Sabtu, 26 Juli 2008

The Dark Knight (Review)

Kesan pertama pada saat menyaksikan film Batman yang berjudul The Dark Knight garapan sutradara Christopher Nolan, begitu membuat saya jengkel akan karakter Joker (alm. Heath Ledger) yang tak ada hentinya berada diatas angin. Pada detik kurang lebih limabelas menit terakhir, baru saya dapat tersenyum melihat kemenangan Batman sudah didepan mata.

Sungguh bukan tontonan yang baik dikonsumsi untuk anak-anak, karena film ini syarat akan kekejaman dan adegan brutal (inilah yang membuat saya begitu keki). Padahal banyak orangtua yang terkecoh dengan mengajak anaknya turut serta memboyong kebioskop karena berpatokan versi komik yang notabene memang layak untuk anak-anak (ada baiknya orangtua melihat resensi sebelum memutuskan mengajak putra-putrinya), kecuali pabila si anak sudah mampu memilah dan cukup dewasa membedakan yang baik dan yang buruk maka akan sah-sah saja.

Tawaran untuk kedua kali menonton film sekuel Batman ini tidak saya tampik, karena rasa penasaran maka pada saat tontonan kedua inilah saya baru dapat menikmati jalan cerita dan makna luhur dari setiap adegan.

Film ini secara keseluruhan menonjolkan sisi manusiawi dari setiap karakter yang dimainkan. Sisi heroik Batman yang diperankan Christian Bale terkesan sangat wajar, tidak terlalu berlebihan. Sebagai pahlawan yang mengandalkan kecerdasan, teknologi dan kekuatan fisik yang terbatas, Batman mampu menggagalkan lawannya.

Dalam film ini Batman pun memiliki sisi lemah, pada saat hatinya terkoyak akan perasaannya terhadap mantan kekasihnya Rachel (Maggie Gyllenhaal) yang kemudian tewas ditengah kepungan drum bensin yang siap diledakkan bom permainan Joker. Secara tidak langsung Batman mengalami pencerahan akan tujuan hidupnya dari pernyataan-pernyataan jaksa Harvey Dent (Aaron Eckhart) yang adalah kekasih dari Rachel. Batman sempat bingung akan jati dirinya, dan putus asa hingga hampir membuka identitasnya akibat teror-teror Joker demi menyelamatkan warga Gotham. Keniscayaan yang dialami bahkan oleh seorang yang digembor-gemborkan sebagai pahlawan sekalipun.

Harvey Dent yang dipenuhi idealisme akan cita-citanya membangun kembali Gotham pun mengalami guncangan hebat hingga dapat merubah karakternya 100%. Niat baiknya membenahi kekacauan birokratik dan kesulitannya menguak praktek korupsi dikepolisian, yang semula berusaha tetap dijalur hukum kemudian menjadi hilang akal sehatnya dan main hakim sendiri terhadap tikus-tikus negara yang terlibat persekongkolan membunuh kekasihnya Rachel. Kondisi kemarahan besar dan aksi provokatif joker membuat Harvey tak mampu mengontrol emosi dan logikanya. Situasi yang begitu wajar pada ego manusia karena perubahan adalah alamiah dan pasti.

Saatnya bicara karakter Joker. Biasanya penjahat itu memiliki motivasi tertentu untuk melakukan perbuatannya, tapi lain halnya dengan Joker. Kalau jawabannya uang, sudah pasti jauh dari angka benar. Lihat saja dari kelakuannya, apa orang seperti Joker butuh uang? tentu jawabannya tidak karena dengan ringan hati Joker membakar gunungan uangnya.

Dengan kekuasaan pun hampir pasti bukan, karena walaupun dia menginginkan anak buah mafia menjadi pengikutnya dipastikan alasannya agar dia mampu menjalankan rencananya dengan baik dari bantuan bawahannya itu. Apakah Joker ingin menjadi penguasa kota Gotham pun, juga bukan jawaban pasti karena dia sangat tidak butuh kekuasaan. Joker hanya ingin tetap memiliki lawan yang seimbang dan menang dengan membuka topeng Batman.

Joker tidak jahat, dia psikopat, dia sakit! Psikopat adalah keadaan psikiatri berupa kurangnya empati atau kepedulian disertai minimnya kontrol impuls dan perilaku (Nalini, (22/7/08) kompas). Historikal bersama ayahnya menanamkan panyakit ini sedikit demi sedikit. Ditambah lagi istrinya meninggalkannya setelah Joker melukai wajahnya agar istrinya terhibur dan tersenyum karena berusaha menyeimbangkan kondisi fisiknya. Padahal Joker begitu mencintai istrinya. Saat melihat istrinya meningggalkannya, Joker malah tersenyum dan mulai menjadi psikopat.

Pada awalnya Joker sama seperti manusia normal (walaupun parameter normal agak bias), artinya karakternya wajar dan memiliki kepedulian (bukti dari ceritanya ia pernah memiliki istri). Perlakuan orang-orang terdekat yang malah secara signifikan membuat Joker menjadi kehilangan empati dan menjadi pesakitan. Dihidupnya Joker mencari kesenangan dari apa yang dilakukan. Joker sangat cerdas, baginya tak ada yang mampu menyaingi kelicikan pikirannya selain Batman. Kreativitas destruktif yang mambahayakan banyak orang.

Joker tidak pernah terlihat sedih dan kesakitan, pada saat Batman membenturkan kepalanya dan meremukkan jemarinya, Joker hanya tersenyum dan tertawa kecil. Bahkan pada saat dilempar oleh Batman dari gedung tinggipun, Joker tertawa lepas menyambut kematiannya. Namun Batman menggagalkan kematian Joker dengan menangkap kembali setelah Joker terhempas dari setengah ketinggian gedung.

Tidak semua sisi Joker terlihat jahat dan buruk, kata-kata yang dikeluarkannya banyak menyiratkan kebenaran yang sangat masuk akal dikehidupan nyata.

Gotham seperti halnya negara kita, dipenuhi oknum-oknum korup dikepolisiannya dan bahkan ditingkat komisaris keatas. Joker mampu mengubah mind set Harvey bahwa lebih penting membenahi korupsi lebih dahulu ketimbang membasmi mafia hingga keakar karena korupsi sendiri adalah lebih ‘mafia’ dari mafia sendiri. Terbukti akibat korupsi mampu menghancurkan hampir seluruh kota Gotham (mungkin pada gilirannya Indonesia akan mengalami kehancuran yang sama jika tak segera memberantas tradisi korup ini).

Latar belakang profesi jaksa yang digeluti Harvey membuatnya mematuhi hukum yang berlaku. Padahal dalam hal hukum, Batman memiliki kesamaan dengan Joker yaitu sama-sama tidak mengikuti aturan hukum dalam aksinya. Bagi Joker hidup tanpa aturan hukum adalah yang paling logis saat ini (filosofi yang masuk akal dan sangat up to date, mengingat dengan aturan saja malah tidak membuat dunia lebih baik). Masih dari kata-kata bijak Joker, bahwa penyebab kekacauan adalah rasa takut.

Bisa jadi kekacauan yang terjadi dikota tersebut bukan karena Joker yang merencanakan semua, tetapi karena ketakutan warganya, ketakutan dalam menguak kebenaran, ketakutan dalam menumpas korupsi, ketakutan himpitan keadaan yang memaksanya korupsi dan berkolusi.

Namun untuk mengungkapkan kebenaran sepertinya tidak harus mentah-mentah dibeberkan. Pelayan setia milyader ‘Batman’ Bruce Wayne yaitu Alfred, memilih secara bijak tidak menyampaikan surat yang dititipkan kepadanya dari Rachel untuk sang tuan. Alfred melindungi hati tuannya dengan membiarkannya tetap pada persepsi awalnya terhadap Rachel ketimbang memberitahukan keadaan isi hati Rachel yang sebenarnya. Karena toh dengan memberikan surat juga tidak dapat menghidupkan Rachel dan malah membuat hati Bruce semakin luka (dan pula surat itu hanya Alfred dan kematian Rachel yang tahu). Kebenaran yang satu ini menjadi tidak wajib untuk disampaikan. (mungkin perlu untuk menutupi satu kebenaran jika dapat memberikan banyak kebaikan untuk yang lain).

Begitulah karakter yang diwakilkan dari pemeran film The Dark Knight ini, terasa begitu wajar dan membuat film ini mengajarkan kebajikan dan terkesan sangat manusiawi. Harvey, Batman bahkan Joker pun mengalami sisi tidak hanya jahat melulu atau baik melulu tetapi juga mengalami masa diarea abu-abu, masa transisi manusia. Kualitasnya sangat timpang dibandingkan sinetron kita yang hanya menonjolkan karakter hitam putih dan jauh dari sifat edukatif.

Kalimat terakhir yang bagus untuk dijadikan bahan renungan bagi kita semua pada suatu pilihan yaitu “mati sebagai pahlawan atau hidup lama tapi perlahan-lahan menjadi penjahat”.

Bisa saja anda memilih hidup dengan cap pahlawan ketika matinya dimana masyarakat begitu mengagungkan dan memuliakan anda, atau anda seperti Batman dan Joker yang memilih masyarakat tetap membencinya dan menjuluki sebagai penjahat. Mereka berdua tidak mengharap satu pamrih pun akan apa yang dilakukannya kecuali hanya ingin beraksi saja mengikuti naluri. Bisa jadi dunia memang tetap membutuhkan kehadiran pesakitan seperti Joker sehubungan dengan menjaga keseimbangan dengan hadirnya karakter Batman di dunia ini.

Seperti layaknya kemauan Nolan pada film ini yang semaunya sutradara membuat karakter-karakter dan adegan-adegan yang banyak kebetulannya dan penuh perhitungan ini. Begitu juga halnya dalam kehidupan nyata juga suka-suka Tuhanlah sebagai sutradara dunia yang men-setting untuk hidup kita lengkap dengan karakter dan keadaan-keadaan ‘kebetulan’ yang kerap menyerempet dikehidupan kita yang sering kita tidak sadari untuk mensyukurinya. Wallahu’alam

*hasil nguping diskusi dengan orang-orang canggih

-Y-

Selasa, 15 Juli 2008

Arus Utama Islam (Chapter 3)

Ada banyak alasan mayoritas muslim melakukan ibadah haji dan umroh seperti misalnya sebagai perjalanan ritual penyucian jiwa; tempat mendekatkan diri kepada Allah; mencari kedamaian; tempat menebus dosa dan taubat; serta melaksanakan haji sebagai kewajiban rukun iman Islam. Inilah main stream yang menjadi kontradiksi ditengah kecamuk resesi ekonomi yang memunculkan banyak kemiskinan. Bahkan dapat dikatakan prosesi spiritual yang ngotot ini mungkin hanya terjadi di kalangan umat Islam.


Ngotot yang sekuel dengan memaksa karena umat muslim berpatokan haji kepada rukun Islam yang notabene wajib dilaksanakan. Padahal esensi ibadah haji, menurut Drs KH Djudjun Djunaedi, MAg (pengasuh ponpes Garut - Antara) sebenarnya adalah ibadah "ghairu mahdoh", yakni ibadah yang lebih menekankan kepada hubungan sosial (hablun minannas), sehingga kuat dimensi sosial-kemanusiaannya.

Ada dua analogi. Pertama, jika kita membeli sebuah minuman jus maka hukumnya adalah mubah jika diminum (dalam status hukum dunia islam boleh dilakukan bahkan cenderung dianjurkan, tetapi tidak ada konsekuensi pahala-.id.wikipedia), namun akan menjadi haram hukumnya bila uang untuk membeli minuman tsb berasal dari hasil mencuri. Kedua, jika dihadapan kita terdapat daging babi maka jelas-jelas hukumnya (QS. 2:173, 16:115) adalah haram jika dimakan, tetapi adalah wajib hukumnya jika kita akan mati apabila kita tidak memakan daging tsb. Sedikit analogi yang menyiratkan fleksibilitas hukum dalam memberi sudut pandang pada sebuah kasus.

Haji adalah hak setiap manusia dalam memenuhi hasrat spiritualnya, dan karena dengan Allah adalah hubungan yang sangat pribadi maka wajar jika setiap insan memiliki cara masing-masing. Melihat pernyataan bapak pengasuh ponpres diatas maka ada baiknya jika kita melihat dari segi manfaatnya dari keutamaan haji ini.

Menurut MenAg tahun 2007 jumlah calon jemaah haji Indonesia mencapai 210.000 dan jumlah umat Islam Indonesia adalah jauh lebih besar dibanding jamaah haji dari 22 negara Arab (-Antara). Data ini menunjukan begitu besarnya antusias warga muslim kita dalam meraih pemantapan spiritualnya. Yah walaupun faktanya gelar haji yang didapat dari hasil perjalanan ruhani ini tidak juga banyak menelurkan jiwa-jiwa yang benar-benar mencerminkan esensinya (seperti si haji yang korupsi, si pak-bu haji yang sombong, yang masih doyan ngibul, yang masih senang bergunjing, yang masih senang judi) maka dikatakan ibadah wajib ber-haji ini korelasinya tidak signifikan terhadap keimanan. Lalu dimana letak hikmah haji?? Apa keistimewaannya??

Tidak sedikit biaya yang ditelan dalam perhelatan ibadah ini, minimal 25juta rupiah per orang. Sungguh ironi mengingat berjuta-juta rakyat Indonesia kelaparan, warga miskin yang tak mampu membayar biaya kesehatannya, penduduk direnggut kebodohan karena tak ada biaya, dan berbagai derita yang selalu menghantui, sedangkan melihat jumlah jamaah haji yang begitu besar menghamburkan uangnya untuk sekedar mengulangi ritual hajinya dengan dana yang sangat berarti bagi orang miskin. Andai separuh saja dari total jamaah mau menyalurkan kepekaannya terhadap penderitaan sesama maka minimal 2.5 trilyun rupiah adalah jumlah yang sangat besar ini dapat mengurangi jutaan perut-perut yang kelaparan.

Perspektif kepekaan sosial adalah cerminan utama realisasi dari keimanan, karena masalah dengan hubungan Allah adalah hubungan vertikal yang sifatnya tersembunyi. Orang lain akan lebih mudah menafsirkan manfaat dari keimanan seseorang apabila kita mau peduli akan kesejahteraan sosial. Kalau hanya menyerap kenikmatan bathin sendiri dengan cara memenuhinya ala ritual-ritual mahal itu sedangkan kita seolah-olah tak memiliki kepekaan terhadap sekeliling, kedengarannya terlalu egois.

Lagi pula bila alih-alih untuk dekat dengan Allah, kenapa harus jauh-jauh ke Arab? Berat diongkos bukan? Kenapa harus jauh mencari perwujudan Allah yang kata orang ada jauh diatas langit? Coba saja istilah, ‘berdoalah pada yang Diatas (Allah)’, pasti familiar bukan? Apa dengan haji untuk biar orang tahu bahwa kita termasuk orang alim? Malah jadi ujub (ria, pamera).

Persepsi umum umat muslim bahwa Allah seperti jauh dari kita adalah sebuah kontradiksi. Allah itu ada dimana-mana, Allah selalu bersama kita kemanapun kita berada (QS. 57:4). Tapi mengapa sepertinya kita jadi mengabaikan hakikat haji dengan alasan yang bermacam-macam. Ibadah adalah baik, namun yang lebih baik adalah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi (agar tidak menjadi ria) karena Allah maha mengetahui (QS. 2:271).

Manusia adalah makhluk ciptaan-NYA, segala yang kita lakukan adalah kehendak-NYA, dan semua kejadian adalah takdirnya. Setiap sel dari tubuh kita adalah ciptaan-NYA. Segala aktivitas sel kita juga atas kehendak-NYA, dari mulai pertukaran proton, Na, K serta segala kekompleksan mekanismenya yang tak pernah kita sadari adalah atas kuasa dan kebesaran-NYA. Kumpulan sel membentuk tubuh kita ini adalah sudah takdir-NYA, yang dengan kuasa-NYA tidak ada satupun manusia yang sama persis padahal sudah ribuan tahun Tuhan menciptakan berbagai bentuk manusia. Bahkan benda-benda, tumbuhan, binatang, gunung, langit dan lautan tak ada yang memiliki kekuatan untuk menggerakannya selain Allah. Kedudukan manusia bisa jadi seperti pandangan Bang Cokhy bahwa manusia adalah makhluk kemungkinan (red-yang persepsi kemungkinan ini sama kedudukannya dengan benda2 lain dibumi), dimana tidak ada satu kejadian pun yang luput dari aturan Tuhan.

Jika manusia dan sekelilingnya serta segala kegiatannya adalah atas kuasa-NYA artinya Allah hakikatnya adalah selalu bersama kita, dekat bahkan selalu menyelubungi disetiap waktu dan keadaan. Lalu mengapa manusia melupakan keberadaan-NYA?

Untuk mendekat dan mencari kebenaran-NYA manusia harus kembali pada kesucian, kembali pada kemurnian hati, ketulusan menjalankan segalanya dalam hidup dan dikembalikan bahwa hidup adalah milik-NYA. Bahwa harta adalah bukan milik kita tetapi titipan-NYA, dimana hanya manusia makhluk yang diberi akal maka manusia adalah khalifah yang bertugas menjaga kehidupan dan keseimbangan sosial dan lingkungan yang adalah manifestasi ciptaan-NYA.

Mengambil istilah Cak Nun untuk ironi beratus ribu jamaah haji dan bahkan umroh ditengah jutaan kelaparan dan kemiskinan rakyat maka legitimasi yang diberikan adalah secara ekstrinsik melakukan ibadah tetapi secara intrinsik mereka tidak beragama.

Sekedar bahan renungan, yang ketika anda berkesempatan membaca inipun, sudah pasti Allah sudah memasukan kedalam catatan-NYA yang disebut takdir. Allah Maha Segala.

-Y-

Selasa, 08 Juli 2008

Arus Utama Islam (Chapter 2)

Kokohnya sebuah agama terjadi karena para penganutnya dengan setia melaksanakan tradisi dan ajaran-ajaran yang diwariskan dari pendahulunya. Penyebaran ajaran dilakukan secara berkesinambungan agar rantai kepercayaan tsb tidak terputus disuatu masa dan dapat selalu diturunkan pada generasi berikutnya.


Sebuah keluarga tanpa disadari memiliki tradisi secara paksa mewariskan keyakinan beragamanya kepada keturunannya. Memang adalah sebuah kewajiban jika memberikan pelajaran yang baik kepada anak mengenai konsep dasar pemahaman akan Tuhan akan tetapi bukanlah hak orangtua untuk marah dan kecewa jika ketika dewasa sang anak memilih agama yang berbeda. Karena agama manapun tidak ada yang mengajarkan untuk memaksakan keyakinannya kepada orang lain, walau anak sekalipun.

Namun tidak dapat dipungkiri, kebiasaan warisan keyakinan ini sangat efektif penyebarannya. Seperti Islam yang merupakan ajaran warisan Nabi Muhammad sejak tahun 610 M (tahun pertama keRasulannya) dapat dirawat penyebarannya melalui sahabat dan pengikutnya hingga kini.

Dapat dipastikan bahwa metode utama warisan keyakinan Islam adalah belajar dengan ‘meniru’ (mungkin terdengar aneh), tapi coba lihat cara mengajar agama disekolah-sekolah atau ditempat-tempat pengajian atau mungkin dilingkungan rumah sendiri. Para anak didik dituntut untuk melakukan hal yang sama dilakukan gurunya (bisa orangtua atau guru agama) sebagai contoh seperti yang dikerjakan Rasul, dari mulai cara melaksanakan syariat (wudhu, sholat, puasa) hingga pemahaman-pemahaman akan gambaran tentang Islam dan konsep Sang Pencipta. Ada hal yang wajib dan yang sunah. Wajib hukumnya untuk sholat sedangkan sunnah adalah perbuatan yang dilakukan Rasulullah yang jika umat Islam menjalankannya maka mendapat pahala.

Arus utama pemikiran Islam saat ini adalah mengabaikan kontradiksi mengenai konsep “pahala dan dosa”; “surga dan neraka”; “takut kepada Allah”; "takut mati".

Warisan pemahaman mengenai “pahala dan dosa”, bahwa kita diajarkan untuk melakukan kebaikan agar mendapat pahala sebanyak-banyaknya untuk bekal diakherat nanti dan kalau berbohong atau berbuat jahat maka kita berdosa dan mengurangi timbangan amal kita.

Entah dari mana awal konsep perniagaan ini, namun agak janggal karena sepertinya dengan Allah kita menjadi hitung-hitungan. Bukankah nikmat dan anugerah yang diberikan-NYA sudah begitu berlimpah, seperti mata yang dapat melihat, organ tubuh yang berfungsi dengan baik, berpikir dan bekerja serta bergerak adalah pemberian-NYA yang patut kita jadikan alasan untuk bersyukur dan mengingat-NYA setiap saat. Setiap nafas saja yang merupakan limpahan nikmatnya kita tidak pernah menghitung, Tapi kok sholat yang hanya 5 menit saja kita minta pahala dan balasan??

Dengan kemelimpahan nikmatnya saja kita tidak mampu membalas kebaikan-NYA, tapi bila kita puasa sehari saja atau sekedar menyebut nama-NYA, lantas kita mengharapkan pahala dan balasan dari-NYA yang setimpal (bahkan ada yang mengharap limpahan rejeki dan tempat yang enak disurga). Apa tidak berlebihan namanya???

Sedangkan ada yang sholat dan puasa kemudian melakukan kejahatan, lalu untuk menutupi dosanya, ia tambahi pahala dengan bersedekah sebanyak-banyaknya dan berhaji tetapi kejahatannya tetap dilakukan karena konsep perniagaan dengan Allah tadi itu yang menurut perhitungannya sudah mencukupi hitungan pahalanya sebagai bekal akherat.

Begitulah contoh potret perniagaan dengan Allah. Dan kenyataannya, banyak yang melaksanakan kewajiban-kewajiban rukun Islam (syahadat, sholat, zakat, puasa, haji) yang masih mengharapkan pahala tanpa menyadari ketidak adilan sikap kita terhadap nikmat Allah atas 'gagasan jual beli' ini.

Kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan perintah-NYA dan menjauhi larangan-NYA. Sholat menjadi wajib karena hakikat sholat adalah mengingat Allah (QS. 20:14). Kewajiban bagi kita bersyukur dengan mengingat-NYA setiap saat karena sebaik-baiknya ibadah adalah mengingat Allah (QS. 29:45) dan ikhlas dalam berserah diri (QS 4:125). Ikhlas adalah tidak mengharap imbalan apapun, baik itu surga sekalipun.

Kemudian jika kita mengharapkan surga bagaimana? Boleh jadi surga itu sendiri sebenarnya tidak ada. Karena jika kita masih mengharap surga, maka akan sama halnya dengan kita melakukan ibadah dengan mengharap pahala. Kalau ikhlas, ya ikhlas saja, tidak meminta atau berharap sedikitpun akan balasan. Kalau kita masih mengharap surga, berarti sama saja kita tidak ikhlas. Terus bagaimana dengan neraka?

Bisa jadi tempat yang namanya neraka pun sebenarnya hanya kiasan dan bukan seperti yang digambarkan bahwa neraka itu ruangan penuh api dan tempatnya setan, bahkan lebih dahsyat lagi anggapan bahwa Allah tempatnya di surga sedangkan neraka tempatnya setan. Toh sampai saat ini belum pernah ada saksi yang benar-benar telah menyaksikan bagaimana gambaran neraka itu bisa disebut sebagai tempatnya setan dan penuh dengan api. Kalau setan di neraka, betapa hebatnya setan bisa menciptakan neraka. Surga adalah ciptaan Allah, maka berarti neraka pun juga ciptaan-NYA. Berarti, Allah berada baik disurga maupun di neraka.

Kemudian kita diajarkan bahwa perbuatan baik itu dari Allah dan kejahatan berasal dari setan. Bukankah anggapan ini malah menyesatkan? Kan sama saja kita menganggap bahwa kedudukan Allah dan setan sama? Bisa jadi konsep setan sendiri juga bukan merupakan suatu zat atau makhluk. Tetapi anasir jahat yang kerap muncul disifat manusia. Dan kekuatan melakukan kejahatan yang ada dipikiran manusia adalah berasal dari Allah. Pikiran dan kejadian apapun yang ada dikehidupan ini adalah atas kuasa-NYA.

Kita mengenal Asmaul Husna (99 sifat Allah). Tetapi kita hanya dikenalkan sifat-sifat baik Allah, padahal dari 99 tsb juga terdapat sifat buruk. Sehingga ketika melakukan hal jelek maka diklaim berasal dari setan. Padahal yang mengendalikan setan pun berasal dari yang Maha Kuasa, Allah SWT Dzat yang Maha Berkendak.

Kemudian kita diajarkan untuk tidak takut kepada apapun selain Allah. Hal ini menjadi kontradiksi, karena bagaimana kita mau mendekati Allah jika takut? bukankah akan lebih mudah untuk kita mendekat kepada-NYA bila kita dalam keadaan menyayangi-NYA. Cinta-NYA terhadap ciptaan-NYA begitu besar, maka kita pun alangkah nikmatnya jika mampu membalas cinta-NYA.
Takut kepada Allah inilah yang menjadi sumber ide umum bahwa manusia jadi takut mati. Lah wong kita semua ini sudah pasti akan mati, inilah kontradiksi yang diabaikan bahwa kita takut akan hal yang pasti akan kita alami yaitu mati. Inalillahi wa inna Ilaihi Raji'un, kita berasal dari-NYA dan akan kembali kepada-NYA. Jika kita sudah tidak mengharapkan pahala-surga dan tidak takut akan dosa-neraka, hanya ikhlas saja bahwa setiap saat apa yang kita kerjakan adalah berasal dari kekuatan-NYA dan kekuasaan-NYA maka itulah Tauhid.

Pemikiran akan kontradiksi ini muncul karena mungkin saja terjadi distorsi pemahaman mengingat ajaran Islam terjadi sudah berabad-abad tahun yang lalu. Melalui proses pewarisan yang mungkin mengalami pergeseran pemahaman hingga akhirnya sampai kepada kita saat ini yang belum tentu sama seperti persis ajaran pada jaman Nabi Muhammad. (coba saja melakukan permainan berbisik berantai, dari sang pembisik dilanjutkan ke teman sebelahnya secara berbisik terus hingga ketika diucapkan sudah pasti akan berbeda dari sumber pembisik pertama dari mulai kata-kata, gaya mengucap atau tanda baca).
Atau mungkin saja pemahaman yang benar adalah yang menjadi arus utama umat islam saat ini yang mengabaikan kontradiksi tsb, atau bisa jadi sebenarnya kontradiksi itu tidak pernah ada.

Hanya Allah yang tahu, Wallahualam. Allah yang Maha Mengetahui, Maha Kuasa, Maha Pemberi Rahmat.

-Y-

Minggu, 06 Juli 2008

Arus Utama Islam (Chapter 1)

Mungkin tidak banyak yang tahu salah satu tesis Cak Nur yang temanya jika diangkat kemasyarakat akan mengurai banyak pro dan kontra. Prof.Dr.Nurcholis Madjid adalah seorang pemikir pembaharu yang mengedepankan gagasan pluralisme disaat Indonesia sedang mengalami degradasi integritas bangsa. Dalam tesisnya, beliau menguraikan kelemahan-kelemahan Islam yang oleh sebagian besar kaum muslim merupakan hal yang tabu. Padahal mengetahui dan memahami kelemahan sendiri adalah titik awal koreksi yang sportif guna membenahi kekurangan yang ada.

Sebelum membicarakan lebih lanjut, ada baiknya kita melihat sebuah rumus jitu yang tidak hanya berlaku untuk penulisan karya ilmiah tetapi juga bagi kebaikan sebuah pribadi maupun negara. Tahapannya yaitu kumpulkan masalah secara subyektif (dari obrolan dan opini) dan obyektif (berdasarkan fakta dan bukti); Identifikasi masalah (problem Identification); dan kemudian Pemecahan masalah (problem solving).

Perbedaan pendapat antar umat Islam hingga terjadi kekerasan (red-peristiwa monas FPI dan AKKBB) yang baru saja terjadi, mencoreng muka sendiri bagi negara mayoritas berpenduduk muslim ini. Sedangkan kasus ini, hanyalah hal kecil masalah yang menyangkut keadaan pola pikir dan sosialita masyarakat muslim di Indonesia. Dan memang masih sangat banyak kelemahan-kelemahan yang menjadi persepsi dari keyakinan umat Islam. Pertanyaannya apakah kita mau sedikit saja mengakui kelemahan-kelemahan itu?

Islam berasal dari bahasa arab (Al-Islam) yang artinya berserah diri hanya kepada Allah. Namun bisa juga diartikan sebagai jalan keselamatan menuju-NYA. Tetapi konsep menyembah kemanunggalan dan menuju Sang Tunggal ini juga berlaku bagi agama lain seperti: Kristen dengan Trinitas yang satu, Hindu dengan Sang Hyang Widi, Budha dengan Sang Hyang Buddha. Meskipun kaya akan pola dan mekanisme beragam dan dianggap berbeda, tapi hakikatnya masing-masing agama menawarkan proses pembebasan kesadaran mutlak menuju Tuhan Maha Esa dan Maha Tunggal. Dan dalam Islam disebut Tauhid.

Bisa jadi sejatinya Tuhan yang kita sembah adalah sama, namun sejarah dan persepsi akan keyakinan yang nyangkut diotak manusia ini yang pada akhirnya menimbulkan banyak pola. Kalau memang pada intinya sama, berarti kedudukan agama tidak lebih tinggi dari Tuhan. Agama apapun judulnya tidak penting karena yang lebih penting adalah Tuhan yang kita yakini, tapi bukan berarti kita mengabaikan agama. Maksudnya begini, agama yang sekarang kita paling yakini kebenarannya adalah sebuah sarana untuk lebih mantap menuju yang Maha Benar. Oleh karena itu, kita tidak berhak menganggap agama lain lebih rendah dari agama kita. Karena semua itu kebetulan saja, kebetulan karena mayoritas kita sejak lahir sudah dalam keadaan agama yang kita yakin benar sekarang ini. Contohnya saya. Kebetulan saja sejak lahir saya lahir dalam keluarga beragama Islam dan didoktrin hingga saya selalu yakin bahwa inilah yang terbaik. Mungkin kalau saya lahir oleh orangtua yang beragama Hindu, hampir sudah pasti saya akan beribadah ke pura.

Karena Tuhan punya takdir. Takdir itu tidak bisa dirubah, sudah begitu mau-NYA. Tapi manusia punya pikiran dan khayalan (yang hal itupun Allah sudah memiliki catatan-NYA). Kalau saya berpikir kenapa Paus atau Dalai Lama tidak masuk Islam saja, kan (jika) saya anggap Islam paling benar. Tapi apa kabar dunia?? Pasti umat akan gempar. Karena sejak lahir beliau-beliau sudah dalam lingkungan agama yang dianut dan dipercayanya. Paus dengan Katolik Romanya, dan Dalai Lama dengan Budha di Tibet. Masing-masing memainkan perannya sebagai pemimpin spiritual. Jika ada yang berpindah keyakinan, itu hak pribadi yang mungkin dalam proses perjalannya mencari kebenaran-NYA, menemukan cara yang lebih tepat sesuai keyakinannya. Dan kita tidak berhak sedikit pun memusuhi agama lain.

Mari sedikit demi sedikit kita kembali mengulas Islam. Jika pada pengertian bahwa Allah adalah yang Maha Tinggi maka tidaklah pantas kita memperdebatkan perbedaan cara antar umat beragama, biar saja masing-masing dengan keyakinannya. Ahmadiyah dengan Mirza Gulham sebagai nabinya, toh apa bedanya kita melihat Kristen dengan Yesus. Lagi pula tidak ada yang lebih penting dari memperdalam keimanan sendiri. Apa dengan merecoki aliran yang berbeda, menambah keimanan sendiri??

Menurut Kang Jalal pemetaan Islam, ada 2 kategori yaitu pertama “Islam Konseptual” ialah konsep Islam yang berupa nilai-nilai yang terdapat dalam al-Quran, Sunah Nabi, narasi buku-buku dan ceramah-ceramah keIslaman; Kemudian yang kedua adalah “Islam Aktual” yaitu nilai dan etos keIslaman yang teraktualisasi dalam perilaku pemeluknya.

Boleh saja mengambil salah satu kebenaran dari sebuah ayat didalam al-Quran, namun tidak berarti mengabaikan dan menutup ayat-ayat lain yang lebih sesuai dengan zamannya. Misalnya, pembuatan film fitna oleh Meneer Wilders karena hanya mengambil petikan-petikan ayat suci Quran (Quran Surat (QS) Al-Anfaal 8:60, An Nisaa’ 4:56, Muhammad 47:4, An Nisaa 4:89, Al Anfaal 8:39) tanpa membedah asbabun nuzul (sebab musabab) turunnya ayat tsb. Kejadian itu dilakukan oleh umat bukan Islam. Tetapi kekerasan yang kerap muncul serta konflik antar sesama muslim boleh jadi juga disebabkan karena umat Islam sendiri yang terlalu secara literatur mencomot ayat-ayat seperti yang dilakukan pak Meneer itu. Padahal ayat QS diatas jika secara harfiah kita telan, maka sudah pasti tidak relevan lagi dengan masa sekarang.

Semacam kompetisi saja agama itu dimata dunia, masing-masing saling menjatuhkan. Tapi ada negara yang mengedepankan isu agama untuk keperluan politisnya, dan agama yang tertuduh semakin menajamkan kuku bersiap menangkis dan menusuk isu-isu yang dilontarkan dengan caranya sendiri. Arus utama yang terjadi didalam Islam saat ini adalah sebanyak-banyaknya mencuplik ayat-ayat yang menunjukan kebaikan dan kekuatan Islam serta beranggapan bahwa Islam adalah yang terbaik, dan tentunya sebanyak kebaikan yang ditonjolkan, maka pihak musuh (yang tentunya dari agama selain Islam) akan menarik pula sebanyak kelemahan-kelemahan ayat Quran sebagai propaganda.

Sebagian besar umat Islam menganggap Yahudi dan Kristen adalah musuh Allah, main stream pemikiran mayoritas muslim menyebutnya - musuh Islam-. Padahal agama tsb adalah warisan dari nabi-nabi umat Islam terdahulu yaitu Nabi Musa dan Nabi Isa. Kitab suci Yahudi dan Kristen pun adalah kitab terdahulu cikal bakal umat Islam, Taurat dan Injil. Maka bukankah berarti Tuhan merekapun sama yaitu Allah SWT. Bahkan mestinya kita (red-umat Islam) berterimakasih pada Yahudi dan Kristen karena berkat mereka maka sampailah Nabi Muhammad sebagai Rasul terakhir yang membawa ajaran kebenaran Allah SWT. Keadaan saat ini terlihat bahwa banyak penafsiran menjadi sesat karena hanya memenggal sedikit-sedikit ayat Quran tanpa mau mempelajari isi dan memahami relevansinya.

(Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran diantara mereka , dan tidak pula mereka bersedih hati. QS AlBaqarah 2:62).

Sangat mungkin konflik kebencian antar umat beragama ini tidak hanya dalam kubu Islam, bisa jadi Nasrani, Yahudi, Budha dan Hindu pun memiliki permasalahan umat yang sama. Tetapi mari kembali pada fitrahnya, bahwa hidup diisi dengan mencari jalan-jalan menuju kebenaran-NYA yang relevan dengan keadaan saat ini yaitu konsisten melakukan hal terbaik dalam hidup agar dapat menemukan frekuensi yang sesuai dengan-NYA jika kita kembali pada-NYA kelak.

-Y-

Rabu, 02 Juli 2008

Imajinasi

Imajinasi adalah kekuatan menghasilkan ide atau gambaran atau citra diri. Hampir semua orang (yang sudah mampu berpikir) dipastikan pernah berimajinasi akan satu hal, bisa mengenai cita-cita atau sesuatu yang diimpikan.


Imajinasi atau fantasi memiliki korelasi linier dengan kreativitas. Dengan kata lain orang yang suka berimajinasi biasanya orang yang kreatif atau berpotensi menjadi kreatif. Misalnya bila kita mendengar kata kreativitas seringkali yang kerap muncul dalam benak kita adalah pelukis, penulis dan musisi. Namun tidak semua buah kreatif itu bagus karena hasil dari imajinasi ada yang produktif dan ada yang kontraproduktif. Sifatnya bisa konstruktif atau destruktif.

Contoh imajinasi yang menelurkan kreativitas yang produktif dan konstruktif misalnya cerpen, novel dan film. Bagi pencinta buku, cerpen dan novel dapat menularkan nuansa tertentu usai membacanya. Begitupun dengan film, acapkali kita akan merasakan sensasi yang berbeda setelah pertunjukan selesai. Dikatakan produktif karena hasil mengkhayal penulis ini mampu memberikan antusiasme positif bagi orang lain. Didalam film dan novel, orang akan mendengarkan dan seolah-olah menjadi saksi didalam alur cerita tsb. Juga ada kata-kata bijak dan hal positif untuk diambil hikmahnya. Banyak yang terinspirasi atau bahkan menjadi wahana pengembangan fantasi tersendiri setelah menonton film atau membaca novel. Padahal baik cerpen, novel, komik ataupun film adalah karya fiksi dari hasil imajinasi sang penulis.

Mengarang adalah bentuk imajinasi yang dituangkan bisa dalam bentuk tulisan atau sekedar diceritakan kepada orang lain. Pelawak juga produktif karena mampu mengarang cerita yang menghibur. Tapi dampak dari mengarang ini bisa dalam bentuk yang kontraproduktif.

Mengkhayal suatu cerita yang kemudian diceritakan kepada orang lain dengan percaya diri seakan-akan buah dari suatu peristiwa nyata merupakan kebohongan. Cerita ini jadi destruktif atau merugikan karena menciptakan karakter buruk bagi sang pencerita. Memang mengarang cerita bohong adalah kreatif, akan tapi bersifat merusak. Sama halnya dengan pembual.

Dalam cerpen AA Navis (Robohnya Surau Kami), seorang pembual yang kerjanya setiap hari membual dari satu tempat ketempat lain dapat membuat seorang penjaga masjid yang dicintai, bunuh diri setelah mendengar cerita sang pembual. Keasyikan membual bisa menjadi kebiasaan yang mungkin sangat merugikan diri sendiri dan orang lain.

Kebiasaan buruk harus segera disadari dan berusaha kembali kejalur yang benar agar tidak terlanjur mengakar dan membentuk watak. Jika saja imajinasi yang tercetus kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan seperti cerpen, maka kreativitas destruktif tsb akan berubah menjadi hal yang positif.

Karena bagaimanapun, kreativitas harus selalu ditingkatkan. Semakin banyak membaca (apapun: cerpen, novel, komik) dan menonton film (apapun: kartun, sciencefiction, drama), akan semakin mengembangkan daya imajinasi dan berfantasi maka semakin berpotensi kita menjadi produktif demi menuju maqam tertinggi dalam hidup.

-Y-

Belajar Menari dengan Legowo

Saya sedang belajar menari. Dengan belajar menari, saya dapat merasakan bahagia, menikmati raga yang sehat, dan rupanya satu hal lagi yang s...