rokok untuk pak Supir, tidak sampai 100 ribu lho. Hem.. Sudah enak, murah pula... Ahhh...

Selain kuliner yang tak terlupakan ini, sepanjang daerah Bungus, banyak pantai-pantai yang dapat disinggahi. Ada Pantai Carolina, Pantai Air Manis, Pantai Nirwana, kalau masuk ada yang per orang 5 ribu, ada pula yang gratis atau sekedar uang parkir mobil. Tapi pemandangan sepanjang jalan berbukit ini, luar biasa.... Saya ternganga-nganga memandangnya. 

Pantai Carolina

Pantai Air Manis
Bukit batu yang tinggi dihiasi dengan pohom-pohon rimbun nan berjuntaian sulurnya. Udara kian segar dilengkapi pemandangan pantai dan laut yang indah di sisi yang berlainan. Tak sedikit terlihat pemuda-pemudi menghentikan motornya untuk menikmati pemandangan laut dari atas bukit. Penjaja kelapa dan buahpun mencoba peruntungannya di sepanjang jalan. Tak jarang kera-kera kecil usil untuk mencuri buah dagangan penduduk itu. Tupai pun berani ke jalan untuk mencari pangan. Kera-kera juga berinteraksi dengan orang-orang yang memberi makan. Ini memang bentuk adaptasi yang dapat merusak ekosistem alami, dari kera yang biasa mencari makan di hutan ke kebiasaan dengan disuapi, akan membuat kera-kera menjadi kurang bersahabat dengan alam. Tapi mungkin dari sisi manusia, itu dianggap hiburan dan membantu sang kera mendapatkan makanan. Namun, siapa yang akan memberikan pelajaran tentang ekosistem ini. Saya lebih memiliki menikmati pemandangan, suara dan udara yang segar. Dan ironisnya, saya meninggalkan polusi dari asap kendaraan saya. Maafkan...

Flora dan Fauna Bukit Bungus
Ohiya, ada cerita ketika mengunjungi Pantai Air Manis atau yang terkenal dengan legenda Malin Kundang itu. Banyak dilihat fotografer yang fotonya langsung jadi. Kalian pasti berpikir untuk apa hari gini pakai jasa mereka, toh telephon genggam saja sudah cukup. Tapi miris juga, itu adalah nafkah mereka. Saya sampai dengar dan baca, mohon pakai jasa mereka meski mereka tahu kalian pasti bawa kamera sendiri. Duh, menyesalnya saya.. setelah lepas dari pantai ini, saya malah sedih. Kenapa ndak pakai jasa mereka ya, hitung-hitung menambah devisa daerah, toh foto di kamera saya ini bakal entah kapan dicetaknya. *menghela nafas... Buat pengalaman ya.

2. Jembatan Siti Nurbaya

Pemandangan Jembatan Siti Nurbaya
Selanjutnya, kami menuju jembatan Siti Nurbaya menjelang sore. Sayangnya sepanjang trotoar di sabotase para pedang kaki lima, untuk menjual pisang bakar atau jagung bakar. Asyik sih mempermudah pelancong dan pemuda pemudi mendapatkan jajanan, tapi sayangnya pemandangan jadi kumuh karena kotor dan tak teratur. 
Jembatan Siti Nurbaya

3. Pantai Padang
Makanan di Pinggir Pantai Padang (ikannya belum datang)
Makan malam di restoran pinggir pantai Padang menghabiskan sekitar 120ribuan dengan ditemani deburan ombak yang sesekal airnya akan membahasi meja makan kita.

Pantai ini ramai sekali di sore hari. Banyak yang bermain di pasir, pantai atau sekedar jalan-jalan menikmati udara pantai dan berfoto ria. Pantai ini terbuka untuk umum, jadi tidak dipungut bayaran. Paling hanya uang parkir kalau membawa kendaraan.
Sunset di Pantai Padang
Di dekat kawasan Pecinan ada restoran khusus es duren. Iniii yummmy banget. Harganya 20ribuan.

Es Duren
4. Buki Tinggi
Kami menginap di daerah Bukit Tinggi. Udaranya sejuk dan segar. Ada apa di kawasan Bukit Tinggi?? ada.. banyaaakkk.. tak terbayar deh.. Wow.. Jam Gadang, Istana Bung Hatta, Taman Wisata Panorama dan Lobang Jepang, Benteng Ford De Kock. Semuanya bisa hanya dengan jalan kaki.

Makan siang Nasi Kapau di pasar, amboiii lamaak banaa!! per orang sekitar 20ribuan, mungkin karena lauknya dua. hehe.. saking ingin coba semua.

Agak jauh sedikit ayo coba Great Wall kota Gadang Sumatera, Janjang Koto Gadang.. hehe.. Lumayan pegel deh. Baru diresmiin 2013. Selain itu ada juga bebek ijo bukit tinggi yang pedesnya gilaks..














5. Payakumbuh
Sepanjang pemandangan dari Bukit Tinggi ke Payakumbuh.. amboiii... rancaakkkk bana...

Benar-benar pemandangan yang kontras dengan hari-hariku. Udara segar, untuk sementara rinitis berhenti. hehe.. keren banget deh. Kami menuju ke lembah bukit Harau... ada air terjun yang cantik banget karena cahaya matahari yang membias di air terjun sehingga menghasilkan warna yang indah.

Bagi para pencinta pemandangan, disini surga banget. Untuk fotografi juga cocok banget.



6. Padang Panjang
Padang Panjang punya banyak daerah yang bisa dikunjungi. Ada kampung kerajinan perak, cantik-cantik banget. Andai punya uang sekarung, pingin borong deh. Lalu kita singgah ke Rumah Puisi Taufik Ismail. Disini benar-benar hanyut dalam lautan puisi nan memukau. Luangkan saja satu jam untuk menikmati hasil dan perjalana karya Pak Taufik, anda kan merasa tercerahkan!!




Sebelum kembali ke bandara, kami mengunjungi Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau di Padang Panjang. Di sini seperti museum, menceritakan tentang budaya minang, terutama yang menyangkut rumah tradisional dan pakaian tradisional. Menarik sekali, dan untung sesaat bisa 'merasa' menjadi orang Minang adalah dengan memakai baju tradisionalnya. hehe.. kapan lagi bisa pakai Baju Minang. Biaya sewa hanya 25.000 seorang. Boleh foto-foto sepuasnya dengan baju adat tersebut. Wow.. sungguh pengalaman yang mengasikkan. Lihatlah, anak gadih tu rancak bana.. hehe...



Panjang ya ceritanya.. Jangan lupa makan Sate padang Mak Syukur.. tapi menurutku sih biasa aja, kayak di daerah Benhil kok rasanya. Ohiya.. ada melewati daerah jalan yang tidak boleh merokok lho di Padang Panjang. keren ya :)

Sebenarnya masih banyak yang mau diungkapin. Tapi percayalah.. tak usah banyak cari info, langsung saja kalian kunjungi daerah ini. Di jamin pingin balik lagi, tu panorama, udara segar, budayanya, makanan, dan oleh-olehnya, amboii rancaaakk banaa.... Ayooo ke Sumatera Barattt!!

-Y-

Rabu, 18 Desember 2013

Today's Life

Don’t judge a book from its cover. Everybody know about this proverb. But to keep positive in this wild world is not that easy. One thing (maybe) another challenge is to hold your hand not typing your sounds of mind.

Letting people know your condition seems beatify. Nowadays, social media really works as a diary book without secret. I cant stand with people who love to scold or cursing in a virtual world but act such a nice person in the real life. I try to avoid that person.


Does it mean I snoop? No.. I read from my wall, those statements just passed through my eyes whenever I scrolled down the page.


Yes.. this is an expression of thought too.. also a diary. Well then, I am a part of those people. This could be means that I am being in a "list of those that should be avoided". 

-Y-

Rabu, 20 November 2013

The Village Girl and Three Magic Beans (The Fairy Tale)



Once upon a time there was a girl whose name was Trisha. She was 15 years old. She had still been grieving over the death of her father two years ago. She only lived with her mother whose leg was paralyzed. They lived in a village which was near the river. As she had to buy food for them to stay alive, she worked so hard every day. Her mother could not walk too far, she only could cook, she could only cooked their breakfast and prepared lunch for her daughter. If there were still vegetables, she would cook for dinner. 

The village girl always woke up in the morning. After cleaning the house, she had breakfast with her mom, then brought food for lunch which was prepared by her mother. Then she went to the forest to look for firewood. If the amount was enough for her to carry then she went to the market to sell it or traded it with bread or vegetables. The market was near the community center which was almost 7 km from her house. After she got groceries for dinner, she walked around the community center. She was interested with something, there was a school for villagers. She had gone to school before her father died. But now, she had no chance because she had to take her father’s position in the family. She still wanted to go to school, but she could not say it to her mother.

The school started at 9 am and finished at 3 pm. The school’s time was designed for villagers, but she still could not get in with it because she had to collect firewood and sell it to seller after 2 pm, then she went quickly to the school and sat in front of the school and asked the student’s she met about today’s lessons. Even she never got the full lesson, she was always happy to hear about new things. She went home before dark then gave the groceries to her mother to cook.

One day, when she was waiting for the student near the school’s gate, suddenly there was an old lady in a wheel chair that got closer to her and said: “my dear, can you help me clean my ditch? it is clogged, full of dry leaves. My home is just near here”. Then the village girls said:”Of course madam, it would be my pleasure”.

Then she helped her, by pushing the old lady’s wheel chair to the house and began to clean the ditch. She finished it before dark, and she said to that old lady: “Madam, i have cleaned your ditch, now the stream flows again. Is there anything else i can do? I will be glad if i could help you more. The old lady said: “Nothing, my dear. Thank you for your help”. She said: “you are very welcome Madam, now I must go home, my mother is waiting for me”. The old lady said: “Oh, you are a kind hearted girl and diligent. Your mother must be proud of you my dear. But wait!”.

The old lady pulled out something from her pocket. She took three beans and gave it to her. “Tell your mother about your will to go back to school”. The village girls was surprised that the lady knew about her. The old lady continued:”These three beans are for you, plant two beans in your back yard. And it will grow into gold and vegetables. The last is medicine for your mother. If she eats the bean, she will get healed. So you don't have to look for firewood by yourself,  just go to school with the gold, and your mother can cook and grow vegetables everyday”. The village girl was very happy, she said thanks to the old lady then she went back home in a rush. She was very excited to tell the story to her mother.

At the dinner, she told her mother about what had happened. She gave one bean to eat by her mother. Then a miracle happened, her mother could move her leg. Now her mother was fine again. They were both very happy. But when she told her, she really wanted to go back to school, her mother cried and said sorry that she did not know it at all.

In the morning, they began to plant the other two beans. After they finished cropped the beans, suddenly from the ground grew gold and vegetables. They were very happy. Then The village girl prepared to go back to school with her mother’s blessing. 

- Y -

Senin, 11 November 2013

Street for Pedestrians (Opinion)



A pedestrian is a person who travels by walking or running on foot. A street for pedestrian has many terms, such as pedway (pedestrian way), sidewalk, path walk, side street, pavement or pedestrian street. In Indonesia it is called “trotoar”, for this writing let us use the term pavement. In other countries, especially in developed countries, the proper pedestrian street is one of success the indicators for citizen’s mobility. These facilities are made as convenient as possible. There is a clear path for pedestrians. By this, the vehicles must respect the pedestrian as long as the pedestrian obeys the rules. How about in Indonesia, do we have enough pedestrian facilities? Or does the pedestrian have their right for good access and walk comfortably in our city’s street



Walking is the cheapest transportation option, and also benefits your body. But in Jakarta, people prefer to go to their activity places by car, motorcycle, taxi, bus, or ojek. Beside the long distance, they don’t want to walk in Jakarta because the pavements are terrible. The pavement are not fully dedicated for pedestrians but also the trees, potted plants, signs and markings, sometimes there is a hole for the drainage system. Sometimes, the development does not respect the right of pedestrian. They use pavements to fix the drainage under it, by demolishing the drainage several times and after that the surface of pavement gets worse. This is annoying and uncomfortable. Plus, the motorcyclists and the illegal shoppers use the pavements too. This makes the pavement’s functions vanish. The changed of pavement into the ladder for cross bridge to busway station, is another problem too. By this conditions, the pedestrians have to give up and being second user and under-appreciated. In fact, the pedestrians are the hero of the environment because walking pollutes less. In an attempt to reduce emission and carbon footprints, the government should encourage built development that support pedestrians. But the reality is different.
Government has developed the infrastructure such as road, highway and flyover that dedicated most for vehicles. They also support automobile procurement from a financing scheme. Then the results are more traffic jams and pollution, such air pollution and noise, especially in the big cities. People spend a lot on their money, time and their health. By looking at these facts, now is the time to give the right back to the pedestrians. The local government must put in more effort to create walk able streets. For example, in Thamrin-Sudirman Street, the local government of DKI Jakarta has been trying to fix the face of the city since the leadership of a new leader. They fixed up the pavement surface, and also put the street’s accessories such as benches for city beautification and bollard to protect pavement from motorcyclists. By this approach, pedestrian get their right.

In fact, not all the citizen work in the protocol road, there is still a lot of people who work in arterial or collector roads which needs attention from government to improve the pavement. So, government has to put comprehensive planning to encourage pedestrian and take back the function of pavement for pedestrian. Meanwhile, there is one group of walking supporter who wants to socialize and support walk ability in Indonesia. The website’s name is www.jalan-kaki.org which launched in the Habitat’s Day 2013, three weeks ago. They found that sometimes our citizen only could accept the existing pavement because they didn’t know the correct one. Maybe for people who have visited others country for example Singapore, they will protest with our pavement condition. So, “jalan-kaki.orghas been trying to raise awareness about proper pavement to promote sustainable development in Indonesia. 
Even though the facilities for pedestrian are not sufficent enough, but at least there is a class action’s group who will fill the gap of our development. By awareness of the citizen and action from government, the nation puts a big hope for better Indonesia in the future. 

- Y -

Senin, 09 September 2013

Liburan ke Makassar

Horeee.. berkunjung ke salah satu kota di timur Indonesia.. Makassar!!

Soal sensasi dan kenikmatannya, dimana pun tujuan wisata, maka tak kan lekang diingatan ini. Memejam mata sembari mengenangnya kan membuat sudut bibir menyungging senyum. hehe.. Mulai yah..

Tiba di bandara Ujung Pandang disambut pemandangan plafon melengkung yang menjulang tinggi, bayangan saya seperti tempat hanggar. hehe.. megah sih. Penerbangan kami pagi, tapi ada beberapa agenda yang harus dikerjakan sore ini. Jadi kami naik taksi. Taksi bandara itu bayarnya tergantung zona (I, II, III), pilih yang emang pembagian zonaya dengan harga murah. Ada yang sama-sama zona II tarifnya 110ribu, tapi ada juga yang 130rb. Nah, pilih-pilih aja. Karena saya belum tahu berapa jaraknya jadi kami naik taksi dengan tarif zona II. Baru tahu belakangan kalau di bandara ada Bus Damri menuju kota, tarifnya 25ribu. Jika tidak tergesa-gesa, saya akan memilih bus saja.

Di Makassar, angkot disebutnya pete-pete. Kalau becak masih banyak, ada yang digowes dan ada yang pakai sepeda motor. Kalau yang pakai sepeda motor, kebanyakan becaknya dilengkapi musik lho, jedak-jeduk deh.

Becak Motor dan Becak Gowes
--

Tujuan saya adalah hotel Horison di jalan Sudirman. Lumayan jauh dari bandara, taksi melewati tol untuk menghindari macet. Hehe.. di Makassar juga macet lho, tapi macetnya jalan kok, ndak seperti Ibukota.

Seusai check in hotel dan meletakkan barang-barang. Kami langsung menuju tempat pertama untuk mengisi perut kosong di siang bolong, kami siap menuju Sop Konso Karebosi. Letaknya di Karebosi, belakang Gedung BI. Dari depan hotel langsung naik angkot ke arah karebosi, turun di karebosi lalu jalan kaki, letakknya di Jl. Gunung Lompobattang (belakang gedung BI).

1. Konro Karebosi
 

Wiihh... nuendang banget rasanya. Konro bakar isinya 4 buah iga besar-besar. Harganya 40 ribu saja. Berdua juga cukup kalau makannya seperti saya, hehe.. kawan saya pesan yang konro campur. Isinya ada iga dan kayak tetelan gitu, direbus dan berkuah, harganya 38 ribu, nasi perporsi 6000 rupiah. Kalau lagi PDKT sama seseorang, mending ga usah kesini sebab kalau makan ini bakal lupa manner deh, tangan kanan kiri pegang tulang plus mulut bakal belepotan, puasss deh. hehe..  

2. Pantai Losari

Dari hotel ke Pantai Losari, saya cukup berjalan kaki. Kira-kira 1,2 km jaraknya. Berjalan kaki cukup nyaman jika cuaca tidak panas, apalagi berjalan di sore dan malam hari. Di sore hari menikmati pemandangan pantai Losari yang bukan tipe pantai berpasir, jadinya saya menikmati angin pantai saja sembari melihat tingkah laku warga dan wisatawan yang di taman itu.



3. Mie Titi

Ini menu makan malamnya. Tempat yang kami tuju adalah cabangnya. Di jl. Datu Museng. Di Kawasan Kuliner Makassar. Depan Pantai Losari. Harganya 18.000/porsi. Seperti I fu mie, dengan kuah kental lalu di taburi perasan jeruk lemon. Rasanya suegaaaaarrrr..nikmaat.
Mie Titi Makassar

4. Es Pisang Ijo

Ini sih banyak di Makssar, cuma saya belum nemu yang uenak. Kalau ini makannya masih di kawasan kuliner harganya 10ribu/es rasanya lumayan :)

5. Benteng Fort Rotterdam
Bentengnya megah dengan bangunan arsitektural Belanda. Ada rumah tahanan Pangeran Diponegoro. Sayangnya ketika saya tiba sudah mau tutup, jadi sudah tidak bisa masuk ke museumnya. Hanya bisa menikmati kawasan di sekitar areal benteng saja. Jam 6 sore tutupnya. Masuknya gratis. Ketika menuju ke benteng ini, kami sempat bingung berjalan hingga hotel Aston, lalu dilanjutkan naik becak. Dari hotel Aston ongkosnya 10ribu.


6. Pisang Epe
Gerobak yang menjual pisang epe banyak sekali, terutama di sepanjang kawasan wisata. Dengan modal bangku-bangku plastik dan modal yang disediakan untuk para pembeli. "Epe' bahasa Makassar yang artinya dipenyekin jadi pipih lalu dipanggang. Sesudah matang diberi kuah air gula yang dicampur kelapa parut. Saya pesan yang ditambah keju parut. lalu dimakan hangat-hangat.. enak banget, terus minumnya teh tawar hangat. Ihhh sedappp.. sembari disapu angin laut.
 Di sebrang benteng fort rotterdam ada pantai. Diseberang pantai ada pulau. Sayangnya hari sudah senja, jadi tidak terpikir untuk menyeberang ke pulau tersebut. Katanya disana indah, ada pasir pantai dan beberpa rumah makan. Tapi ya.. sudah. Menikmati langit senja, sudah membuat saya berdecak kagum. 
 

7. Kepiting RM. Surya
Ini kepiting ala dan harga restoran, jadi terbilang mahal. Kalau enak sih sudah pasti. Harga seekor kepiting 800gr adalah 200ribu, bisa untuk berdua. Juga ada otak-otak yang enak, rasa bawangnya gurih sekali. Perbiji 4000. hihi.. kalau ga doyan, mending ga usah di makan otak-otak yang di meja. Ini jebakan batman, bakal ga berhenti, tau-tau bayarnya lumayan. hehe.. becanda lho. Btw, saran saya, mungkin kalau mau coba kepiting atau ikan bakar di restoran Lae-lae di jl. Datu Museng, katanya lebih segar ikannya, enak dan mahalnya tidak seperti harga restoran. Saya aja menyesal tidak mencobanya.

8. Museum Mandala

Saya ambil foto ini ketika minggu di pagi hari hendak ke pasar tradisional. Museumnya tutup. Tapi pemandangan langitnya dong, keren banget ya. Bersih bersinar...

9. Pasar Pa' Baeng-baeng

Ngapain di Makassar pagi-pagi ke pasar??? 
Jangan salah, disini nikmatnya menjadi wisatawan. Menikmati jajanan pasar. Ketemu macam-macam pangan lokal. Harganya rata-rata seribu. Kebanyakan pasti ada unsur kelapanya, mungkin karena daerah pantai ya. Rasanya juga enak. 

Tapi yang terenak adalah songkolok. Ketan merah ditaburi kelapa yang dibumbui gula dan cabai lalu di beri beberapa ikan teri. Rasanya?? wiidiiiihh.. ajib banget. Kawan saya sampai berjanji akan berburu songkolok pada kunjungan berikutnya. hehe..

10. Coto Nusantara

Mau coto campur atau daging saja, tergantung selera. Coto makassar terletak di jalan Nusantara. Rasanya gurih, murah meriah, seporsi sekitar 18ribu. Minumnya es teh tawar.. wiih.. siang-siang makan coto plus es teh jadi tambah seru :)
Coto Makassar
----
Nah.. lengkap sudah pengalaman berlibur di Makassar. Kalau mau beli oleh-oleh otak-otak Ibu Elly di jalan Kijang, bisa beli macem-macem lagi kayak kain dan sarung. Batik Makassar cakep-cakep banget. Coraknya ada yang Makassar dan ada juga yang toraja. Ihh.. kalau punya uang sekarung ingin ngeborong deh.

Kalau mau cari kerajinan kayak songkok, aneka sarung, kain, kalung atau oleh-oleh yang lebih macam-macam, bisa datang ke jalan Somba Opu. Banyak toko-toko suvernir, lebih murah dan variatif.

Okeh.. ayo mulai berburu tiket ke Makassar, melihat warna kota yang ingin menuju kota dunia, bakalan tak terlupakan deh :)

-Y-

Belajar Menari dengan Legowo

Saya sedang belajar menari. Dengan belajar menari, saya dapat merasakan bahagia, menikmati raga yang sehat, dan rupanya satu hal lagi yang s...