Minggu, 02 Februari 2014

Liburan ke Palembang


Asyiiikkk.. saat tiket pesawat sudah dipesan untuk dua hari menginap, ternyata waktu pekerjaan dapat diselesaikan hanya dalam sehari. Hehe... Lumayan.. ada waktu setengah hari mengisi liburan sambil menikmati kota yang asing bagiku. Kota empek-empek.... Palembang!!!! 

Meski tak banyak yang dapat dinikmati, tapi setidaknya beberapa tempat yang dapat saya kunjungi (8/2/14). 

Jika dana jalan-jalan terbatas, sebaiknya naik angkutan umum di Palembang. Banyak keuntungannya: Pertama, banyak sekali rute dan jumlah angkotnya. Kedua, kayaknya sih angkotnya tidak mengenal ngetem, jadi bisa lancar jaya. Ketiga, soal macet.. tidak terlalulah, hanya Jakarta-lah raja dan biang macet. Keempat, sudah pasti lebih irit. 

Tips naik angkutan umum untuk turis lokal di Palembang: 
1. Putuskan obyek wisata yang akan anda kunjungi. 
2. Cari tahu (googling) lokasi atau alamat destinasi yang akan anda kunjungi. 
3. Buka peta (map google aja biar gampang), supaya kebayang jarak dan lama perjalanan. 
4. Cari tahu jenis angkot yang melalui alamat destinasi anda. Coba klik rute angkutan umum, sungguh sangat membantu!
5. Jika bingung, coba tanya warga sekitar yang anda temui, mereka akan dengan ramah menjawabnya.
6. Jika masih bingung, ya sudah naik taksi saja, lumayan banyak kok disana.

Benteng Kuto Besak

Setelah sarapan tekwan di hotel Aston, kemudian saya bergegas menyeberang dan naik Oplet Putih Patah, rute Ampera-Perumnas dengan membayar 3000/orang. Sampailah saya di Benteng Kuto Besak. Benteng bergaya arsitektur Eropa terletak + 50 m dari bantaran Sungai Musi yang dibatasi oleh ruang hijau, jalan dan ruang terbuka. Di bagian dalam benteng terdapat kantor kesehatan Kodam II Sriwijaya. hehe.. karena lihat ada tentara yang berjaga di gardu depan, jadi saya hanya berfoto ria di depannya. Megah sekali bentengnya. Tinggi dan kokoh. Kebayang deh kalau jaman dahulu dijadikan benteng dari serangan musuh yang  menyerang dari akses sungai Musi, pasti tak tergoyahkan. 

Di depan benteng itu ada area terbuka yang diisi oleh para pedagang dan arena anak-anak. Ketika saya datang sih lagi ada pameran bogasari, isinya roti melulu. 

Kalau mau belanja kain juga bisa, tinggal jalan saja. Karena di dekat situ ada Pasar Ilir Palembang. Tapi kalau saya sih diputuskan ke tujuan berikutnya.

Pulau Kemaro
Di depan benteng ada dermaga, disitu akan banyak yang menawarkan ketek (sebutan untuk perahu) menuju ke Pulau Kemaro. Tawar menawar ya, seharusnya bisa 100rb untuk sewa ketek bolak balik. Tetapi karena saya tak pandai menawar, sepakat saja untuk harga 150rb. Rela sajalah, toh saya patungan dengan teman-teman sekalian buat tambahan devisa daerah. hehe..

Sekali jalan ke Pulau Kemaro perlu waktu sekitar 45 menit, jadi perjalannya saja bolak-balik perlu waktu sekitar 1,5 jam karena perahunya santai jalannya. Saya lihat ada perahu yang bisa ngebut, tapi kliatannya naiknya dari dermaga yang di dekat pasar ilir. Nah, kalau ada perahu lain yang ngebut melintasi perahu kami, hehe.. seru loh.. penumpang jadi terombang ambing akibat ombak yang dihasilkan. Ahasil pak supir perahu harus mengurangi laju perahu agar tidak oleng. Buat penumpang, jadi sedikit basah kalau salah memilih tempat duduk. Daaan, bising sekali suara mesinnya, seru sih, kalau ngomong jadi mesti teriak-teriak, macam penyanyi rock-lah, hehe..

Menikmati sungai Musi yang lebar dengan pemandangan rumah dan mesjid dengan model atap yang khas, anak-anak yang mandi dan berenang, ada pula yang mencuci pakaian, kapal-kapal tongkang yang berlabuh, dan banyak pula yang memancing dan menjaring udang di pinggir sungai. Pemandangan yang jarang saya lihat. Sungai memberi banyak manfaat bagi warga sekitar. 

Meski tak pelak juga, sungai menjadi akses termudah untuk membuang limbah bagi pabrik-pabrik yang letaknya di dekat sungai. Agak ndak seru ketika melewati PT. Pupuk Sriwijaya yang sedang mengeluarkan asap polusi udara, bau amoniak yang bikin mata perih, hidung meler dan asem deh pokoknya. 

Lupakan yang tidak enak itu. Mari nikmati Pulau Kemaro.

Ada pagoda yang megah dan cantik. Sepoi-sepoi angin sambil menikmati air kelapa (10.000/buah) dan Opak Palembang (1000/opak) menambah nikmat suasana di Pulau ini. Oiya, masuk klenteng ini tidak dipungut biaya. Tapi tetap harus sopan ya.

Ada pula yang disebut "pohon cinta", konon katanya kalau menuliskan nama sepasang insan yang sedang mencinta di pohon tersebut, maka akan berjodoh. Pohonnya sih dipagari dan ada tulisan larangan mencoret pagar atau didenda sampai 50juta, tapi nampaknya tetap tidak menghalangi sepasang sejoli yang ingin mencoba peruntungan jodohnya. Toh, cabang batang pohon cinta banyak yang menjuntai keluar pagar kok. Jadi tenang saja, anda masih bisa mencobanya dan tidak melanggar aturan loh. Hanya agak menyakiti sang pohon saja. hehe..

Nampaknya nuansa Tionghoa begitu kental, sampai-sampai ada patung Panda di dekat pohon cinta. Selain itu ada juga patung Dewa Rejeki. Sayangnya di sekitar patung ada pedagang-pedagang yang bikin pemandangan jadi kurang sedap, dan sayangnya lagi, ketika saya datang, toilet umum sedang direnovasi jadi tidak ada air. Untung saya belum ingin pipis banget. 

Meski demikian, saya tetap senang menikmati keindahan Pulau ini. Lalu kembalilah saya ke dermaga benteng.

Jembatan Ampera
Pada malam hari, jembatan ini nampak jauh lebih indah karena lampu-lampunya memberi kesan elegan, berasa di Eropa gitu. Cuma, kalau malam dengan kamera ponsel yah rasanya enggak banget. Di siang hari pun, jembatan ini tetap indah dan menawan. Membentang dengan gagahnya di atas sungai Musi yang menghubungkan Palembang ilir dan Palembang hulu. Keren deh. Singapura mah kalaaah. hehe.. sayangnya restoran River Side kurang menarik pengunjung, kalau dibuat resto-resto cantik yang menunjang kehidupan sungai untuk menikmati jembatan ini, pastilah banyak wisatan ke Palembang deh. Haqul Yaqiinnn :)

Museum Sultan Baharudin
Letaknya di sebelah Benteng Kuto Besak. Cuma sayang saya tidak sempat masuk ke dalamnya karena saya terburu-buru. 

Oleh-oleh
Di depan museum ada halte, nah saya naik oplet Lemabang ke Palembang Indah Mall (PIM). Di depan PIM ada pempek Vico. Tergantung selera sih, ada juga merk candy, yang tersedia di bandara. Setelah saya mencicipi tekwan dan pempek serta oleh-oleh yang siap diangkut, barulah mencari taksi menuju bandara karena bawaaan sudah banyak nih. hehe..

Dari PIM ke bandara dengan taksi bluebird ongkosnya + 75ribu. Lumayan jauh. Rasanya masih ingin menikmati kota pempek ini. Saya belum berburu wisata kuliner yang katanya ada pindang pating yang enak di RM. Sri Melayu, ada Jakabaring yang hanya selintas saya nikmati. Kalau bisa mampir dan sejenak menikmati jagung bakar di malam hari, rasanya asik benar. Belum lagi mengunjungi Mesjid Cengho. Aahhh, mudah-mudahan lain waktu bisa berkunjung lagi.

Akhirnya sampailah di bandara Baharudin, Setelah menikmati kota sungai ini, saya pun siap kembali ke kota halaman dengan kenangan hembusan sungai Musi nan tiada duanya itu. Meski lembab dan sedikit panas, namun sepoi-sepoi angin begitu terasa hangat ke dalam sukma ini. 

Ayoo ke Palembang !!!!!

-Y-

Belajar Menari dengan Legowo

Saya sedang belajar menari. Dengan belajar menari, saya dapat merasakan bahagia, menikmati raga yang sehat, dan rupanya satu hal lagi yang s...