Selasa, 18 Desember 2012

Liburan Ke Semarang

Hore.. jalan-jalan lagi…. Pengalaman dari Liburan di akhir minggu kali ini adalah ke Semarang, saya pergi bersama suami dan dua teman wanita yang hebat, kedua wanita ini adalah teman SMA suami saya, semacam geng mainnya begitulah. Hehe..  Tak pernah terbayang sebelumnya untuk jalan-jalan ke kota Atlas, saya hanya tahu tentang Semarang yaitu daerah yang panas dan terik. 

Karena saya tak sempat untuk cari tahu dulu apa yang menarik di Kota Lumpia ini, maka saya percayakan rencana perjalanan kepada dua teman saya itu yang sudah pasti terjamin bakal asik. Dan, itu terbukti.
--
Untuk memudahkan transportasi di Semarang, kami menyewa mobil plus sopir. Paket penerbangan diambil yang sekaligus dengan penginapan, jadi sesampainya di bandara, kami diantarkan ke hotel oleh petugas hotel. Karena pesawat kami mendarat jam 7.30 jadi kami belum dapat check in hotel. Kemudian, mulailah kami bergerilya.

1. Soto Bokor
Kebetulan hotel kami ada di kawasan kampung Cina jalan Plampitan, di dekatnya sekitar 100 m ada soto Bokor yang kata petugas hotel juga enak. Mungkin juga lapar tapi menurut saya memang enak dan cocok untuk sarapan, kami lahaplah makannya, semangkuk nasi soto plus teh hangat dan sate kerang harganya hanya Rp. 13.000,-. Tempatnya ramai, dengan bangku dan meja terbuat dari papan panjang. Jadi, ga bisa berlama-lama karena mesti bergantian dengan pengunjung yang baru datang. Kemudian, kami siap ke wisata selanjutnya.

2. Gereja Blenduk
Kunjungan pertama adalah ke kawasan kota lama yaitu menuju Gereja Kristen tertua di Jawa Tengah yaitu Gereja Blenduk. Dari luar, gereja ini sudah terlihat antik. Bangunan dengan kubah bulat yang besar berwarna coklat ditambah dengan empat pilar besar pada sisi timur menambah kesan tua dan kokoh. Ketika masuk, pemandangan lebih menakjubkan lagi. Plafon yang sangat tinggi memberi kesejukan bagi gereja ini meski tanpa pendingin ruangan, belum lagi bagian dalam kubah yang begitu indah. Terdapat pula daftar pendeta yang bertugas sejak pertama kali Gereja ini di bangun, sehingga nuansa sejarah akan terasa ketika melihat deret nama tersebut yang di grafir pada batu dinding. Ada juga orgel yang terlihat mewah dan sangar meski tidak lagi berfungsi karena termakan usia. 

Gereja Blenduk
Turis yang datang ke tempat ini lumayan silih berganti, dengan sumbangan per orang Rp.10.000 kepada petugas keamanan maka kita bisa menikmati pemandangan dan sejarah ritual Kristen Protestan melalui simbol dan ornamen keagamaan yang tertata pada arsitektural gereja.

Setelah selesai berfoto ria dan menikmati keindahan interior neo klasik Gereja Blenduk, lalu kami lanjutkan berfoto ria didepan Gereja yang juga terdapat gedung Jiwasraya yang juga bangunannya bergaya arsitektur Belanda. 

3. Lawang Sewu
Setelah tren acara 'Dunia Lain' yang mengambil lokasi uji nyali di Lawang Sewu tahun 2003, maka bangunan ini menjadi semakin tersohor dengan keangkerannya. Betapa tidak, sejak tahun 1997 ketika Kementerian Perhubungan tidak lagi mengelola dan meninggalkan bangunan ini begitu saja hingga tidak ada yang  merawatnya, menyebabkan gedung terihat semakin kumuh, sepi dan seram. Namun, anda akan menemukan persepektif yang jauh berbeda ketika mencoba mengenal bangunan ini melalui informasi yang disampaikan oleh pemandu wisata. Saat ini pengelolaan gedung Lawang Sewu kembali di letakkan ke tangan PT. Kereta Api Persero.

Harga tiket masuk per orang adalah Rp.10.000 ditambah pemandu Rp.30.000. Namun percayalah, dengan pemandu maka anda akan jauh menikmati keindahan gedung ini dengan kekayaan informasi sejarahnya dan juga pemandangan gaya arsitektural yang juga peninggalan Belanda yang kemudian dimodifikasi fungsinya ketika Jepang menduduki Indonesia. 

Bab penjelasan gedung ini sebenernya bisa panjang sekali dan sangat menarik. Tapi saya coba angkat topik yang lebih menarik dari kacamata saya. 

Lawang sewu tentu saja hanya istilah yang menggambarkan pintu yang banyak. Pehitungan pintu itu adalah jumlah daun pintu, padahal satu pintu itu bisa terdiri atas 4 daun pintu, jadi kalau ditotal dari seluruh gedung di kawasan ini terdapat lebih dari seribu pintu (lawang=pintu; sewu=seribu). Ketika gedung ini terbengkalai, vandalisme dan pencurian terjadi sehingga pada bagian dalam banyak pintu yang hilang. Padahal pintu itu terbuat dari jati dengan kualitas sangat bagus.  

Gedung ini (bukan gedung pusatnya ya) terdiri atas 3 lantai plus satu lantai bawah tanah. Nah ini yang menarik. Lantai satu dan dua berfungsi sebagai ruang aktif, sedangkan lantai ketiga berfungsi sebagai loteng a.k.a ventilasi alami. Plafon juga dibuat tinggi untuk memberi kesejukan alami. Pada bagian lantai bawah tanah digunakan untuk menampung air hujan yang jatuh ke atap bangunan. Dengan begitu, lantai diatasnya akan terasa sejuk oleh hembusan angin dingin dari bawah tanah (saya geleng-geleng memahami konsep bangunan ini, bayangkan jaman segitu sudah terpikir untuk membuat pendingin alami.. wah saya kagum banget). lantai bawah dibuat miring karena kelebihan tampungan air hujan akan dibuang ke drainase kota melalui saluran yang sudah ada. Duh, andai bangunan kita banyak meniru gaya bangunan Belanda, maka penghematan energi listrik pasti bisa karena kita ndak perlu pendingin ruangan. Meskipun sekarang air di lantai bawah tanah merupakan air tambahan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata (selain itu juga karena curah hujan sedang tidak ada saat itu), namun setidaknya dengan tambahan tiket masuk Rp.10.000 per orang dan biaya pemandu tambahan, kita bisa menikmati cerita yang terjadi akan fungsi bawah tanah sejak jaman Belanda, jaman Jepang dan lokasi Uji nyali. 

4. Bakmi Gareng
Setelah lapar berkeliling di Gedung Lawang Sewu, kemudian kami mengincar makan siang ke Jalan Wot Gandul yaitu Bakmi Gareng. Rasanya gurih dan sedap. Saya pesan yang rebus. Cocok dengan lidah saya. Bikinnya lumayan lama sih. Tempatnya juga agak panas, tapi rasa bakmi, mengalahkan kekurangan dari pelayanannya. 

Bakmi Gareng
5. Klenteng Sam Poo Kong
Klenteng Sam Poo Kong
Ahhh.. disini terlalu banyak yang ingin diceritakan. Asiik banget kalau kesini. Harga tiket masuk hanya Rp.3000 perorang untuk wisatawan domestik. 

Relief tentang Zheng He
Pada relief panjang diatas ini, terdapat informasi yang menggambarkan relief pada bagian bawah relief yang bercerita tentang kisah Zheng He dalam 3 bahasa, sayangnya tidak lengkap, ada beberapa informasi yang sedang tidak dipasang. 

Di Klenteng ini terdapat patung Cheng Ho yang terbesar di Asia Tenggara, baru saja diresmikan tahun 2011. 

Patung Cheng Ho
Kalau ingin bereksperimen mengabadikan eksistensi diri di Klenteng ini, bisa menyewa kostum plus bonus foto seharga Rp.80.000. Untuk seru-seruan asik loh. Hasil fotonya bisa ditunggu. Lumayan ada kenang-kenangan. Biasanya kan koleksi foto jaman sekarang hanya akan teronggok anteng di file laptop atau komputer. Hehe.. Kalau sudah bayar sewa kostum, kemudian bisa masuk ke kompleks klenteng dengan gratis. Kalau tidak ikut sewa kostum, biaya masuk ke kompleks klenteng adalah Rp. 20.000. 


Btw, yang diatas itu bukan ingin narsis ya, hanya mau tunjukkan kostum yang kami sewa dan hasilnya. Mungkin saja menambah inspirasi teman-teman untuk ikut mencoba. Hehe.. Selain mencoba kostum, kami juga mencoba membaca peruntungan atau disebut dengan ciamsi yang dipandu oleh juru ramal atau disebut biokong. Dengan modal Hio seharga Rp.10.000 untuk dua orang kita bisa memulai melakukan ciamsi. Diawali dengan menggoyangkan tongkat kayu peruntungan yang jatuh keluar dari wadah bambu yang ada di genggaman sang juru ramal. Kemudian, melempar dua buah kayu yang berbentuk seperti ginjal atau disebut dengan po pwe. Jika yang muncul adalah permukaan dua sisi kayu yang berbeda, maka bisa dilanjutkan membaca angka peruntungan dari tongkat kayu yang sudah jatuh. Jika permukaan dua buah kayu yang jatuh masih sama, maka ritual ini diulangi lagi. Konon, dua sisi kayu yang sama perlambang sang Dewa belum merestui peruntungan. Saat saya mencoba, hanya sekali lempar kayu dilakukan dan nomor yang keluar adalah 1 artinya apa yang diharapkan akan baik dan terwujud (kira-kira begitu). Peruntungan yang baik, tentulah di aminkan :) 
Ciamsi No. 1


6. Tahu Pong Semarang
Lokasi warung tahu pong ini terletak di jalan Gajah Mada. Tahu ada yang padat, kopong dan dicampur dengan udan dalam adonan. Diberi bumbu petis yang encer berwarna hitam pekat. Makannya dengan nasi. Enak kalau hidangan dalam keadaan panas dan petis dicampur dengan sambal. Tahunya tidak asin, beda dengan tahu Sumedang, jadi lebih banyak bermain dengan rasa pada bumbu petisnya. Menurut saya sih makanan ini biasa saja, lebih enak tahu petis atau tahu sumedang atau tahu gejrot. Hehe.. ini sih soal selera saja.

7. Es Krim Oen
Wisata Kuliner berikutnya adalah Es Krim Oen di Jalan Pemuda. Waaah.. ini rajanya es krim deh, uenak banget. Lembut dan nyaman di lidah. Saya mencoba Rhum Raisin, iih juara banget deh rasanya. Es krim vanila bercampur raisin dan dituang Rhum diatasnya. Sampai, keesokan hari pun kami mampir dan pilihan saya tetap Rhum Raisin. (ini nulisnya saya sambil ngeces membayangkan kelezatannya, hehe..). Belum lagi buat para yang hobi ngemil kue kering, wiih bakalan kalap deh seperti dua teman wanita saya itu. Katanya kue keringnya uenak tiada tara. hehe..

Rhum Raisin Es Krim Toko Oen Semarang
8. Pagoda Buddhagaya Watugong
Pagoda ini adalah pagoda tertinggi di Indonesia versi Museum Rekor Indonesia. Terletak di daerah yang sejuk sehingga nuansa yang didapat ketika mengunjungi pagoda ini adalah damai dan tenang. Apalagi seorang wanita nampaknya sedang melakukan ritual keagamaan dengan berdoa dan meletakkan atau mengganti beberapa sajian kepada sang Budha. Ditempat ini juga bisa mencoba peruntungan, tapi tidak ada juru ramalnya. Ramalan dan doa dilakukan sendiri. Hanya perlu membeli Hio seharga Rp.6000. 

Pagoda Watugong
9. Masjid Agung Jawa Tengah



Masjid ini terletak di Jalan Gajah Semarang, biasa disebut MAJT. Arsitektur masjid begitu megah dan spektakuler. ketika kami sampai di masjid mulai memasuki waktu Magrib, sehingga langit senja menambah kemegahan bangunan ini. Semakin malam, sorotan lampu memberikan kehangat sekaligus kelembutan dari kemewahan yang ditawarkan bentuk bangunan. Untuk dapat menikmati pemandangan dari pencakar langit, hanya perlu membayar Rp.5000 untuk naik lift dan menikmati pemandangan masjid dan kota Semarang dari lantai 19. Dari pencakar langit tersedia fasilitas teropong untuk melihat kota Semarang, sayangnya kalau malam hari kurang begitu jelas. Untuk sewa teropong hanya membayar seribu rupiah untuk 1,5 menit.

MAJT Semarang


Berlama-lama di masjid ini pasti betah. Membayangkan tenda yang masih tertutup, jika dibuka pada saat solat jumat, pasti sangat terasa kemegahannya. Bagi pengunjung wanita, sebaiknya menggunakan mukena sendiri. Karena mukena yang tersedia tidak terawat dengan baik, bau dan lembab. Mungkin karena jamaah yang datang bisa dari berbagai penjuru daerah, sehingga keringat di baju dan badan turut melekat dan tertinggal di mukena. Sebenarnya bisa saja terawat baik, asalnya manajemen sudah mengaturnya seperti peminjaman mukena di Masjid Agung Raya Semarang yang ketika saya kunjungi sedang dalam proses perbaikan.

Pemandangan dari Pencakar Langit
10. Sate Kambing 29
Menutup wisata kuliner hari itu adalah dengan makan malam di warung sate kambing, tempatnya di seberang Gereja Blenduk. Warung ini tutup jam 9 malam. Ketika kami datang, satenya sudah habis. Saya pesan sup balungan. Karena saya suka sup tulang, jadi saya menikmati mencari daging yang menyelinap di sela-sela tulang dengan seksama. Dagingnya tidak beraroma kambing, jadi menyedot-nyedot sum-sum pun dapat dengan khidmat dilakukan.


Sup Balungan Semarang
--
Dalam sehari, kami bisa berwisata kuliner ke sepuluh tempat wisata termasuk wisata kuliner. Keesokan harinya kami membeli oleh-oleh Lumpia di Gang Lombok yang termasuk kawasan pecinan. Gang Lombok terletak di sepanjang sungai, disitu terdapat perahu besar, sepertinya sering dijadikan untuk pelengkap perayaan keagamaan, karena disekitar situ terdapat klenteng. 

Eh, saya baru sadar kalau tulisannya Lunpia ya.. hehe.. oke.. saya pesan yang Lunpia basah, supaya aman dengan minyaknya jika ingin digoreng dirumah. Hemm,.. kalau kalian suka Lunpia, pasti ngiler deh.. ditambah bumbu manis dan segigit daun bawang muda.. hemm. yummy..

Lunpia Gang Lombok
Sambil menunggu Lunpia jadi, kami memesan Es Kopyor yang terkenal di Semarang, harganya Rp.25.000. Dengan harga segitu, sayangnya cuma disajikan dengan piring yang tidak menarik. Kalau lokasinya sih bisa dimaklumi, karena di pinggir sungai, jadi cuma warung biasa. Mungkin karena kelapa kopyornya yang mahal ya. Porsi lumayan banyak, kalau tidak suka makan es, lebih baik seporsi berdua saja.

Es Kopyor Gang Lombok Semarang
Setelah dari gang Lombok, kami membeli oleh-oleh di Bandeng Djuwana. Ini mah standar ya. hehe.. 

Setelah check out hotel, kami menutup perjalanan dengan makan siang di Warung Pak Untung, spesialis sup dan gulai kepala kakap. Uedaaan rasanya, maknyuuus banget deh. Sedap, dengan rasa asam dari daun jeruknya terasa banget, sampe nagih. Petualang makannya juga oke dengan menghisap-hisap bagian tulang sambil berjuang mencari daging ikan yang terselip. Ini mesti kudu dicoba.. beneran enaaak... 

Gulai Kakap Pak Untung Semarang

Setelah makan siang dalam keadaan kenyang, kami kembali ke Toko Oen sebagai makanan penutup. Setelah itu, kami menuju bandara dan kembali pulang.

---

Nah.. itu dia pengalaman jalan-jalan di Semarang. Kalau berpikir : "emang ada apa sih di Semarang?' .. Kudu baca-baca dan datang sendiri deh. Banyak banget petualang yang bisa kita dapat, dari mulai wisata ke ke gedung kuno, mempelajari keindahan arsitektur Belanda, wisata ke tempat-tempat religi dan yang pasti berkesan adalah wisata kulinerrr. Hehe.. selamat mencoba ya (^-^).

-Y-

Jumat, 07 Desember 2012

Yuukk.. Berkebun #4

Horeee... akhirnya beberapa pohon Cabaiku bisa panen (^ , ^).. Cuma warnanya tetap hijau, ndak seperti contoh gambar yang dikemasan benihnya merah-merah. Bagaimanapun, saya tetap senang karena hasilnya sudah kelihatan. 

Panen

Di beberapa sisi cukup banyak lho. Sekitar 3-4 bulan sudah berbuah banyak a.k.a panen. Lumayan buat pemula dan media tanam yang seadanya. Ini Cabai organik lho. Pakai pupuk organik dan basmi hamanya pun secara konvensional yaitu dengan memotong bagian daun yang terserang hama. Lalu menyiramnya tidak menggunakan air dari PDAM atau air sumur tapi dari hasil kondensasi AC. Apa sih air kondensasi AC? 

Kalau di rumah ada AC, dan tempat ACnya mudah dijangkau, biasanya ada air yang mengalir dari selang. Biasanya dibuang-buang sama orang, padahal air ini adalah air dari kondensasi AC dari sistem pendinginan udara ruang. Nah, air ini cenderung aman dan tidak mengandung bahan kimia karena merupakan air dari kompresi kelembaban udara yang ada disekitar kita. Dalam semalam, saya bisa menampung sampai dengan 4 liter loh, lumayan kan untuk siram tanaman sebagai pengganti air bersih. Jadi tidak hanya menghemat air tapi juga mengurangi air buangan ke got. 

Nampung Air dari AC Rumah
Biasanya saya tampung pakai ember. Cuma yang digambar kebetulan pas lagi pakai botol karena siang-siang. Pemakaian ACnya sebentar.

Nah.. kita bisa melakukan banyak hal untuk menyelamatkan bumi ini. Dengan menanam cabai, tidak hanya manfaat panen Cabainya tapi juga turut memberi kesegaran di rumah karena suplai oksigen dari tanaman. Selain itu, air AC juga bisa dimanfaatkan untuk menyiramnya. Selain mendapatkan Cabai organik yang terjamin kesehatannya, juga memberi manfaat air AC untuk tanaman kita. 

Yuuk.. berkebun mini di rumah !! (^ ^)...

-Y-

Rabu, 28 November 2012

Yuukk.. Berkebun #3

Tulisan kali ini adalah kelanjutan dari tulisan yuukk.. Berkebun #1 dan yuukk.. Berkebun #2, dimana umur tanaman Cabai-cabai saya saat ini sudah menginjak kurang lebih 3 bulan. Langung saja yuuk kita lihat perkembangannya.. 

Tanaman Cabai Umur + 3 Bulan

Udah pada gondrong ya daunnya. Masing-masing pot ada yang berisi satu atau dua batang tanaman. Jadi, kelihatannya ada yang menumpuk dan lebat daunnya. Pada umur tersebut, banyak sekali dijumpai kuncup dan bunga yang bermekaran. Bunganya berwarna putih, terdiri atas enam kelopak bunga. Kemudian, terjadilah proses penyerbukan. Penyerbukan adalah proses jatuhnya benang sari diatas permukaan putik.


Keterangan: (1) Kuncup Bunga, (2) Bunga Mekar

Setelah masa penyerbukan, kemudian kelopak bunga terlihat mengering dan mulai rontok, diikuti pada bagian tengah bunga yang berwarna hijau terlihat membengkak. Ini merupakan proses pembuahan. 

Keterangan: (3) Kelopak Bunga Mulai Rontok, (4) Bagian Tengah Bunga Membengkak
Buah Cabai
Hingga saat ini baru satu buah yang tumbuh, tetapi bakal-bakal buah sudah mulai kelihatan. 

Harap dimaklumi ya kalau kualitas gambarnya seadanya, soalnya selain karena fotonya diambil menggunakan kamera digital, mungkin juga karena fotografernya amatiran. Hehe..

Nanti kalau Cabainya sudah panen dengan cantik, saya pasti akan pamer lagi. Jadi teman-teman yang lain juga bersemangat menanam Cabai atau tanaman lainnya. Oke.. sekian dulu ya, semoga bermanfaat :)

Siklus Hidup Tanaman Cabai*

Pembibitan
Pembibitan Cabai memerlukan panas, lembab dan oksigen untuk berkecambah. Kondisi terbaik untuk berkecambah adalah tanah berukuran sedang di pot kecil atau nampan pembibitan. Pembibitan dari biji Cabai memerlukan waktu beberapa hari untuk muncul ke permukaan.

Fertilisasi
Tanah yang subur akan menghasilkan buah yang banyak, sehingga tanah yang miskin harga memerlukan pupuk (fertilizer) dan kompos. Penyiraman juga merupakan kunci bagi kesehatan tanaman.

Penyerbukan
penyerbukan atau disebut dengan polinasi. Seiring dengan tumbuh kembang tanaman, maka bunga-bunga akan bermekaran. Bunga-bunga tersebut akan mulai mati setelah beberapa minggu dan buah Cabai mulai terbentuk.

Pembuahan
Petal bunga atau kelopak bunga akan rontok diiringi dengan bagian tengah yang berwarna hijau mulai membengkak, yang merupakan tumbuhnya buah Cabai. Tanaman akan terus menghasilkan buah tergantung dari kondisi dan suhu tanah. 

-Y-

sumber: 
* http://www.ehow.com/facts_5813745_life-cycle-chilli-plant.html

Sabtu, 24 November 2012

Yuukk.. Berkebun #2

Halo..kembali lagi. Kali ini saya akan bercerita tentang kelanjutan yuukk.. Berkebun #1. Pada tulisan terakhir, saya menunjukkan gambar Cabai umur kira-kira dua minggu. Saat ini, si Cabai umurnya hampir 3 bulan, dan bagusnya hingga kini.. saya masih bisa konsisten merawatnya. Meski jumlahnya tidak utuh lagi karena beberapa alasan yaitu diberikan kepada beberapa teman, dan ada pula yang mati karena hama dan kurang sinar matahari. 

Cabai Umur + Sebulan

Pada umur sebulan, kira-kira panjang tanaman 15-20 cm. Untuk mendukung pertumbuhan tanaman, tanaman ini kemudian dipindahkan ke polibag yang lebih besar. Tanah yang sudah bercampur kompos tetap saya tambahkan pupuk organik. Dapat dibeli di toko Trubus, kalau tidak salah harganya 28 ribu. Ketika saya pindahkan, saya lihat beberapa tanaman ada yang terserang hama sejenis serangga kecil berwarna coklat. Kelihatannya hama ini mernyerang pucuk dan daun muda, sehingga daun pada daun muda terlihat melengkung, keriting dan warnanya pudar. Dari gejala kerusakan, kemungkinan terserang Thrips sp. Kemudian, saya coba pisahkan tanaman yang terserang hama dan yang sehat. Daun tanaman yang terserang hama beserta pucuknya saya potong supaya tidak menularkan daun yang sehat. 

Cabai Umur + 2 Bulan
Ketika saya coba bandingkan pertumbuhan tanaman saya dengan tanaman yang saya hibahkan ke orang lain, ternyata beda sekali. Dan usut punya usut, ternyata pot-pot Cabai saya tidak mendapat sinar matahari. Pantas saja, terserang hama dan klorofil daun tidak berwarna terang. Demi kesehatan tanaman tercinta, lalu saya pindahkan polibag-polibag itu diatas atap kakopi. Seminggu atau dua minggu sekali, saya menambahkan pupuk organik untuk menjaga stamina tanaman. Caranya, saya gali tanah sedikit lalu beri pupuk mendekati akar tanaman, agar mudah diserap. Karena pupuknya berupa butiran jadi kemungkinan butuh proses untuk dapat diserap tanaman. Setelah tanaman kaya akan asupan sinar matahari, tanaman lebih terlihat sehat. Pada sela-sela tangkai daun terlihat tumbuh bakal daun muda. Selanjutnya, dilanjutkan ke Yuukk.. Berkebun #3. 
Cabai Umur + 2 Bulan

-Y-

Senin, 29 Oktober 2012

Liburan ke Bali Tanpa Gadget

Apa yang akan dilakukan kalau kita berlibur, lalu tidak membawa handphone, kamera atau alat elektronik lainnya, bahkan belum menyusun rencana jalan-jalan? Nah, itulah yang terjadi pada saya beberapa minggu lalu.

Liburan kali ini memang mendadak, cuti dihari kerja, lalu sepulang jam kerja langsung menuju bandara. Bayangkan keadaan jalanan di jam kerja, sementara diriku mengejar waktu keberangkatan pesawat agar tidak ketinggalan. Ngebut itu sudah pasti! Ada enaknya ke bandara bawa mobil sendiri dan parkir inap saja di bandara, itu memudahkan kita kalau perginya tidak lama. Dan sampai di bandara tepat 10 menit sebelum waktu check in habis. Fiiuh.. sampai Bali, waktu telah masuk tengah malam. Ya sudah.. langsung aja menuju hotel. Bobo..

Nekat mencari sensasi liburan yang berbeda, tapi tidak membawa gadget, benar-benar diluar skenario. Kali kedua, di Bali berlibur sendiri, sedangkan pasangan saya, saat itu sedang sibuk-sibuknya, jadi tidak bisa menemani.
---
Bangun tidur sengaja siang, karena sadar tidak bawa gadget sudah sejak di bandara. Jadinya yang bisa dilakukan adalah cari sarapan dulu.. lalu ya.. yang terpikir hanya jalan kaki.. benar-benar jalan kaki.

Titik mula jalan kaki di hotel, lalu sarapan di Discovery mall (masih di jalan Kartika Plaza). Saya amati , jalur pedestrian bersahabat dan nyaman, hanya sedikit di ditemui beberapa orang yang coba menawarkan jasa pijat, tato atau sewa kendaraan, sedangkan selebihnya kondisinya baik. Kemudian, Jalan kaki dilanjutkan ke Legian, sambil mencari warnet untuk nge-print tiket pulang. Disepanjang jalan Kartika memang ada beberapa warnet, tapi tidak dilengkapi printer atau kalaupun ada printernya, komputernya tidak bisa buka format Pdf. Baru ketemu warnet yang lengkap dan cantik ya di Legian itu, plus cafe nan teduh karena interiornya banyak yang dari kayu. Sayangnya saya lupa nama tempatnya.

 
View Larger Map

Nah, itu dipeta rute jalan saya. Dari hotel ke Legian lalu belok ke jalan Melasti menuju Kuta. Kira-kira jaraknya 4 km. Saya menikmati pemandangan saja: toko-toko, turis-turis, lalu lalang kendaraan, ada juga motor yang dimodifikasi untuk tempat membawa papan selancar, kemudian saya melewati lokasi bom bali oktober 2002. Saya lihat banyak rangkaian bunga dan foto-foto korban ledakan yang diletakkan ditempat itu, rupanya keesokkan harinya adalah hari mengenang peristiwa tersebut.

Setelah kira-kira 2,5 jam jalan kaki, saya makan siang di Kuta. Dan saya lanjutkan berjalan di sepanjang tepi pantai, dimana cuaca sungguh terik, saya biarkan diri bermandikan cahaya matahari. Kulit ini dengan gembira menyambut angin pantai yang mulai menyapu peluh di sekujur tubuh. Lalu saya terus berjalan menembus pepohonan dan beberapa warung penjual kelapa. Kaki mengajak berhenti tuk sejenak menikmati udara pantai, tapi rasa penasaran menghentikan niat itu. Saya terus berjalan.

Pemandangan pantai dan desir ombak serta udara yang sedikit bercampur pasir yang harum menyegarkan pikiran. Lalu, setibanya di belakang Discovery mall, saya sedikit berkeliling di mall itu untuk mencari oleh-oleh. Bagi pemburu oleh-oleh murah, saya tidak menyarankan tempat ini. Sebagai perbandingan, kacang joget saya beli di mall ini Rp. 36.000,- sedangkan di sebuah toko dekat jalan Kemayoran (dekat bandara), hanya Rp. 15.000,-. Lumayan ya.

Setelah cukup oleh-oleh, saya keluar pintu utama Discovery mall yaitu kembali ke jalan Katika Plaza. Lalu saya lanjutkan lagi berjalan kaki menuju bandara kira-kira 3,2 km. Yang agak rumit adalah di bandara. Dari pintu utama ke bandaranya tidak ada jalur pedestrian, mungkin kebanyakan orang berkendara atau berharap memang belum disediakan. Padahal kalau dari jalan Dewi Sartika saja, tidak sampai sekilo ke bandara. Di Bali kali ini, saya berjalan kaki hampir 5 jam dengan  jarak tempuh sekitar 9 km. Lalu saya berisitirahat di bandara sambil menunggu waktu keberangkatan pesawat. Sesampainya di Jakarta, kaki tidak terasa begitu capek, tapi wajah dan kulit tubuh yang agak gelap tidak bisa disembunyikan.

Senangnya menjelajahi secuil Pulau Dewata dengan berjalan kaki, tidak menghasilkan polusi dan jiwa raga sepenuhnya menikmatinya. Ada yang mau/sudah mencoba? (^ _^)..

-Y-

Minggu, 23 September 2012

Liburan ke Singapura

Kalau kata saya mah, turis berhak dan wajib norak, kalau tidak norak jadinya kurang seru. Hehe.. kira-kira begitulah saya kalau mengunjungi tempat baru. Kali ini, seminggu yang lalu, saya dapat kesempatan ke negeri yang simbolnya setengah singa (kepalanya) dan setengah badan ikan, Singapooooore…

Beberapa kali ada ajakan ke Singapura saya tuh merasa kurang sreg, kurang tertarik. Bagi saya yang seru itu kalau berkunjung ke tempat wisata yang alami, seperti pemandangan gunung, pantai, atau candi. Kalau ke Singapura, yang ke bayang oleh saya itu adalah mal, pusat belanja, dan hiburan artifisial, yang di Jakarta juga tidak akan kalahlah, sebab bejibun mal keren di sini. 

Tetapi, saat menginjak Bandara Changi, pikiran saya itu langsung berubah. Kesan positif langsung menancap dipikiran, bersih, teratur, sistematik, wuiih keren banget. Sayangnya di bandara, saya lupa berfoto ria.

Memang sudah banyak yang bilang kalau kota Singapura itu toplah, cuma kan yaa.. yang namanya diceritain dan dari bacaan, kesan yang didapat itu selewat saja. Ternyata imajinasi ini terbatas oleh pengalaman visual, fisik dan segala atribut panca indra. Jadi, tulisan saya selanjutnya ini akan berisi pengalaman selama di sana, hanya sedikit kok, lah wong dua malam aja nginepnya.

1. Jalur Pedestrian
Jalur Pedestrian
Selepas dari urusan periksa keimigrasian, kami menuju subway train to city, waktu menunjukkan 11.30 malam waktu Singapura. Pembayaran tiket mass rapid transit (MRT) dilakukan secara otomatis (mesin), akses ke MRT mudah dan dekat, tidak pakai macet dan antri puanjang kayak di bus transj (eh.. stop.. saya tidak mau bandingin ah, hehe). Setelah sampai di pemberhentian MRT yang terdekat dengan pemberhentian bis menuju penginapan, kami (saya dan pasangan) hanya butuh menyeberang, dan ketika di zebra cross tanpa traffic lamp, mobil dari kejauhan mulai mengurangi lajunya untuk mendahulukan kami menyebrang, bahkan mobilnya sampai berhenti agar kami menyebrang. Nah, ini yang paling terkesan buat saya. Norak ya.. soalnya saya sempat diam supaya mobil itu lewat dulu, (hehe.. kebiasaan disini, sebab daripada bonyok), ehh.. ga taunya. Wah.. cocok nih sama gambaran negeri utopis saya, ternyata beneran ada.

Gambar 1, adalah jalur pedestrian di sisi Singapore River. Saya ngebayangin, kalau malam daerah ini pasti cantik deh, dihiasi lampu-lampu di pinggir sungai yang temaram menemani pengunjung restoran yang banyak berjejer di sepanjang pinggir sungai tersebut. Sayangnya, saya datangnya siang hari. 

Gambar 2, saya mau tunjukan betapa jalur pedestrian di Singapura itu ramah terhadap seluruh pengguna, yang saya beri lingkaran merah itu adalah tanda yang diberikan bagi tuna netra untuk berhati-hati karena jalan menurun atau persimpangan, selain itu juga dilengkapi handle (pegangan). permukaan jalannya dibuat nyaman sehingga tidak mudah tergelincir dan sebagian besar dilengkapi peneduh dari pohon yang ditanam di pinggir jalan atau kanopi.

Gambar 3, tanda pedestrian dilarang menyebrang ditempat tersebut, sedangkan Gambar 4 tulisannya “Pedestrians use crossing”, maksudnya: bagi pejalan kaki itu ada aturannya, kalau menyebrang harus ditempat yang disediakan. Tanpa ada polisi pun semuanya patuh, karena dimana-mana ada kamera yang mengamati secara sembunyi (saya belum pernah melihat kameranya kecuali di stasiun MRT dan dalam gedung). Di negri ini, sistem keamanan oke banget, jalan tengah malam ndak pakai khawatir.

2. Bersepeda
Bersepeda di Singapura
Jalur pedestrian juga disediakan untuk para pesepeda, sehingga bersepeda aman atau risiko tertabrak kendaraan yang lebih besar pun minim, serta tanpa mengganggu pejalan kaki. Dari yang saya cermati, pesepeda dan ada juga pemain skate board (yang juga menggunakan jalur pedestrian) disana memiliki etika (baca-sopan), mereka akan membunyikan bel ataupun jika kita kaget, mereka akan bilang: “sorry…”.

Jalur bersepeda yang nyaman juga dilengkapi dengan tempat parkir yang aman. Saya tidak tahu, apakah memarkir sepeda disembarang tempat itu illegal, namun yang saya kagumi adalah keamanan yang excellent di negri tersebut, karena banyak pemandangan sepeda yang hanya dirantai di pagar-pagar jalanan tanpa hilang bannya atau stangnya, berarti aman kan ya.

Kalau jalur pedestrian aman dan nyaman bagi pejalan kaki dan pesepeda, berarti bisa dibilang mudah untuk mengajak warga untuk mengurangi jejak karbon karena memadainya fasilitas tersebut.

3. Kawasan Publik
Ruang Publik
Dua gambar bagian atas (Gambar Ruang Publik) terletak di kawasan Orchad. Tempatnya luas dan nyaman. Ketika saya berkunjung kebetulan hari minggu, jadi banyak bertemu dengan tenaga kerja Indonesia yang sedang belanja disitu. Seru deh, terdengar bahasa Jawa dan bahasa dengan dialek sunda. 

Saya salut terhadap toleransi yang tinggi terhadap multi ras di negeri tersebut. Saya jumpai Melayu, Cina, India dan bule-bule banyak bertebaran tanpa ada yang terlihat merasa menjadi minoritas.

Gambar kiri bawah (Gambar Ruang Publik) terletak di salah tempat di jalan Bugis, dimana menjadi pusat penjualan oleh-oleh murah. Melihat anak-anak main pancuran dengan bebasnya, tanpa ditegur petugas, saya berpikir adanya kebebasan yang bertanggung jawab.

Gambar kanan bawah (Gambar Ruang Publik) itu contoh papan yang berisi informasi nama tanaman dan nama ilmiahnya serta ada juga yang menambahkan info tentang sejarah dan manfaat tanamannya. Papan tersebut tidak hanya di beberapa tempat umum, yang saya foto itu adalah papan yang ada di salah satu halaman rumah sakit. Nuansa edukasi terasa sekali. Tadinya saya pikir, papan seperti itu hanya dapat ditemui di kebun raya atau taman margasatwa. Jadi ingin buat hal yang sama untuk tanaman cabe saya nih. Hehe.. inspirasi.

4. Kreasi Habitat
Taman menjadi Daya Tarik Burung

Sayang fotonya kurang jelas ya. Kalau bisa lihat langsung, beberapa kelompok burung dapat dengan mudah kita jumpai, karena hampir setiap gedung menyediakan pepohonan yang sangat berguna sebagai habitat satwa burung tersebut. Meskipun, pembangunan fisik sangat gencar, rupanya keseimbangan ekologi juga tak luput untuk diperhatikan oleh kota tersebut. Waktu di Orchad saya sempat heran, lihat burung pigeon anteng benar diberi makanan oleh para pengunjung. Soalnya yang saya tahu, burung bakal kabur kalau ada orang banyak. Ih.. mani hebat ya.

5. Sampah
Tempat Sampah
Tempat sampah di tempat umum bentuknya seperti gambar di sebelah kiri. Di tempat umum yang saya temui itu sampah dari dedauan kering, bukan sampah sisa makanan karena petugas langsung nyapuin. Kalau gambar di sebelah kanan adalah tempat sampah domestik. Bentuknya sama semua, baik yang di gedung atau di tempat makan, standar kelihatannya (saya belum tahu banyak soal ini). Warna hijau dan sebesar itu. 

Saya lihat seorang ibu (gambar insert disebelah kanan) membawa kereta tas plastik untuk berbelanja, jadi tidak perlu menambah sampah kantong plastik pada saat belanja. Dan kelihaannya mereka tidak perlu mengumpulkan kantong plastik untuk membungkus sampah domestiknya.

Tempat sampah yang di Changi (bandara) lebih canggih lagi, menarik bentuk dan motifnya. Tapi sayang saya lupa mendokumentasikannya.

6. informasi Umum
Informasi Publik
Gambar sebelah kiri itu, merupakan informasi jarak tempuh ke tujuan terdekat. Misalnya dari tempat itu ke AVE adalah tujuh menit dengan mobil. Kalau di dekat halte, tersedia informasi rute bis dan jarak tempuh serta biayanya. Nah dari info di dekat halte, saya jalan kaki terus selama di Singapura (kecuali MRT), ndak naik bis, sebab dekat dan jalannya nyaman.

Untuk kaum muslim, tidak kawatir mencari arah kiblat. Karena Singapura berisi multi ras dan agama, maka di hotel tersedia petunjuk arah kiblat bagi kaum muslim, info bisa didapat di laci meja kamar atau di langit-langit kamar.

7. Makanan
Nyaaam.... 
Berhubung saya lidah kampung, beberapa kali makanan yang kami cicipi ya dari fast food ke fast food. Hehe.. ndeso ya.. hanya sekali nyobain makan non fast food, yaitu makanan yang jual orang arab kayaknya, sebab ada tulisan arab di kacanya. Minuman teh tarik, hehe.. ini mah disini banyak ya. Yang kanan atas itu namanya Prata Egg, atau roti cane pake telor dan kuah kari. Kalau yang bawah, perasaan kayak nasi padang. Hehe..

--

Jadi.. ke Singapura itu ternyata sangat berkesan dan penuh hikmah. Saya jadi bisa merasakan negeri yang teratur, aman, bersih dan nyaman yang jauh dari stres karena fasilitas publik dan keamanan yang terjamin. Eh.. tapi nanti dulu, saya pikir, setiap Negara pasti akan memiliki bentuk stres tersendiri. Kalau di negeriku tercinta, terkuras energi dan terpaksa beradaptasi dengan kemacetan, di Singapura mungkin stres karena monoton dan serba pasti. Eh.. itu mungkin lho ya.. Tapi setidaknya saya bisa merasakan, negeri yang teratur, damai dan sebagian besar warganya yang dewasa itu ternyata ada..

Pemandangan Singapura dan Kenarsisan

--

-Y-

Jumat, 07 September 2012

Yuukk.. Berkebun #1

Kadang atau mungkin sering, sesuatu yang dipelajari di sekolah lalu tidak dipraktikan oleh kita. Seperti yang terjadi dengan saya. Meskipun saya lulusan Biologi, dimana sekitar kurang dari 14 tahun yang lalu saya mempelajari tentang tumbuhan dan hewan. Lalu tiga tahun kemudian, saya mendapat pelajaran hortikultura dan sempat mempraktikannya di rumah ibu kos dengan berhasil menanam cocor bebek hidroponik, namun selebihnya saya tidak pernah terpikir untuk serius menanam apapun. Jadilah saya cuma sekelebat saja memperhatikan tentang tanaman. Padahal sejak kecil, ibu saya rajin asyik masyuk dengan tanamannya yang bermacam-macam. 
--
A great experiment illustrating soil erosion!
Tiga tahun terakhir saya cukup banyak mempelajari tentang bangunan termasuk tanaman dalam ruang yang bermanfaat untuk kesehatan udara ruang dan sebagai dekorasi ruangan. Namun, titiba saya ingin berkebun ketika melihat foto dari halaman facebooknya The Rationalist. Keren ya fotonya di atas.. hehe.. insting meneliti saya muncul lagi. Pada foto itu, menggambarkan penyaringan tanaman pada media tanah yang berbeda. Tanah yang ditanami tanaman akan menyaring air dengan baik, sedangkan kalau tidak ditanami tanaman, selain air menjadi keruh, juga terjadi erosi. Ini berarti, air tidak ditahan atau diserap oleh tanaman, tetapi akan langsung mengalir ke daerah yang lebih rendah, yaitu sungai dengan membawa sedimen (tanah). Sedimen yang terbawa oleh air ke sungai membuat sungai jadi cepat dangkal. Selain itu, risiko banjir dan erosi serta tanah longsor menjadi besar. Nah.. ini sekilas tentang tanaman dan lingkungan, tentunya kalau ingin googling lebih niat, teman-teman akan mendapat informasi yang lebih mudah dipahami dan lebih jelas. 

Berhubung contoh diatas adalah manfaat penyaringan air oleh tanaman pada lahan tanah, sedangkan rumah yang saya tinggali tidak ada tersisa lahan tanah secuil pun. Kalaupun ada tanah, ya tempatnya di pot. Jadi kalau menanam di pot, saya tidak akan mendapat manfaat penyaringan air tanah. Tapi, hal ini tidak menyurutkan saya untuk bertanam. Karena saya pikir, kalaupun fungsi tanaman tidak bisa menyerap air, namun setidaknya fungsi fotosintesis dari daun yang menghasilkan oksigen dan menyerap polusi udara dapat bermanfaat bagi kehidupan. Selain itu juga, tentunya saya ingin mencoba tanaman yang bermanfaat, lalu saya mulai mencoba CABAI.. Asiiikk.. Bertanam dimulaii!!!

Saya beli benih cabai di toko Trubus, lokasinya di parkiran Carrefour jl. MT Haryono, harganya Rp.12.500,-. Satu bungkus berisi 350 biji. Komposisi tanah dengan pupuk kandang adalah 1:1. Kalau susah mencari tanah, bisa langsung beli campuran tanah dan pupuk sekarung harganya Rp. 25.500,-, juga bisa dibeli di Trubus dan tukang tanaman. Saran petugas Trubus, sebaiknya media tanam cabai tidak usah dicampur dengan sekam, karena suhu tanah akan meningkat, sedangkan cabai cocok untuk suhu yang sedang. Jadi saya turuti nasehatnya, kan saya pemulaaa..

Awalnya biji-biji disemai di pot besar. setelah mulai tumbuh daun pada umur seminggu, tanaman mulai dipisahkan, sebab akarnya mulai bergerilya. Kalau terlanjur besar, nanti akarnya bisa bergumul ditanah dan rajut merajut. Nah.. untuk menghindari ini, jadi saya pisahkan dan pindahkan ke wadah baru yaitu potongan botol air 1,5 liter dan bekas wadah eskrim (sekalian memanfaatkan botol bekas pakai). Jangan lupa disiram setiap hari, pada pagi hari atau malam hari.


Niatnya saya ingin cerita tentang pertumbuhan cabai saya sampai berbuah. hehe.. jadi cerita ini bisa beberapa bagian nih. Karena menurut beberapa bacaan, panen pertama cabai sekitar umur lebih dari 3 bulan dan panen puncak pada umur 7 bulan. Wah.. lama bener ya.. Sabar, mudah-mudahan bisa konsisten untuk bumi tercinta... 

Setiap pagi bangun tidur, saya punya semangat baru.. senyum-senyum menyapa tanamanku yang cantik-cantik. Agak aneh ya.. tapi mungkin ini yang namanya kenikmatan mengerjakan kegiatan yang kita suka. Akhirnya saya merasakan, apa yang Ibu saya kerjakan dengan keasyikannya berkebun. Nikmatlah pokoknya...


Oiya, kebetulan minggu lalu 2/9/2012, @IDberkebun mengadakan #tanamserentak di 23 kota. Dan senangnya, saya bisa bergabung meramaikannya di CampSenopati bersama @Steakholycow. Lumayan dapat ilmu berkebun tentang cara menanam sayur dan nambah teman serta dapat burger gratis. Hehe... Yuuuk mulai berkebun :) 

-Y-

Belajar Menari dengan Legowo

Saya sedang belajar menari. Dengan belajar menari, saya dapat merasakan bahagia, menikmati raga yang sehat, dan rupanya satu hal lagi yang s...