Minggu, 22 Juli 2012

Tradisi Ramadan

Seperti kita ketahui, bahwa ritual keagamaan yang saat ini masih berlangsung merupakan warisan dari tradisi sebelumnya yang berlaku pada saat agama tersebut turun dan berkembang. Dengan kata lain, konteks waktu dan tempat pada saat agama tersebut diturunkan, berpengaruh besar terhadap aturan dan tradisi yang dibentuk bagi agama tersebut. Contohnya: agama Islam yang lahir dari negara Arab, dimana pada zaman jahiliyah (sekitar abad ke-6 M) menikahi banyak istri merupakan budaya setempat. Kemudian pada saat turunnya ayat ketiga surat An-Nisa, menjadi dibatasi  menikahi dua, tiga atau empat istri jika mampu berlaku adil (Quran An Nisa 4:3). Peristiwa turunnya ayat tersebut terjadi setelah perang Uhud, tatkala kaum Muslimin meninggalkan anak-anak yatim dan janda yang tidak sedikit serta beberapa tawanan perang. Kemudian ayat tersebut turun, agar mereka diperlakukan dan diurus atas dasar peri kemanusiaan yang tinggi dan seadil-adilnya (Sumber: Tafsir Yusuf Ali). Disini terlihat bahwa lahirnya sebuah aturan dalam suatu agama, berupaya menata peradaban yang lebih baik.
--
Hari ini adalah hari pertama puasa bagi sebagian besar umat Islam di Indonesia. Terjadinya beda pendapat mengenai ketentuan awal puasa antara Pemerintah dan Muhammadiyah, tidak menjadi masalah bagi keyakinan umat Islam yang memang beragam. Meskipun perbedaan pendapat ini sudah terjadi sejak sekitar tahun 1985-1998, hal ini terbukti, dari yang saya amati: masyarakat memilih waktu awal puasa mengikuti apa yang menjadi keyakinannya. Penting bagi kami sebagai warga negara, bahwa menyingkapi perbedaan ketentuan awal Ramadan ini dilalui dengan suasana damai dan saling menghargai.

Namun, kali ini saya bukan membahas soal perdebatan tersebut, saya ingin mengulas beberapa tradisi yang berlangsung menjelang Bulan Ramadan. Berikut ini, beberapa tradisi yang dijumpai disekitar kita:

Ziarah
Biasanya disebut dengan nyekar, merupakan asal kata dari bahasa Arab Ziyarah atau mengunjungi, paling umum digunakan untuk mengunjungi tempat-tempat suci sesuai dengan keyakinan dan iman seseorang. Namun istilah tersebut juga digunakan disini yaitu untuk menyambangi makam-makam leluhur, orang tua atau sebut saja makam orang-orang yang kita hormati dan sayangi. Bagi mereka yang meyakini, praktik ini merupakan tradisi yang memiliki nilai moral yang tinggi, antara lain: mengingatkan diri akan kematian yang menjadi keniscayaan hidup sekaligus meneguhkan iman atau berharap menyucikan diri.

Tradisi ini tidak hanya dilakukan oleh agama samawi, agama bumi pun juga melakukannya.

Sesajen atau Sesaji
Sesajen
Sesajen atau sesaji merupakan budaya yang telah ada sejak zaman kerajaan dahulu kala. Islam datang ke Indonesia melalui para pedagang India Muslim yang singgah dan menetap tanpa membawa istri mereka sehingga menyebarkan Islam dengan cara menikahi putri-putri desa pada abad ke-13 M. Sebelumnya, kepercayaan yang ada di tanah air adalah Budha, Hindu dan animisme, dimana sesaji merupakan tradisi yang  diyakini untuk menghormati orang yang masih hidup, namun ada juga yang meyakini sebagai tradisi untuk menghormati arwah leluhur. Masuknya Islam ke Indonesia mengalami akuluturasi budaya agar ajaran baru yang disebarkan dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat. Dengan demikian, menjelang bulan Ramadan dijadikan momen bagi mereka yang meyakininya sebagai waktu yang tepat untuk mempersembahkan sesaji bagi arwah leluhur. Saya masih penasaran, apakah tradisi sesajen ini juga dilakukan di negara barat (Eropa dan Amerika)? 

Tarawih
Solat Tarawih
Kalau yang satu ini, dilakukan pada saat memasuki bulam Ramadan. Solat tarawih adalah solat sunnah yang dilakukan berjamaah di mushola atau di masjid. Sayangnya, (Shaf) baris solat dipenuhi pada awal Ramadan dan akhir Ramadan saja. Hikmah solat berjamaah yang dilakukan di masjid komplek perumahan adalah menjadi wadah bagi warga untuk berkumpul kembali dengan tetangga dan menjalin kembali silaturahmi.

Takjil
Kurma
Takjil merupakan kata serapan dari bahasa Arab yang dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online artinya mempercepat atau menyegerakan dalam berbuka puasa (sebagai kata sifat). Namun, tampaknya dalam keseharian, banyak yang mengartikan takjil sebagai kata benda yaitu makanan atau minuman pembuka untuk membatalkan puasa. Terlepas makna yang berbeda antara aturan bahasa dan implementasinya di masyarakat, penggunaan kata takjil lebih banyak kita jumpai dibulan Ramadan ini. Sunnahnya berbuka puasa itu mengawalinya dengan menyantap hidangan yang tidak terkena api, yaitu buah-buahan. Rasul biasanya berbuka dengan beberapa buah kurma basah sebelum salat (muslim.or.id). Namun, kita jarang menemukan kurma basah di negeri kita. Kebanyakan yang sampai di negeri kita sudah berupa kurma kering. Oleh karena itu, bisa beralih kemakanan yang manis-manis. Dari sini berkembang kreatifitas masyarakat kita dengan menyediakan pangan dalam berbagai bentuk, antara lain: kolak, bubur biji salak, jenang monte, pisang ijo.

Bukber

Bukber atau buka puasa bersama. Di bulan ramadan, tradisi ini menjadi ajang silaturahmi. Acaranya bisa dirumah, tetapi untuk kepraktisan, sebagian besar lebih memilih bertemu disuatu tempat makan di pusat perbelanjaan yang mudah dijangkau. Bagi yang punya masalah dengan kemacetan, nampaknya bukber dengan keluarga dirumah akan menjadi masalah jika dilakukan pada hari kerja. Sebab bisa jadi sampai rumah sudah masuk waktu sholat Isya. Lalu kalau memang bukber menjadi masalah, kenapa tidak ditradisikan saja saber atau sahur bareng, yang sudah pasti pada waktu sahur kita belum menemukan macet. Nah, jadinya kan sabernya bisa syahdu. Hehe...

Mudik
Mudik atau pulang kampung biasanya dilakukan menjelang lebaran. Namun, pada beberapa tahun terakhir, sebagian menyiasati dengan mudik pada saat lebaran atau beberapa hari setelah lebaran. Hal ini karena semakin meningkatnya populasi penduduk dan volume kendaraan pribadi yang kian bertambah, sementara jalur kendaraan relatif tidak berubah sehingga macet jadi hal rutin yang kita jumpai di sepanjang jalur mudik.

Ibukota menjadi daya tarik penduduk daerah untuk mengejar karier dan cita-cita, sehingga demi mewujudkan mimpi dan pemenuhan serta peningkatan hidup, banyak yang meninggalkan kampung halamannya. Namun, nuansa lebaran menjadi titik puncak perjalanan rohani dibulan Ramadan dengan mengabdi dan bersimpuh dihadapan kedua orangtua atau orang Jawa menyebutnya dengan sungkeman (jika masih memungkinkan). Dengan demikian, mudik untuk dapat bersilaturahmi dan berkumpul dengan keluarga pada saat lebaran merupakan tradisi tahunan yang mewarnai penutupan bulan Ramadan.
--
Note: Ramadan merupakan kata serapan dari bahasa Arab yang artinya bulan ke-9 tahun Hijriyah (29 atau 30 hari), pada bulan ini orang Islam diwajibkan berpuasa (KBBI online).

-Y-

Jumat, 06 Juli 2012

Jadi Penumpang Bis di Tengah Macetnya Ibukota....

Bicara soal macet di Jakarta, sudah pasti bukan barang baru. Reaksi orang juga beragam, dari mulai yang marah-marah, ngedumel, teriak, cuek, bahkan ada yang tetap sabar dan sampai kebal dengan biasanya akan bilang sambil tersenyum: "enjoy aja! (gaya iklan rokok)".


Saya sering alami macet kalau pulang kerja. Cara saya bereaksi soal macet termasuk yang ababil, kalau perut lagi lapar biasanya bikin 'suasana gampang panas' dan jadinya gampang marah. Nah.. kalau sudah lapar di bis dan ndak bawa amunisi (makanan), biasanya emosi mudah meledak. Untuk atasinya, saya suka alihkan pikiran dengan membaca twitter lewat hp, kalau keadaan mendukung. Tapi kalau ndak mendukung, kadang saya menghitung penumpang yang naik, terus dikalikan tarif bis deh....Lah.. terus untuk apa ngitung begitu? Emm.. hehe.. cuma iseng aja, sekalian ingin tahu rata-rata jumlah penumpang dan jumlah yang didapat kenek. 

Sebenarnya paling ampuh itu tidur, tidur itu bikin perjalanan cepat sampai. He.. saya beberapa kali ketiduran di bis, bangun-bangun sudah sampai Slipi. Ajib bener deh :) .. Cuma kalau perut lagi kosong, ya susah tidur. 

Tips agar tetap bisa tenang di bis saat macet melanda:

  • Siapkan camilan (misal: coklat, sebab bikin kenyang--kalau saya lho ya), sedikit saja, soalnya kalau setoples bakalan repot bawanya. 
  • Bawa minum, kadang saya suka bawa susu kotak. Kalau susu lumayan bisa ganjal perut walau tanpa makanan. Atau bawa air putih untuk antisipasi kalau keselek camilan.Tapi jangan juga kebanyakan minum, sebab susah nanti kalau ingin pipis, nahan pipis disepanjang macet itu menyiksa loh.
  • Siapkan duit receh. Nah ini sih saya suka lakukan biar nyaman saja, soalnya suka ada preman yang rese' dan 'bikin males'. Dari pada ribet mending kasih duit saja lah.
  • Pastikan baterai hp terisi penuh, buat baca-baca di bis. Kalau enggak biasa baca di bis dan bikin pusing sebaiknya jangan lakukan. Selain itu, kalau keadaan di sekitar enggak aman dan nyaman ya juga jangan lakukan. 
  • Selain itu, ada juga yang coba menikmati macet dengan mendengarkan musik dengan hp atau perangkat musik lainnya melalui earplug. Tapi saya bukan tipe penikmat model ini, karena saya keliatannya termasuk yang mudah disorientasi jika kelima indera tidak terjaga dengan baik untuk mengamati keadaan sekitar. Maksudnya kalau kupingnya ditutupin, tingkat siaga saya menurun.
  • Kalau masih bisa memilih tempat duduk, pilih yang dibagian depan (bangku sejajar sopir) atau di bagian dekat jendela. Ini supaya kalau lagi penuh, kita bisa tetap tidur. Hehe.. 
  • Ingat.....! kalau ada yang lagi hamil, ringan tanganlah dengan memberikan kursi kita!! Hem.. emang sih, kadang susah mendeteksi orang yang hamil kalau ga hamil gede banget. Sebab, beberapa kali saya dapat cerita, kalau banyak orang yang tidak memiliki empati.
Segitu dulu deh.. 

-Y-

Minggu, 01 Juli 2012

Liburan ke Kota Tua

Liburan anak sekolah masih berlangsung. Ketika saya sedang mengunjungi para krucil (ponakan-ponakan saya) di rumah Ibu, salah satu krucil mengajak saya untuk mengunjungi kawasan wisata kota tua. Dia sampai menyebutkan harga tiketnya yang hanya 2000 rupiah. Waaahh.. saya pikir ini ide menarik, wisata yang murah meriah. Saya pun belum pernah mengunjunginya. Keesokan harinya saya mulai mencari info di Internet, dan ternyata sangat menarik. Di Kawasan kota tua banyak terdapat museum yang bisa dikunjungi.
--
Saya sudah pelajari lokasinya, berhubung saya membawa ponakan yang masih bayi serta sebagian yang masih anak-anak, jadinya kami pergi menggunakan mobil. Kalau dilihat dari fasilitas transportasi yang ada disekitar Kota Tua dan tidak mempertimbangkan membawa anak-anak, maka naik bis Transjakarta rasanya masih bisa nyaman. Dan tak lupa, kami membawa bekal dari rumah.


Suasana Kawasan Kota Tua
--
Sesampainya di kawasan Kota Tua, suasananya sangat ramai, dan para krucil sangat terkesan dengan hingar bingar dan pemdangan museum. Museum pertama yang kami kunjungi adalah Museum Fatahillah, hanya 2000 rupiah perorang. Meskipun dikenakan retribusi, namun museum terlihat kurang terawat. Adanya larangan dilarang mengambil foto pun nampaknya tidak diindahkan oleh para pengunjung. Begitu juga larangan untuk tidak menyentuh benda yang dipamerkan, namun nampaknya masyarakat kita belum sepenuhnya dapat menghargai sebuah sejarah. Mereka datang kelihatannya wajin untuk berfoto ria, dan tentunya sambil memegang dan berpose seolah-olah sedang berinteraksi dengan benda museum. Wah, ini memprihatinkan sekali. Memang sih, tidak ada larangan dari petugas. Semua larangan hanya bersumber dari signage atau tanda yang ada di dalam museum. Meski demikian, saya mencoba menjelaskan kepada para krucil alasan adanya larangan berfoto dan menyentuh benda-benda itu dan kami berusaha untuk mentaati aturan yang berlaku. Kami berfoto diarea yang diperbolehkan. 

--
Setelah selesai dengan Museum Fatahillah, lalu kami makan siang dulu dengan bekal yang kami bawa. Hehe.. kirain tempatnya seperti monas, yang tersedia ruang umum untuk kita gelar tikar, eh ternyata digelar tiker buat pedagang. Yah.. saya pikir, kawasan ini seharusnya adalah ruang umum/publik, jadi tidak salah kalau kami makan bekal kami. Setelah mencari tempat yang agak nyaman (ditengah hilir mudik orang), kami akhirnya lesehan tanpa tikar. Tentunya kami percaya diri bahwa makan siang kami lebih higienis dibandingkan jajanan yang sembarangan. Lalu kami pun kenyaaaang...
--
Kemudian kami lanjutkan ke Museum Bank Indonesia. Nah.. disini gratis dan Museumnya sangat terpelihara dengan baik. ber-AC dan sangat bersih. Disini banyak pelajaran yang bisa diambil, karena sejarah tentang BI dipamerkan dan tertuang dengan indah dan menarik. Selain itu, petugasnya ramah dan aturannya sangat jelas. Di BI boleh mengambil foto, asalkan dibeberapa tempat tertentu tidak boleh menggunakan pencahayaan kamera. Selain itu juga ada permainan dengan cara menjawab teka-teki terlebih dahulu Yeaaah... kami berhasil memecahkan pertanyaan, cuma sayangnya saat permainan melempar anak panah, tak ada yang menancap ditengah target, jadi kami hanya membawa pulang tas saja. Lumayan :)

Oiya.. ketika dari Museum Nasional lalu ke Museum Bank Indonesia, terdapat seperti halaman yang cukup rindang dan tidak terlalu riuh dengan lalu lalang, kemudian kami jadi bersemangat kalau ke Kawasan Kota Tua lagi, maka kami akan gelar makan siang kami disini. Hehe..


Lokasi yang asyik buat lesehan
--
Perjalanan terakhir adalah Museum Bank Mandiri, tidak perlu membayar tiket untuk masuk, namun hanya mengisi buku pendaftaran saja. Disini boleh berfoto ria. Tidak banyak informasi tertulis yang bisa dipelajari, di Museum ini nampaknya biarlah benda-benda kuno berbicara sendiri mengenai sejarah. Di Museum ini terdapat evolusi teknologi mesin tulis, dari mesin ketik gede sampai komputer yang lumayan modern. Selain itu juga dipamerkan evolusi alat penghitung uang. 
--
Sedikit pendapat saya tentang ketiga museum, begitu terlihat jelas bahwa museum tanpa pemilik seperti Museum Fatahillah terlihat kusam dan tidak terawat meskipun ada biaya yang dikenakan kepada pengunjung. Dibandingkan dengam kedua museum bank, dimana kesan sponsor menandakan institusi pemilik yang menanganinya, berusaha menunjukkan besaran tanggung jawab dalam memelihara bangunan tersebut. Setahu saya, Museum Fatahillah adalah wewenang pemerintah daerah, jadi selayaknya performa museum menunjukkan besaran keseriusan dalam mengelolanya. Semoga saya salah...

-Y-

Belajar Menari dengan Legowo

Saya sedang belajar menari. Dengan belajar menari, saya dapat merasakan bahagia, menikmati raga yang sehat, dan rupanya satu hal lagi yang s...